Senin, 07 September 2015

Mapping...

Bismillah...

Gw lagi mapping dan nge-index nih. Tapi sekalian aja indexnya gw bagi-bagi di sini. Lumayan juga kalo ternyata nanti ada yang nyasar di mari gegara juga lagi butuh map serupa dengan map yang gw butuhkan. Wanna follow my path? But be careful ye... jalan di depan lumayan gelap. Mungkin kadang penerangan yang ada cuma berasal dari cahaya kunang-kunang. Tapi masih lumayan lah, daripada gelap gulita sama sekali. Soalnya di depan sana banyak lubang, tikungan dan simpangan. Semoga tidak salah jalan, dan sampai di tujuan akhir yang menyenangkan. It’s a long long journey. Till I know where I'm supposed to be *nyanyi* :D

****


Ini ceritanya waktu itu gw bener-bener nge-blank dan butuh peta pemikiran aliran-aliran Islam, begitchu...

Untuk mendapatkan pemetaan yang lengkap, gw sepertinya harus baca buaanyyaaaakk buku, dan itu bikin gw menyerah duluan. Lha, kapan dapet gambaran besarnya, kalo ternyata gw musti banyak baca referensi dulu? Butuh berapa tahun itu? Hiks. *Ingat kawan, gw tidak tergabung dalam afiliasi apapun, dan itu berarti gw gak punya guru ngaji formal-mentor-murabbi-dan semacamnya. Kasihan banget kan gw?! :'v

Ternyata, gak perlulah baca buku dan khatamin banyak-banyak referensi dulu, biar bisa tahu gambaran besar tentang info yang gw cari. Gw dapet infonya malah dari buku obral yang harganya murah meriah. Seneng bukan kepalang? Tentu saja.

Okelah, langsung aja deh... Berikut ini macam perbedaan pemikiran tentang sistem politik yang dianut oleh para Muslim -bedakan antara Islam dengan Muslim ya kawan-

Warning: Copas membabi buta...

“Kita menyadari ada diskusi serius tentang hubungan antara missi risalah yang diemban oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan politik dan negara. “Apakah Rasulullah itu diutus untuk menyampaikan ajaran agama saja, atau juga berpolitik dan selanjutnya menyelenggarakan pemerintahan?” adalah pertanyaan untuk mengawali diskusi tersebut. Pertanyaan senada, misalnya, “Apakah agama Islam terkait erat dengan persoalan politik, kenegaraan dan pemerintahan? Apakah sistem dan bentuk pemerintahan dan prinsip-prinsipnya dibicarakan dalam Islam?” 

Jawaban atas pertanyaan tentang hubungan antara Islam dengan politik (kekuasaan kenegaraan) dapat dikelompokkan menjadi tiga:

  • Kelompok yang berpandangan bahwa Islam bukan agama dalam paham Barat, yang hanya mengurusi hubungan manusia dengan Tuhan saja. Sebaliknya, Islam adalah agama yang lengkap. Di dalamnya terdapat sistem kenegaraan. Orang Islam tidak perlu merujuk ketatanegaraan Eropa. Rujukan pemikiran politik Islam adalah sistem kenegaraan yang dilaksanakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Khulafa ar-Rasyidun. Pendukung kelompok ini antara lain Hasan al-Banna, Sayyid Quthb, Rasyid Ridha, al-Maududi.
  • Kelompok yang berpandangan bahwa Islam itu agama sebagaimana dipahami masyarakat Barat. Nabi Muhammad hanya seorang rasul sebagaimana para rasul sebelumnya, tidak otomatis memegang kekuasaan politik. Tugas seorang rasul yang begitu mulia, mengajak manusia di atas rel yang benar dan budi pekerti yang luhur, tidak dimaksudkan untuk mendirikan dan mengepalai suatu negara. Pendukung kelompok ini antara lain Ali Abdu al-Raziq dan Dr. Thaha Husein.
  • Kelompok yang menolak bahwa Islam itu lengkap seperti pendapat pertama, tetapi juga menolak bahwa Islam itu seperti yang dipahami masyarakat Barat. Kelompok ini berpandangan bahwa di dalam Islam tidak ada sistem politik/kenegaraan, tetapi terdapat prinsip-prinsip dan nilai etika bagi kehidupan bernegara. Pendukung kelompok ini antara lain Dr. M. Husein Haikal. Agaknya Fazlur Rahman termasuk juga dalam kelompok ini.
source: Muh. Zuhri. 2004. Potret Keteladanan Kiprah Politik Muhammad Rasulullah. LESFI: Yogyakarta.

Udah gitu aja deh postingan kali ini, namanya juga lagi bagi-bagi index...
Oia, warning (lagi): kalo mau baca sumber yang gw pake di atas, kawan sekalian sebaiknya baca-baca Sirah Nabawiyah terlebih dahulu. Because karena, sebagai Muslim kita harus yakin bahwa khairul kalam kalamullah, khairul huda huda Muhammad.

Btw, untuk sementara ini, gw merasa sangat klop dan sepemikiran dengan Muhammad Quthb (adiknya Sayyid Quthb). Gw memang belum sempet baca semua karya beliau sih, baru baca dua buku saja. Lha habis, tiap ada muslim fair, gw belum cukup beruntung untuk bisa nemuin karya Muhammad Quthb. Ada yang mau berbaik hati untuk meminjami? :,D


18 komentar:

  1. 2013. itu posting pesbuk bertahun2 yang lalu..
    aku kadang bingung juga mana yang bener. semuanya meng-klaim sebagai yang paling bener. semua ngaku ahlussunnah.
    kalo orang yang banyak ilmu sih mungkin bisa ngerti mana yang bener. lah, yang bandel kaya aku gini? ya bingung. ujung2nya pake kecenderungan hati, hehehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu posting pas masih aktif ngesocmed. :'v
      kalo kamu bandel, lha aku apaan donk mbak? bandel ndableg bin ngeyelan. huhuhu. :''(

      ho'oh, ujung2nya dulu milihnya juga pake kecenderungan hati.
      Tapi setelah tak pikir2 lagi, di antara ketiga yang ditulis di atas mungkin hanya ada kesalahan persepsi.

      Kelompok pertama (yang ada di postingan atas), merasa butuh kembali kepada Islam (secara kaffah) karena merasa ada yang salah dengan sistem yang sedang berlaku dewasa ini.
      Kelompok yang ini pun masih terpecah dalam berbagai kelompok lagi. Rak yo bingung tha aku.

      Kelompok kedua, sepertinya berasal dari keluarga Muslim yang taat, tapi lalu sepertinya mendapatkan pengalaman tidak menyenangkan (kek salah didik, salah doktrin, dsb) terkait pengajaran tentang Islam. Lalu berontak dan ingin menyuarakan bahwa Islam tuh gak seperti itu, tapi seperti ini (versi yang lebih modern).

      Kelompok yang ketiga... belum pernah membaca pemikiran kelompok yang ini. jadi, no komen dulu lah.

      CMIIW

      Hapus
    2. tokoh2 kelompok kedua background keluarga atau lingkungannya muslim taat kah? dari negara yang ngakunya pake hukum Islam tapi malah menyimpang?

      aku belum pernah baca ketiganya, hehehe.. begitu denger kata politik, langsung gak tertarik belajar.

      Hapus
    3. hehe, dari negara (atau aliran) yang ngakunya pake hukum Islam tapi menyimpang.
      Tahu aja kamu mbak. :D

      kalo dengernya kata konspirasi, tertarik belajar gak? :v

      Hapus
    4. makin gak tertarik kalo konspirasi -_-

      Hapus
    5. -..-
      kalo sejarah versi yang lain dari sejarah versi konvensional? :v

      Hapus
    6. sejarah itu soal masa lalu. kita nggak mengalami, nggak melihat kejadiannya. ujung2nya ya sesuai kepercayaan. semua bisa ngaku bener soal sejarah versi mereka. bukti sejarah bisa direkayasa. orang yang menceritakan kejadian di masa lalu bisa bohong, baik yang mendukung sejarah konvensional maupun versi alternatif. pusing mikirin sejarah, karena nggak tahu informasi mana yang bisa dipercaya.

      Hapus
    7. :D
      Sejarah ditulis oleh pemenang ~katanya

      tapikan, masih ada juga pihak2 yang berusaha objektif dalam menulis sejarah. Meski sepertinya jumlahnya dikit. Kalo mo beli buku sejarah, musti mikir, nih buku ditulis orientalis apa bukan. :,v

      Pengen baca al bidayah wan nihayah, versi kumplit, beliin donk qaqa. :v
      Beliin juga buku Api Sejarah jilid I dan II donk. *minta dikeplak*
      Dari dulu pengen beli buku-buku itu, tapi belum kesampaian. :'(

      Hapus
    8. kalo gak mahal kubeliin sini. kalo mahal, minta ama calon suami aja buat mahar :p

      Hapus
    9. kyaaaa....
      Beliin donk qaqa, ga mahal2 amat kug, tapi yang api sejarah aja~
      kalo yg bidayah wan nihayah, pasti mahal. Berjilid2 jee...
      dijadiin mahar? ide bagus. Tapi, cariin dulu calon suaminya ya, wakakaka :v

      Hapus
    10. barusan gugling, api sejarah mahal ik. 160rebuan :D *medhit*

      Hapus
    11. 160rebuan itu baru 1 jilid. Padahal ada 2 jilid. Yaaahhh, ga jadi dibeliin donk? :(

      Hapus
  2. Konvensional akan sepakat dengan pendapat pertama. Mungkin konsekuensi dari dilaksanakannya pendapat pertama malah mematikan beberapa hal yang tidak semua orang sepakat untuk dimatikan, misalnya demokrasi. You know lah manusia, suka bikin aturan juga...

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu konsekuensi akhir. Masih jauuuuh bro. Untuk sekarang sih, gunain dulu sistem yang ada. Sambil berbenah sana-sini. Ga bisa secara ekstrim langsung mengubah total keseluruhan. Jika tak ada landasan yang kuat, hasil akhirnya malah berabe.

      Gw sampe sekarang masih sepakat dengan pendapat oom (yang konon katanya) ganteng yang gw prinskrin di postigan ini
      http://enhasnote.blogspot.co.id/2014/08/ruwet-ocehan-seorang-blogger-gajes.html

      Biar mudah, gw copasin aja pendapat dia:
      "Syariah sesuai manhaj nabi tidak bisa dipaksakan... terapkan saja pada diri sendiri dulu, anak-keluarga-kerabat, lalu tetangga dst... bukan dgn jalan kekerasan... di Indonesia shalat, puasa, menuntut ilmu, memakai hijab, dll s/d sekarang tidak dilarang... insya Allah relatif damai...

      "Syariah-khilafah juga jihad tidak mesti dgn EGO memaksakan dan halalkan perang... kecuali bila umat muslim di indonesia dilarang ibadah, sekolah, bersosialisasi, maka silahkan berperang jika berani, jika tidak mampu atau belum mampu maka hijrahlah seperti Rasulullah hijrah ke Madinah."

      Bagi kelompok yang terlalu bersemangat menerapkan syariah-khilafah hingga berbuat anarki... bisa jadi karena mereka memang terlalu bersemangat untuk segera menegakkan syariat. Mereka penginnya yang instan-instan gitu kali ya, lalu lupa...
      Bahwa Rasulullah aja, sebelum membangun pemerintahan di Madinah, harus merevolusi mental para pengikutnya, membenahi serta memperbaiki akidah mereka, meluruskan tauhid, dan sebagainya -selama kurun waktu 13 tahun!

      Selama itu bersabar dalam membina keimanan para pengikut yanag pada dasarnya punya watak mudah marah dan mudah tersulut hanya karena hal sepele (katanya orang Arab mudah marah), menjadi manusia-manusia terbaik pada masa itu. Huuuffttt...

      Butuh belasan tahun agar akidah mereka mantap. Baru ketika akidah mantap, mereka siap menerapkan syariat.

      Hapus
    2. Izinin gw mengutip Muhammad Quthb (Kaifa Naktubu Attarikhal Islami? -Perlukah Menulis Ulang Sejarah Islam? 1995. Cetakan Pertama. Gema Insani Press: Jakarta. Penerjemah Chairul Halim & Nabhani Idris):

      "Shahwah Islamiyah mempunyai dua keistimewaan. Pertama, kembali kepada Islam, kepada sumbernya yang jernih yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasul shallallahu 'alaihi wasallam, serta sejarah kehidupan ulama salaf* yang saleh. Bukan kepada masalah-masalah yang menumpuk selama beberapa abad yang mengotori kesucian agama Allah. Umat kembali kepada tiga unsur tadi karena mereka yakin bahwa itulah yang Islam. Keistimewaan kedua adalah sikap shahwah Islamiyah yang jeli dan seimbang terhadap peradaban Barat. Jadi tidak semua yang datang dari Barat ditolak karena datang dari Barat, juga tidak semua yang datang dari Barat diterima hanya karena ia datang dari Barat.

      "Di dalam peradaban Barat banyak hal yang bermanfaat dan dibutuhkan umat sebab umat tidak memilikinya, atau ketinggalan darinya karena tertidur pulas sekian lama. Di antaranya adalah kemajuan sains dan teknologi, kesabaran dan ketekunan dalam bekerja, kehebatan manajerial, semangat ilmiah, dan objektivitas dalam menganggap berbagai permasalahan.

      ... menolak mentah-mentah setiap yang daratang dari Barat sama halnya dengan menelan bulat-bulat setiap yang datang dari Barat. Kedua sikap ini keliru dan tidak seimbang. Sikap yang benar adalah melakukan seleksi dan penyaringan. Kita pilih apa yang kita butuhkan dan tidak bertentangan dengan akidah, syariah, dan tradisi kita; dan kita singkirkan apa yang selain itu, baik karena perbenturannya dengan akidah maupun dengan syariah. Sebab akidah dan syariah, keduanya adalah agama." Halaman 321.

      dan ini (sepertinya) terkait dengan saudara-saudara kita yang beraliran ekstrim-ekstrim...

      "... Barangkali kesalahan pertama yang mereka lakukan dan paling transparan adalah kecenderungan mengambil jalan pintas (terburu-buru) sebelum membuat basis kokoh yang akan menahan bangunan. Kedua, karena keterbatasan pengetahuan tentang pergerakan. Kapan harus bergerak dan kapan sebaiknya mengambil sikap ini atau itu. Ketiga, karena keterbatasan pengetahuan politik tentang tipu muslihat
      musuh. Karena itu mudah sekali bagi musuh menjaring pergerakan-pergerakan Islam dan menggiringnya ke dalam situasi yang lebih banyak merugikan daripada menguntungkan gerakan. Keempat, kelompok-kelompok ini, dalam menyusun gerakannya lebih banyak berpegang pada prinsip dengar dan patuhi atau sami'na wa atha'na daripada berpegang pada prinsip-prinsip musyawarah sebagaimana yang diajarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada para
      sahabatnya." halaman 326

      CMIIW

      Hapus
    3. You know what?
      Kayaknya pembahasan jadi serius di sini. Mungkin saya harus segera kabur, karena saya terlalu cuek untuk diajak ngomong serius. Tapi sebelum saya kabur mungkin saya harus menuliskan sesuatu dulu.

      Kalau bicara tentang tujuan akhir ya ke pendapat pertama. [[Poinnya di situ]]. Cara ke tujuan akhir itu agak ribet mungkin. Panjang ceritanya. Akan banyak yang nolak. Akan banyak yang gak sepakat. Ngambil starting poinnya itu dari sendiri, keluarga, sahabat, dan seterusnya. Persoalannya semakin luas cakupannya, semakin kompleks strateginya, dan semakin keras usahanya. Pada titik itu beberapa orang sudah cukup malas untuk melangkah ke tahap selanjutnya dan membiarkan perkembangannya begitu-begitu saja. Sementara beberapa orang yang lain masih bermimpi dengan beberapa strategi langkah yang tidak realistis.

      Hapus
    4. 'sementara beberapa orang yang lain masih bermimpi dengan beberapa strategi langkah yang tidak realistis.'

      golongan mana ini yang kamu maksud? :p
      jangan kabur dulu! Jelasin dulu. XD

      Hapus
    5. kenapa disebut sebagai 'strategi yang tidak realistis'?
      Hayoo, jangan kabur... XD

      Hapus

Komentarmu tak moderasi, artinya ya aku baca dengan seksama, dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Komentarmu = Representasi dirimu.
Ojo saru-saru lan ojo seru-seru. Ok dab?