Halaman

Senin, 02 April 2012

SIM KERAMAT

Causation: “Meskipun kemaren terkenal sebagai April MOP, namun postingan ini BUKAN fiktif belaka. Tapi memang diambil dari kisah nyata beberapa tahun silam. Kisah ini bukan kisah HOROR, jadi enggak perlu parno saat membacanya. Bila ada kesamaan kisah, berarti secara kebetulan memang disengaja. Dan bila memang ada yang punya kisah serupa, kog ya bisa ya? Eh, lho? Sekian.

Surat Ijin Mengemudi (SIM) bagi kebanyakan orang adalah hal umum yang wajar untuk dimiliki. Bahkan, ada juga yang punya lebih dari satu SIM: SIM A, SIM B, SIM C. Namun bagi saya, SIM adalah barang KERAMAT. Malu sih mengakuinya, tapi ini adalah kenyataan. Saya baru mempunyai SIM ketika sudah masuk jenjang kuliah. Itupun karena terpaksa.

Singkat cerita, saya yang biasanya kemana-mana naik bus, hari itu mendadak pengen ngampus naik motor. Sebelum berangkat, saya sempatkan dulu untuk bertanya pada temen-temen di tiap kecamatan, via SMS, “Cuy, ada patroli polisi gak?”, dan mayoritas dari merekapun menjawab satu hal serupa: “Enggak ada, aman kog.” Lalu nekatlah saya menaiki motor, hanya dengan berbekal helm dan STNK.

SIM nya enha
Perasaan gambar SIM enggak kayak gini deh???
Kecamatan 1 lewat, aman...
Kecamatan 2 lewat, siipp...
Masuk di kecamatan ke tiga, feeling saya sudah enggak enak, agak gimanaaa gitu. Dan ternyata feeling saya memang benar. Nun jauh di depan saya, ada patroli polisi, kalau orang Jawa nyebutnya “mokmen”. Badhalaa... ini dia yang enggak saya harap-harap muncul, eh kog malah nongol disini siiihh...

Sontak saya menghentikan motor di pinggir jalan. Galau, antara jalan terus (dengan resiko ditangkap gara-gara enggak punya SIM) atau belok arah, KABUR. Ternyata eh ternyata, sebelum sempat saya mengambil tindakan, ada polisi yang melihat saya mematung dipinggir jalan. Seolah sudah terpampang pada wajah saya, sebuah tulisan: ENGGAK PUNYA SIM, Silakan Ditilang! Heran saya, polisi ternyata punya naluri untuk mengenali seorang kriminal juga ya? Pak polisi itu pun berjalan mendekat ke tempat saya berhenti. Dheg...dheg... rasanya kayak mau divonis penjara saja.

Saya pun digiring ke tempat vonis TILANG dijatuhkan. Dasar polisi muda, ada cewek cantik dikit aja digodain –eh, bukan saya, mbak sebelah saya maksudnya-. Ketika tiba giliran saya menerima surat TILANG, saya agak geram sama pak polisinya. Masa’, umur saya dituakan 4 tahun, dari tahun kelahiran yang tertera di KTP. Apakah tampang saya sudah kelihatan setua itu? Atau jangan-jangan pak polisi ini perlu pake kacamata ya?

SIMcard modemnya enha
Ini mah SIMcard, hehehe...

Dengan dituakannya umur saya di lembar pengisian surat tilang tersebut, saya pun merasa teraniaya (lebay dah). Dan katanya, orang yang teraniaya doanya manjur lho. Setidaknya, saya bisa merasakan bahwa ungkapan itu memang ada benarnya. Eh, kog bisa? Iya donk, pak polisi yang menuakan umur saya tadi, tiba-tiba kejatuhan ulet bulu dari atas pohon (hahahaha, sukurin...). Niatnya sih pengen ketawa terbahak-bahak, tapi apa daya saya enggak berani. (>.<)

Setelah dengan sukses dan selamat melakukan prosesi penyerahan surat TILANG tadi, saya pun melanjutkan perjalanan menuju kampus tercinta. Ketika keluarga saya tahu kalau saya kena tilang, mereka pun memaksa saya untuk segera mencari SIM. Itulah kenapa, punya SIM bagi saya adalah suatu hal yang TERPAKSA. Dan karena saya sudah punya SIM, sekarang tiap ada “mokmen” saya pasti bisa lolos. That’s way, mengapa SIM adalah barang yang KERAMAT (setidaknya bagi saya, hehehehe).

17 komentar:

  1. 2 minggu lebih gak bikin update'an, berasa mendzolimi blog ini, muehehehe...

    sekalinya bikin posting baru, eh p0stingannya malah gak jelas...
    -___-")

    BalasHapus
  2. beginilah kalau ada dua orang baik bertemu dalam keadaan yang kurang menyenangkan. Tidak ada yang menawarkan sogokan. Sist eNHa, juga "D'Mokmen".

    b^^d

    ----
    kalau polisi muda, ajak tukeran nomer aja. sapa tau jodoh...

    bwhhaaaaaaaaaaaaaaaaahahahahhahaha...........

    BalasHapus
    Balasan
    1. wadooo, bro Linus, maap, koemnnya tadi sempet masuk sepam,, aih..aih...
      ada-ada saja nih blog, enggak mengenali blogger kawakan macam Linus Tua...

      mengenai sogokan, waktu itu masih ijo, jadi belum kenal sama yg namanya tilang ditempat. haha...

      dapet jodoh polisi? semoga saja tidak.
      Amin.

      oia, mengenai pertanyaan saya di blog Linus Tua, jawabannya apa bro?
      Masa' berkunjung ke sini tanpa sempat berkunjung ke blog sendiri...
      sudah banyak yang antri minta jawaban tuh.

      Hapus
  3. huh, enak ya kamu pernah ketilang, kok aku gak pernah ketilang sih, pak polisi toloooong tilang saya ... #lempar sendal ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. ditilang kog enak sih bro, gak enak lah yaa..
      oia, pantes aja gak pernah ketilang, bro Stu hidupnya di Rimba Raya sih ya...
      :P

      Hapus
  4. Bhahaha, untung gak di tahan tuh motor! Tapi itu SIM emang keren, knp gk diterbitin aja? Jgn2 masuk FISIP juga terpaksa? Bhahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. kan ada STNK bro, jadi yang ditahan ya STNK-nya.
      ahahaha, masuk FISIP bukan karena terpaksa, lebih tepatnya: TERSASAR.
      -___-")

      Hapus
  5. Balasan
    1. eh, yang bener kak?
      sim-nya aneh ya, masak sih ada sim Z, hehehe...

      Hapus
  6. aku jg baru buat SIM, dulu wktu blom punya bawaanny khawatir mulu bawa motor

    BalasHapus
    Balasan
    1. setelah buat, jadi tenang ya Ka,
      :)

      Hapus
    2. iyaaa...lumayan jg loh kl ad sim, nebelin isi dompet.hahaa
      =P

      Hapus
  7. aduh jadi parno klu berkas gak lengkap, klu lihat polisi kayak mau ngilang aja...seperti sekarang ini SIM sih masih ada, tapi STNK gue yang udah mati tenggang waktunya*kok jadi curhat sih?

    BalasHapus
    Balasan
    1. guampang bro, tinggal nyari aja jalan yang gak ada pemeriksaan polisi. Temenku sukses melakukan trik ini, padahal STNK nya sudah mati lamaaaa banget.
      XD

      #saran yang aneh

      Hapus
  8. ga punya sim
    ga punya motor #curhat
    tersasar perdana :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. silakan...silakan...
      semoga nyaman, anggap saja rumah sendiri.
      :D

      Hapus
  9. wkwkwk, kocak dah..
    selamat udah terhindar dari 'mokmen2' hhhhha

    BalasHapus

Komentarmu tak moderasi, artinya ya aku baca dengan seksama, dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Komentarmu = Representasi dirimu.
Ojo saru-saru lan ojo seru-seru. Ok dab?