Quote dari papah Hoka |
Haruskah kejahatan dibalas dengan kebencian? Haruskah kita menyimpan dendam atas sesuatu yang pernah membuat kita sakit hati? Entahlah. Jika balas dendam akan memberikan kepuasan sesaat, dan akan berlanjut dengan balas dendam berikutnya, kapankah siklus tersebut akan berhenti?
Kita tahu bahwa ikhlas serta memaafkan itu merupakan hal yang tidak mudah. Tapi... bukankah lebih baik mencoba memaafkan dan terus bergerak maju menyongsong masa depan; daripada bermuram durja, mengingat masa lalu: menghabiskan waktu untuk membenci, menghabiskan waktu untuk berpikir tentang balas dendam? Karena apa yang sudah terjadi, tidak akan bisa di-undo begitu saja seperti yang kita mau.
Quote dari Bayu |
Berikut aku ambilkan sebuah petuah yang tersebar dari satu grup whatsapp ke grup whatsapp yang lainnya:
ILMU SEMAR MESEM
Gareng : "Romo pernah dicaci-maki seseorang?"
Semar : "Pernah....!"
Petruk : "Pernahkah dimusuhi seseorang, Mo..?"
Semar : "Pernah....!"
Bagong : "Apa pernah dibenci seseorang, Mo?"
Semar : "Pernah....!"
Gareng : "Sampeyan juga pernah dihujat seseorang, Mo..?"
Semar : "Pernah....!"
Petruk : "Apakah semua itu dilakukan secara terang²an, Mo..?"
Semar : "Ada yang dilakukan secara terang²an, ada juga yang hanya dilakukan secara diam² dari belakang.."
Bagong : "Lantas apa yang Romo perbuat terhadap orang² itu..?"
Semar : "Thole, nggèr anak²ku cah bagus, podo dirungokno yo..! Aku tidak balik mencaci-maki dia, aku pun tidak merasa harus memusuhinya, tidak pula akan membencinya dan aku juga tidak berpikir akan membalas hujatannya.."
Gareng (penasaran) : "Kenapa bisa demikian, Mo..?"
Semar (sambil membetulkan duduknya) : *"Itu karena pikiran serta hatiku tidak terfokus pada siapa yang mencaci-maki, siapa yang memusuhi, siapa yang membenci dan siapa yang menghujat.*
*Pikiran dan hatiku hanya terfokus pada siapa yang menggerakkan lidah mereka sehingga mencaci-maki aku, siapa yang menggerakkan jiwanya sehingga memusuhi aku, siapa yang menggerakkan hatinya sehingga membenci aku dan siapa yang menggerakkan pikirannya sehingga membuat mulutnya menghujat aku..."*
Petruk : "Dia itu siapa, Mo..?"
Semar : *"Dialah GUSTI YANG Maha Pencipta. DIA-lah sebagai Maha yang berkuasa atas segala sesuatu yang sudah, belum, sedang dan yang akan terjadi.*
*Ya hanya DIA-lah satu²nya yang memberi kemampuan dan kekuatan pada orang² itu sehingga lidahnya bisa mencaci maki, jiwanya bisa memusuhi, pikirannya bisa membenci dan bibirnya bisa menghujat diri ini. Tanpa-NYA tentu mustahil bisa terjadi. Sehingga aku beranggapan, sebenarnya cacian, kebencian, permusuhan dan hujatan itu sengaja dihadirkan GUSTI ALLAH SWT agar jiwaku menjadi kuat melewati rintangan dan hatiku menghebat tatkala menghadapi ujian.*
Jadi, adalah *SALAH BESAR jika aku menyalahkan orang² itu apalagi membalasnya. Oh... Bagiku itu tidak perlu, bahkan aku berkeyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi pada kehidupan ini tidak mungkin terjadi secara tiba², semua sudah diatur sedemikian rupa oleh NYA, maka apapun kenyataan yang aku terima kemarin, hari ini atau suatu hari nanti, tidak ada kata sia², bahkan dibalik semua itu, pasti ada hikmah terbaik yang bisa merubah kehidupanku agar menjadi lebih baik dari sebelumnya. Karena aku tahu, sesungguhnya GUSTI ALLAH itu MAHA BAIK.*
Anak²ku, kowe kabeh jangan terpengaruh kalau dihina. Jangan Hati Melambung kalau Dipuji.
Tidak Penting Dianggap Baik, yang Penting *teruslah belajar menjadi Orang Baik*
*****
I know, it's easier said than done. But we must try it.
Semoga harimu menyenangkan. ^_^
PS: Terimakasih banyak buat papah Hoka dan Bayu atas kata-kata bijaknya.
Daripada membahas kebencian, yang artinya ngurusin orang lain, mending urusin kebahagiaan diri sendiri. Kebahagiaan diri sendiri gak ada hubungannya dengan orang lain, buktinya kita bisa mencintai tanpa dicintai balik. #eh
BalasHapusEh.. eh... hahaha... 😆
Hapus