Jumat, 08 Maret 2013

Kora-Kora dalam Perahu

Ayo numpak kaé!” kataku pada Oryza dan Ikho sewaktu kami mbolang bareng ke pasar malam kesiangan. Entah angin apa yang membuat dua sahabatku itu mengiyakan ajakanku. Seolah mereka memang sudah berencana menaiki Kora-Kora Mini berbentuk perahu, saat aku masih dalam perjalanan. Kami memang tidak berangkat bersama, karena rumah kami berjauhan dan berbeda arah. Rumahku yang paling jauh dibanding rumah mereka berdua.

Kayané, sing dodol tiket ora ana deh,” celetuk Ikho, seakan mengendorkan niatnya. Tanpa babibu, aku langsung menghampiri tempat loket. Dan ketika itu juga, mas-mas penjaga Kora-Kora muncul entah darimana. Tanpa membuang banyak waktu, kami bertiga sudah nangkring di atas Kora-Kora. Awalnya aku ingin naik di tengah, tapi kurasa yang paling berasa ‘dheg’-nya adalah yang di ujung. Maka aku pindah ke ujung, duduk di samping Ikho. Oryza duduk di tengah.

naik Kora-Kora Mini
aku & Ikho duduk di ujung, tiga Orang ini yang duduk di ujung satunya lagi

Saat kami bertiga sudah siap di posisi masing-masing, datang rombongan lain yang juga ingin naik Kora-Kora kami. Mereka berlima. Tiga orang duduk di tepi ujung yang satunya lagi, dan dua lainnya duduk di depanku.

Saat Kora-Kora mulai berjalan, aku tidak merasakan apa-apa. Tapi saat kecepatannya mulai bertambah, aku mulai memegang tangan Ikho erat-erat. “Eh, lungguh ning kéné ora ono pengamané!” cerocos Ikho memberitahuku. Tempat duduk kami tak ada safety beltnya!! Tapi terlambat, mau pindah satu kursi ke depan, kursi di depan kami sudah terisi. Mau pindah ke depannya lagi, isin lah yaa sama mbak-mbak di depan. Masa’ pake rok panjang, mau penthalitan nglangkahi kursi siji-siji. Ya kudu nrimo, lungguh ning mburi, tanpa pengaman.

Kora-Kora Mini
Kora-Kora Mini

Aku takut kalau kacamataku jatuh, takut kalau tas di pundakku jatuh. Aku takut jatuh! “Haduh biyung, piye iki mengko nek aku njiblok!” batinku. Berulang kali jantungku dibuat serasa mau melompat dari tempatnya, saat Kora-Kora berayun naik turun. Saat posisiku berayun naik, rasanya sih biasa wae. Tapi saat berayun turun itu lho, ‘mak dheg’ gitu rasane.

Turun dari Kora-Kora, aku membatin. Mengucap syukur karena aku sudah turun dengan selamat. Ikho berbeda. Dia merasa kegirangan, karena menurutnya Kora-Kora ini melaju lebih kencang dari biasanya. Oryza yang duduk di tengah, bersumpah nggak mau naik Kora-Kora lagi. Dhéwéké kapok. Hahaha.

Setelah turun kami bertiga rehat sebentar, duduk di kursi sambil melihat penumpang lain yang akan menaiki Kora-Kora. Karena rombongan yang akan naik ini orangnya kurang, sebagai penyeimbang, kru Kora-Kora menggait salah seorang anggota krunya. Dan orang yang dipilih, sepertinya adalah yang paling penakut. Mas-mas itu bertubuh kecil, dan dia bersikeras nggak mau naik, meski badannya diangkat oleh rekan-rekannya.

naik Kora-Kora Mini
Lihat mas yang ditengah nggak? Masnya nggak berani lihat ke depan

Melihat mas kecil itu pasrah saat Kora-Kora berjalan, hatiku puas! “Padahal, masé mung lungguh ono tengah yo, tapi deloken rupané. Mesakné banget yaa.” Kataku pada Ikho. “ He’eh. Masé kétoké wedi banget deh, haha.”

Okelah, ada yang lebih takut jatuh daripada aku. Dan itu membuatku puas. Tapi jika diajak naik Kora-Kora lagi, pikir-pikir dulu deh. Nanti kalau sampe kejadian mirip Final Destination gimana. Kyahaha, khayalan tingkat tinggi. 




"Postingan ini diikutsertakan di Aku Cinta Bahasa Daerah Giveaway"


Keterangan:
“Ayo numpak kaé!” >>> “Ayo naik itu!”
Kayané, sing dodol tiket ora ana deh,”  >>> “Sepertinya yang jualan tiket nggak ada deh,”
Eh, lungguh ning kéné ora ono pengamané!”  >>>  “Eh, duduk di sini nggak ada pengamannya!”
Isin  >>> Malu
Penthalitan  >>>  ugal-ugalan
Nglangkahi  >>> Melangkahi
siji-siji  >>> satu-satu
kudu nrimo, lungguh ning mburi  >>> harus menerima, duduk di belakang.
Haduh biyung, piye iki mengko nek aku njiblok!”  >>> “Aduh ibu, bagaimana ini nanti kalau aku jatuh!”
Dhéwéké kapok  >>> dia kapok
“Padahal, masé mung lungguh ono tengah yo, tapi deloken rupané. Mesakné banget yaa.”  >>> “Padahal, mas’nya cuma duduk di tengah ya, tapi lihatlah wajahnya. Kasihan sekali yaa”
Masé ketoké wedi banget  >>> mas’nya terlihat takut sekali.
Final Destination  >>> Judul film




12 komentar:

  1. pethalitan?
    bukane pethakilan? bhaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. itumah sinonim dalam bahasa Jawanya dedek Noofa. Wkwkwk...

      Kk bingung nyari bahasa Indonesianya 'Penthalitan' c, jadinya kk artiin sak penak'e dw. hehe.. :P
      #kk?! bukannya lebih pantes dipanggil tante eaa? wkwkwk...
      XD

      Hapus
  2. kora2 dalam perahu, ethok2 tidak tahu! Njiblok ki boso endii? Bhahaha, mugo menang GAne, en! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. njiblok kie bahasa daerahku donk. Di Kendal gak ada kosakata 'Njiblok' eaa?
      Amin dah.
      Menang gak menang, yang penting posting dg label GA' nambah. #motifterselubung.
      huehehe...
      :P

      Hapus
  3. Enha aslinya mana sih? Tak kirain gak iso boso Jowo... owalaaah... :D

    Aku rodo bingung "deh" :D
    “Kayané, sing dodol tiket ora ana deh,”

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asli Indonesia bagian Jawa Tengah donk kk. :)
      'deh' itu bahasa Indonesia dink eaa.
      Maklum, bahasa gado-gado. hehe.

      Hapus
  4. pernah naik tp dlu...dlu..dlu waktu kecil, bikin mual dn bikin pusing...

    btw, bhs jawax di translet dunk *smile

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku aja yg udah gedhe, naik kora-kora juga mual & pusing. (=..=")

      Rohis (bingung mau panggil kk ato dd), caramu menulis kata 'nya' bener bikin gemes deh. XD
      oia, translatenya kan udah eike sertakan di bawah kata keterangan. XD

      Hapus
  5. nha, aku belum pernah naek kora looh...
    #menyedihkan

    seru y kayakny...pengenn...huhu

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyadonk, seru bangett. Ayo cobain.

      Enha nih paling demen kalo temennya mupeng. hihihihi. #ketawakuntilanak.

      ~seru apanya Ka, gimana kalo kejadian mirip film Final Destination. Ngeri donk.
      @__@

      Hapus
  6. yen numpak kora2 model beginian yoo serem banget mas, cilik ndang serem gitu :p

    makasih yaa udah ikutan :D

    BalasHapus

Komentarmu tak moderasi, artinya ya aku baca dengan seksama, dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Komentarmu = Representasi dirimu.
Ojo saru-saru lan ojo seru-seru. Ok dab?