Halaman

Kamis, 14 Agustus 2014

Ruwet: Ocehan Seorang Blogger Gajes


Bismillah...

Kenapa curcol pake “Bismillah”? Karena... Semoga ada yang bisa mengambil hikmah. :v

Hallooo minasan... lama tak bersua. Kenapa? Karena saya bingung harus mulai menulis darimana. Saya hiatus sudah sejak sebelum Ramadhan kan ya? Padahal waktu itu, pas masih gencar-gencarnya kampanye pilpres. Sebenarnya saya juga pengin kampanye, tapi nggak jadi. Sudah banyak yang nge-judge kalau capres pilihan saya dan pendukungnya begini dan begitu. Pengin banget rasanya koar-koar secara bebas, tapi keadaan politik sepertinya sedang tidak stabil. Penuh isu-isu yang meresahkan. Apalagi, saya tinggal di daerah yang mayoritas masyarakatnya merupakan pemilih capres -lawan capres pilihan saya. Tambah parnolah saya buat koar-koar. Takut diculik. Bukan dink. Takut di-bully. :v


Ketika masuk masa Ramadhan, fokuspun mulai terpecah karena adanya serangan Israel terhadap Palestina. Tentu saja pandangan saya tentang kasus ini masih serupa dengan pandangan saya ketika debat, bukan debat dink, diskusi dengan brader Samaranji beberapa tahun silam. Pengin rasanya ngepost tentang konflik ini, tapi akhirnya batal juga. Malah cuma menyempatkan komen ke tulisannya brader Eksak. Apa yang sudah saya lakukan untuk membantu mereka? Baru sedekah ala kadarnya.

Memasuki tanggal 22 Juli, hari penetapan hasil pemilu via KPU, sebenarnya saat itu juga pengin ngepost sesuatu. Tapi, lagi-lagi dihantui oleh rasa paranoid jika nanti mendadak kondisi politik tidak stabil, dan ada yang ngamuk-ngamuk. Eh ternyata, malah capres pilihan saya yang waktu itu kalah via keputusan KPU. Kalah via KPU sih nggak apa-apa, masih ada Mahkamah Konstitusi. Yang bikin nyesek adalah saat berhembus isu yang mengatakan bahwa capres Wotta sengaja mengundurkan diri dari pemilu. Waktu itu beneran pengen nangis deh. Saya merasa sedih mendengar bully-bully-an semacam itu. Lalu tetiba ada teman yang ngirimin pernyataan dari capres Wotta, via inbox fb tentunya. Apa yang kurasakan setelahnya? Lega. Super lega. Isu tadi hanyalah isu peresah belaka. Capres Wotta tidak mengundurkan diri dari pemilu, dan seperti yang kami harapkan, beliau beneran menggungat ke MK.

Ada yang tau, obat ini dijual di mana? (credit)

Pasca pengumuman KPU, rasanya jadi lebih damai karena sudah mendekati hari terakhir Ramadhan. Fokuspun beralih untuk mengejar ketertinggalan. Telat bingits yo ben, daripada nggak sama sekali. Dan pasca Lebaran, sebenarnya juga pengin membuat posting mengenai imam shalat ‘Ied di tempatku, yang waktu itu salah jumlah takbir. Tapi lagi-lagi malah batal posting. Sungguh, telah banyak ide yang cuma dijadikan draft offline tanpa diposting. Akhirnya malah sangat fokus untuk menulis sesuatu tentang ISIS/IS. Awalnya, pengin nyambungin antara isu ISIS/IS dengan agenda war on terror.

Kudet dan telat dapet info, saya lagi parno buka-buka link tertentu karena pas pilpres kemaren, antivirusku banyak memblok ‘sesuatu’ dari link-link tersebut. Dapet info dari salah seorang teman yang waktu itu ketemu saat dolan bareng, kata dia, Ust. Abu Bakar Ba’asyir sudah berbaiat pada ISIS. Saya yang tidak mengikuti perkembangan informasinya, kaget juga donk ya. Kalau Ust. Abu sudah berbaiat, kemungkinan pengikut-pengikutnya juga sudah membeo donk? Lha, gimana jadinya nih, kalau mendadak ada operasi ‘terduga ISIS’ hanya karena bercelana cingkrang, berjenggot maupun berjilbab lebar, seperti kasus penangkapan terduga teroris yang terjadi beberapa tahun silam? Bahkan, kalau tidak salah, waktu itu bukti pemberatan yang digunakan untuk penangkapan, salah satunya adalah sebuah buku yang ditulis oleh *initial* WS.

Halloooo, kalau hanya karena membaca buku tertentu lalu kemudian dianggap sebagai teroris, bukankah itu lucu sekali? Pernah kejadian, seseorang hampir mengira bahwa saya ini seorang ekstremis, hanya karena saya sudah membaca bukunya Alm. Z.A. Maulani. Hadeeeeehh... *Tepok jidat*

Suka menduga-duga, kata oom Mario Teguh, merupakan salah satu sifat dasar manusia. Hanya karena membaca buku Alm. Z.A. Maulani, dikira anak buahnya Ust. Abu Bakar Ba’asyir. Hanya karena membaca buku Amien Rais, dikira Muhammadiyah. Hanya karena di dinding rumah tergantung plakat bertuliskan N dan U peninggalan ayah, dikira bakalan milih PKB. Hanya karena berteman dengan ukhti-ukhti tarbiyah lalu diberi souvenir cantik, dikira kader PKS. Hanya karena suka nge-share wisdom quote berbahasa Inggris, dikira penganut New Age. Hanya karena menggunakan quote Alm. Gus Dur, dikira Gusdurian yang liberal.

Hanya karena ini dan hanya karena itu! Jangan-jangan, suatu saat nanti, saya dianggap orang yang meresahkan dan patut diamankan, hanya karena berbicara seperti ini dan seperti itu? Merinding nih. Jadi, daripada serba salah, mungkin lebih baik diam dan tidak membicarakan masalah-masalah sensitif.

Balik lagi ke ISIS. Lho, katanya nggak mau ngomongin masalah sensitif? Hehe. Beberapa hari sesudah dolan, barulah saya nemu link yang dibagiin mas-mas grup Intelijen. Link ini mengatakan bahwa berita yang mengabarkan tentang pemimpin JAT -yang katanya- berbaiat pada ISIS, hanyalah berita hoax. Bahkan, pihak HTI yang sangat menginginkan sistem kekhalifahan pun, juga tidak berbaiat pada ISIS. Trus, siapa ya, yang kemaren-kemaren nyiarin bahwa Ust. Abu berbaiat pada ISIS?! Dasar media mainstream, sukanya main penggiringan opini!

Jangan-jangan (lagi), benar saja apa yang dikhawatirkan oleh salah seorang mimin grup Intelijen, bahwa isu ISIS ini bisa menggelinding bak bola salju. Trus nanti akhirnya dikaitkan sebagai upaya penjegalan capres Wotta, yang lagi maju ke MK. Lho kog bisa? Tergantung cover up media donk. Disambung-sambungin antara apa yang diusung ISIS, dengan siapa para pendukung capres-cawapres Wotta. Othak-athik dan kemungkinan ada gathuk-nya, ada pas-nya. Itulah teori konspirasi.

Gw yg ungu. Gw bukan orang JAT, yg diajak chatting juga bukan orang JAT. Saking parnonya, chatting-pun kadang-kadang pake kode gajes -_-"

Ngemeng-ngemeng terkait teori konspirasi, David Icke kog malah bilang kalau ketua ISIS sebenarnya merupakan agen Mossad yang sedang menyaru? Sumbernya? Katanya sih dari bocorannya si Snowden. Lha, ini hoax apa bukan? Nyari-nyari tentang omongannya si Snowden ini, saya malah jadi tergoda untuk sekalian ngepoin kabar terbaru tentang Julian Assange. Trus, draft postingan tentang ISIS-nya nyampe mana nih? Malah belum jadi saya bikin. -____- Inilah salah satu sisi negatif saya: Terlampau kepo, suka paranoid dan kurang bisa fokus. Jadinya ya gitu deh. Setiap ada waktu buat bikin posting, malah waktunya dibuang buat jalan-jalan di dumay, baca ini-itu, terus pusing, terus gak jadi bikin posting. Hash, udah dulu ya. Apa hikmah yang bisa diambil coba?

Terlampau kepo, tidak fokus, dan terlalu paranoid merupakan hal yang bisa merugikan. Membuat pikiran jadi ruwet sendiri. Jangan ditiru yaaa...

Oia, kalau ada yang nanya tentang pandangan saya terkait sistem khilafah, saya sepakat dengan komen di bawah ini:

Typo antara huruf b dan n, tapi saya bukan ummu yang disebut di atas lho ~,~

Ada yang merasa pernah komen kek di atas? Nggak terima komennya dipost di mari? Salah sendiri fb-nya nggak dikasih 'peringatan bla bla bla', di-share buat publik pula. Protesnya langsung ke saya ya, via komen donk. Hehehehehe :p

Bye...


*gajes: gak jelas


PS: buat mbak Ely, "Mbak, postcard-ku belum nyampe..." T_T






4 komentar:

  1. Barusan sedang mikir ISIS juga , sereeeeemm :(

    Wah ... ikut senang akhirnya sampai juga postcardnya, kemarin nggak ikut ya? kamu ? :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. postcardnya belum nyampe mbak :(
      oia, yg acara ke dua, saya ketinggalan. Udah ditutupkah? Kalo belum, pengen ikutan. :v

      Hapus
  2. waah, dan gugatan wotta akhirnya ditolak MK, hee (nyengir lebar)

    dan saya pun ingin mengakhiri membaca curhat ini dengan hamdalah, biar dapat hikmah
    Alhamdulillah

    BalasHapus
    Balasan
    1. heheee iya :v
      nothing to lose. Just wait n see. XD
      semoga presiden terpilih nggak ingkar janji, nggak membuat kebijakan yg bakal merugikan rakyat dan merugikan Indonesia. Aamiin for that.

      Hapus

Komentarmu tak moderasi, artinya ya aku baca dengan seksama, dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Komentarmu = Representasi dirimu.
Ojo saru-saru lan ojo seru-seru. Ok dab?