Halaman

Minggu, 09 Juni 2013

Media, Konglomerasi Media, dan sebangsanya.... (Part I)

 “Hari ini enaknya nulis apaan eaa Cint?” tanya En pada Ha yang lagi kumat migrennya.
 “Gue gak mao ngapa-ngapain. Gue mao tidur aja! Beberapa hari ini gue kurang tidur. Bye” jawab Ha seenaknya.
 “Heh? Gitu aja? Jangan donk, udah perlu apdet blog lagi nih. Biar Google nggak males meng-index rumah kita ini.” En mulai merajuk.
 “Kamu rewrite aja skripsong kamu. Huahahaha.”
 “Hmmm, ide yang menarik. Aku kulik trus rewrite pendahuluannya ya.”
 “Terserah. Gue mao tidur. See ya.”

Beberapa puluh menit kemudian...

“Ha, bangun donk. Coba kau periksa hasil rewriteku ini.”

“Males baca. Kepala gue cenut-cenut tahu! Kamu aja yang bacain dunk.”

“Oke, ehmm ehhm. Setujukah kamu kalau ada pernyataan bahwa kita hidup di zaman yang sangat mengandalkan media? Setiap hari, mau tidak mau kita pasti bersinggungan dengan yang namanya media massa. Media massa seperti televisi, radio, majalah, koran, bahkan internet telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari hidup kita.” Cerocos En yang mulai membaca rewritenya.


“Riset yang dilakukan oleh Veronis Suhler,[i] menyatakan bahwa orang menghabiskan rata-rata 40 persen dari hari mereka dan 60 persen dari waktu bangun mereka, bersama media massa. Televisi rata-rata dihidupkan lebih dari tujuh jam setiap hari.[ii] Para remaja menghabiskan tiga sampai empat jam sehari, untuk mendengarkan musik melalui radio atau CD.[iii] Bahkan anak yang berusia 6 bulan ditemukan menonton televisi selama satu setengah jam setiap hari.[iv]” Lanjut En.

“Huwaaa, ternyata rata-rata kita cukup sering mengkonsumsi media massa ya?! Oke, teruskan bacanya” Celetuk si Ha, mulai tertarik dengan rewritean yang dibaca En.

“Paparan media yang cukup sering tadi, bisa membuat kita menjadi konsumtif terhadap apa yang disajikan oleh media. Berbagai kebutuhan sehari-hari kitapun juga dipilihkan oleh media massa. Apa yang kita bicarakan, bagaimana kita mengutarakan pendapat, apa yang kita kenakan, apa yang kita beli, dan apa yang kita lakukan; hampir bisa dikatakan juga dipengaruhi oleh media. Hayooo, ngaku nggak kalau sebenernya kita ini kecanduan sama yang namanya media massa?!” todong En.

“Iya, ya?! Internet juga bagian dari media massa kan?! Berarti gue emang kecanduan. Haha. Teruskan Say.”

Big Media
Big Media (sumber: Iluminati Card Game)

 “Selain sebagai sumber berita dan hiburan, media massa juga dianggap membawa pesan persuasi. Sebagai agen penyampai informasi, media dituntut selalu netral dalam setiap peliputan beritanya donk ya. Namun kenetralan ini kadang masih belum dapat tercapai sepenuhnya. Why? Ini dikarenakan adanya berbagai kepentingan yang bermain dalam media massa. Suka nonton berita Cint? Hati-hati saja! Karena kita sudah mendekati masa-masa Pemilu 2014, jadi jangan heran kalau banyak berita yang... Ya begitulah... haha.”

“Nggak niat banget buat ngasih contoh sih lu?!”

“Biarin wew. Toh udah bukan rahasia lagi, kalo media di Indonesia ya begini ini. Wkwkwk. Lanjut ya?”

“Lanjuutt...”

 Alex Sobur[v] menyebutkan bahwa di samping kepentingan ideologi antara masyarakat dan negara, dalam media massa juga terselubung kepentingan yang lain; misalnya kepentingan kapitalisme pemilik modal, kepentingan keberlangsungan lapangan kerja bagi karyawan, dan sebagainya. Dalam kondisi dan posisi seperti ini, media massa tidak mungkin statis berdiri di tengah-tengah, dia akan bergerak dinamis di antara pusaran-pusaran kepentingan yang sedang bermain. Eh betewe, kepentingan pemilik media yang sekarang lagi tren, tentunya pencitraan parpol para pemilik media kan Cint?”

“Au ah, jarang nonton TV, jarang baca koran. Wekekeke.”

“Haha sama, aku juga jarang nonton TV. Kuteruskan ya. Ehmm. Kebanyakan media massa adalah campuran dari informasi, entertainment serta persuasi. Orang-orang  membentuk opininya dari informasi, dan interpretasi atas informasi itulah yang mereka terima. Ini berarti, bahkan liputan berita sekalipun mengandung unsur persuasi.[vi] Ulangi lagi ah, buat penegasan: Liputan Berita sekalipun, mengandung unsur persuasi! Contohnya: persuasi yang sifatnya enggak langsung, semacam liputan acara sebuah parpol yang bisa menimbulkan pencitraan baik misalnya.”

“Huhuhu, ngasih contoh lainnya napa?”

“Dilarang protes. Wew!”

“iya deh. Teruskan bacanya. Gue ngedengerin aja.”

“Terusannnya besok aja ya, aku mau ngerjain hal lainnya dulu. Hahaha.”

“Huuuu, dasar!”

“Hahaha. Lumayan kan, buat nambah jumlah postingan!”

Sak karepmu. Gue mao tidur lagi deh kalo gitu. Bye.”




PS:
Posting nggak jelas ini terinspirasi dari sebuah tulisan berjudul: Media Mainstream Dikuasai Partai Politik. Special thanks for brader Ario Antoko yang udah ngelink ke blognya Prof. Merlyna Lim. Enha jadi dapet tambahan referensi nih. Haha. For you all, have a nice day. Oia, turut berduka cita atas wafatnya bapak Taufiq Kiemas, semoga amal ibadahnya diterima oleh-Nya. Aamiin.


[i] John Vivian., Teori Komunikasi Massa (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008).
[ii]Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication: Konteks-Konteks Komunikasi, terjemahan Dedy Mulyana. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001).
[iii] Richard Jackson Harris A Cognitive Psychology of Mass Communication. (New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc., 2004).
[iv] Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, Loc. Cit.
[v] Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009).
[vi] Vivian, Op.Cit.




25 komentar:

  1. aku jarang nonton TV, kl internetan terus iya emang *toss dulu* :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. asyik... toss mbak :D
      di Jerman ada sinetron nggak ya? ('.')??

      Hapus
    2. Aku jg jarang nonton tv, jrg ndengerin radio, jrg FBan skrg. Twitter jg gak srg.

      # eniwei, klo soal pemilu...aku kok gk hbs pikir knp 2 thn sblm pemilu sdh bnyk poster mwndadak jd artis. Trs slogan yg isinya kampanye utk aktf mnggunakan hak suara jg 2 tahun sblm pemilu. Lha itu mau ngingetin apa ngledekin rakyat sbg populasi yg pelupa ya

      * commentx jd nglantur*

      Hapus
    3. Karena mbak Rie udah punya suami euy. hihi. Semoga langgeng sampai kakek-nenek. Aamiin. Tapi, punya suami keknya FB an juga perlu deh mbak: buat buka2 grup, nambah ilmu nambah wawasan, plus nambah daftar kegalauan. TT__TT

      Soal poster yg mendadak jadi artis, berarti mereka nyolong start donk ya? Apakah itu boleh? aku masih bau kencur nih, pengetahuan masih dangkal. T__T

      Kalo poster ttg penggunaan hak, mungin karena masyarakat kita ini kebanyakan yg cuek bebek kali ya? Jadinya, dihimbau jauh2 hari supaya kita menjadikan itu sebagai prioritas kita? Tapi embuh dink.T__T

      Hapus
  2. internet??
    saya suka itu..slrrp
    hahaa..
    bener jg ya nha, hmpir smua waktu kita nyimpangny k media massa

    BalasHapus
    Balasan
    1. internet spesial:
      indomie telor pake kornet spesial.
      haha...

      Propicnya Ka ganti ternyata, mengingatkanku akan sosok Luna Maya, eh, Luna kucingnya Usagi.

      Hapus
  3. Aaak! Kok bisa banyak gini referensinya? Jangan-jangan kamu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. jangan-jangan, semuanya berubah semenjak negara api menyerang!
      Bukan. Ini pasti ulah Gorgom.
      :v

      Hapus
  4. Balasan
    1. monyet sisiran?
      -___-"
      wekekeke

      Hapus
    2. nih ya, perasaan setiap kemarih, gw jadi tambah pinter ya, hmmm, yang nulisnya berdua apa sendiri neh ? #nuduh

      Hapus
    3. ^ketek suren XD
      Nulisnya sendiri, ngedumelnya berdua -biar nggak disangka nggak waras-
      hehehehehehe. :D

      Btw, nanti kalo oom mangki jadi pinter, bisa kondangan ganti nama donk: Smart Monkey. Kondangannya aku diundang ya. :3

      Hapus
    4. ngarep gitu punya nama kondang :P

      kalo ngundang kamu, kira-kira bakalan ngabisin makanan banyak gak ya ???

      Hapus
    5. tenang oom, makanku nggak banyak kog. :P
      hehehehehehehe. XD

      Hapus
  5. Wah! Kritis lo En! Tp kayak gak ada ide, skripsong diposting? Entar ada yg nyontek gmn? Eh, suka2 elo ding! Hehehe,

    Hmmm... Menggelitik dumelan elo sama si Ha En! Walopun gue gak pernah kuliah di jurusan media, paling gak gue berurusan ama media setiap harinya. Gue yakin elo bisa keruk lebih dalam... Apakah media masuk dalam propaganda dan konspirasi? Knp itu gak dibahas? Sedangkan ilustrasi elo aja pake illuminati card.

    Skarang gue boleh kan berpendapat? Gue bisa samain media ama dajal! Kalo kita terlalu bergantung pada media, boleh gue bilang kalo kita diperbudak dajal? Oke, ini alasan gue:

    Media bisa diakses via monitor, lcd, led, hp, wide-screen, dll yg berlayar tunggal/satu. Inget! Dajal bermata satu!

    Media berbasis kabel dan nirkabel tetep punya Kabel di server, di sirkuit, di perangkat dsb kruel2 dan kriting. Inget! Dajal berambut kriting!

    Media melenakan kita, elo bilang nonton tipi aja bisa 7 jam shari, belom ngenetnya. Inget! Dajal juga melenakan manusia. Mengalihkan dari urusan akhirat ke urusan dunia.

    Jngan musuhin gue ya En! Itu cuma pendapat gue ea... Gatel aja pengen ngomenin skripsong elo ini... ;-)

    lanjut ke part II...

    BalasHapus
    Balasan
    1. media= dajjal?
      astaga, othak-athik gathuk keknya. wekekeke. XD
      Hhhh, itulah ngak asiknya teori konspi rasi. Apa-apa dihubung-hubungin.

      aku jd semakin mikirin makna dari kata2nya master E. Para penganut teori kons pirasi hanya melakukan cover up.

      Pesan buat para penganut teori konspirasi sekalian: Lihatlah teori itu dari segala segi, jangan hanya dilihat klenik, mistis atau wahnya saja. Coba pandang dari segala sisi, sisi politik dan ekonomi misalnya. Karena "selalu ada sisi yang lain", dan cobalah ubah perspektif kalian. Meski berat, tapi kadang mengasyikkan lho. fufufufu.

      Hapus
  6. kalau menurutku, media yang dimiliki partai X, maka partai tersebut akan diberitakan yang baik-baik saja oleh media tersebut :D

    BalasHapus
  7. Enha, boleh nggak aku copas sebagai referensi jurnalku?

    BalasHapus
    Balasan
    1. jurnal ilmiah?
      :')
      Tersanjung nih kak. silakan dicopas kakak. :')
      Tapi penulis yg nggak kredibel, bisa jd referensi jurnal ya?

      ~wew, ge-er kau En! Yang mau dicopas kan quotenya para master di atas yg kau kutip. Haha.
      ~Ah iyanih aku ge-er, Betewe silakan dicopas kak. Nggak apa-apa kog :3

      Hapus
    2. iyaa enhaaa, yang mau ku-copas quote si master-master yang bercetak tebal itu ^^ nice sharing enhaaaa!! Insya Allah ntar enha bisa bikin quote juga :)

      Hapus
    3. silakan di-copas kakak. :)
      Aamiin doanya. :')

      Hapus
  8. Balasan
    1. nggak donk...
      hihihi.
      :3
      tulisan inimah, labelnya bukan curcol Cing. wkwkwk.
      :p

      Hapus

Komentarmu tak moderasi, artinya ya aku baca dengan seksama, dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Komentarmu = Representasi dirimu.
Ojo saru-saru lan ojo seru-seru. Ok dab?