Sabtu, 22 Oktober 2016

Random 1: Muka Angker (Part 1)

Bismillah...


Lama tak berbagi sesuatu, rasanya jadi canggung ya... Apa kabar kawan sekalian? Baik kah? Lagi merasa apa? Senang? Sedih? BĂȘte? *Sok-kenal-sok-akrab mode on* Betewe, karena aku orangnya cablak, daripada muter-muter, lebih baik langsung ke inti saja yaaa... :D

Adakah di antara kenalan teman-teman sekalian yang orangnya bertampang angker, sangar, galak, tidak ramah, dan suka berbicara blak-blakan? Apa yang teman-teman rasakan terhadap orang tersebut? Anyel? Jengkel? Ngeri? Amit-amit?


Pernahkah kalian bertanya, kenapa teman kalian bisa bertampang angker, sangar, dan galak? Bukankah di balik suatu hal, selalu ada hal lain yang mendasari? Bukankah muka angker, muka sangar, dan muka amit-amit itu juga terjadi karena ada alasannya? “Yeah, itumah bawaan sejak orok, cyin! Dari sana emang setting mukanya seperti itu kaleee...” Bisa jadi teman-teman sekalian berpikir begitu. Tapiii... 


muka angker
hubungannya berpura-pura tangguh dengan muka angker apa? Ada deh~ (credit)

Tahukah teman-teman sekalian bahwa meski tulisanku banyak bercandanya, suka sok kenal sok akrab, selengekan dan terkadang geblegnya bukan kepalang; namun sebenarnya aku ini seorang (yang kadang) pendiam bertampang sangar, angker, angkuh, sombong (apapun sebutannya)? Tahu nggak? Nggak tahu kan?

Penampilan luar boleh angker, namun jiwanya unyu. Serious outside, crazy inside. Halah. Wise man said, “Don’t judge the book by it’s cover.” Tapi sebenarnya, kadang aku juga suka ‘do judge the book by it’s coverdink. Apalagi kalau bukunya membahas masalah desain grafis. Demikianlah.


****