Kamis, 21 Maret 2013

Hello Johny!


“Johny, aku suka padamu.  ♥♥♥  Tapi maaf, kali ini aku belum bisa milihmu. Karena sekarang, aku lebih suka dengan yang minimalis. Kau terlalu sempurna buatku.” Preeett, gombal tingkat dewa. Inikan bukan lagi ngomongin mas Johny anaknya budhe tetangga sebelah. Θ_Θ

Johnny
Mas Johny anaknya tetangga sebelah? Ngawur! Inikan Oom Johnny Depp :P

Rabu, 20 Maret 2013

Once Upon a Time In Perpus Pusat

Suatu hari yang cerah, Enha yang sedang termangu di depan layar laptop dikagetkan oleh bunyi SMS dari handphonenya. SMS dari Oryz, ternyata.
“Eh, namamu ada di tagihan perpus lho,” bunyi SMS dari Oryz yang dia baca.
“He’eh nih, udah dua minggu aku belum balikin buku.” Balas Enha seenaknya.
“Eh, tapi ini katanya udah sejak tahun 2011 lho!” kata Oryz.
“Hah? 2011? Perpus mana? Perpus Fakultas?” Enha pun mulai panik.
“Bukan. Perpus Pusat.” Balas Oryz, dengan santainya.
“Appaaa?! Minggu lalu aku pinjam lima buku bisa tuh.  Kog bisa ada tunggakan selama itu? Bukankah peminjaman maksimal itu lima buku?! Kalau aku bisa pinjam lima buku, itu artinya aku enggak punya tunggakan donk! Atau jangan-jangan, ini mirip sama kasusnya si Ikho sama kasus temennya si Cute?” Enha mulai berapi-api.
“Emmm, eh, rupanya nama si Ikho juga ada.” Balas Oryz, masih dengan santainya.

Minggu, 10 Maret 2013

Kriteria Wanita Cantik

Suatu sore, Eno dan Enha berjalan bersama di bawah rintik-rintik gerimis. Enha yang saat itu tidak membawa payung, ditebengi payung oleh Eno. Akan jadi suasana yang romantis seandainya si Eno ini laki-laki. Namun sayangnya, si Eno ini adalah cewek tulen. Cewek mungil nan imut kayak semut. Setelah berjalan beberapa saat, karena gerimis mulai mereda Enha memutuskan untuk tidak nebeng di bawah payung si Eno lagi. Toh waktu itu dia memakai jaket yang ada tudung kepalanya.

Jumat, 08 Maret 2013

Kora-Kora dalam Perahu

Ayo numpak kaé!” kataku pada Oryza dan Ikho sewaktu kami mbolang bareng ke pasar malam kesiangan. Entah angin apa yang membuat dua sahabatku itu mengiyakan ajakanku. Seolah mereka memang sudah berencana menaiki Kora-Kora Mini berbentuk perahu, saat aku masih dalam perjalanan. Kami memang tidak berangkat bersama, karena rumah kami berjauhan dan berbeda arah. Rumahku yang paling jauh dibanding rumah mereka berdua.

Kayané, sing dodol tiket ora ana deh,” celetuk Ikho, seakan mengendorkan niatnya. Tanpa babibu, aku langsung menghampiri tempat loket. Dan ketika itu juga, mas-mas penjaga Kora-Kora muncul entah darimana. Tanpa membuang banyak waktu, kami bertiga sudah nangkring di atas Kora-Kora. Awalnya aku ingin naik di tengah, tapi kurasa yang paling berasa ‘dheg’-nya adalah yang di ujung. Maka aku pindah ke ujung, duduk di samping Ikho. Oryza duduk di tengah.

Senin, 04 Maret 2013

Mimpi Patah Hati

Semalam aku mimpi. Dan entah kenapa saat terbangun, mimpi itu membuatku merasa patah hati. Padahal di dunia nyata, rasanya belum pernah aku merasa patah hati. Tak ada yang aneh, seumur gini belum pernah patah hati. Bagi kaum single macam kami, emang ada ya, yang bisa dijadikan alasan buat patah hati?

Nightmare
Nightmare