Halaman

Kamis, 18 April 2013

Hai Para Cowok! Kalau Masalah Perasaan, Apakah Kamu juga akan Mengatakan: Ladies First, Please?! [Part II]

Huufft, sudah harus posting lagi ternyata. Karena sudah janji sama Rifa, buat mostingin kelanjutan kisah cinta terpendamnya *hari ini*, maka part II-nya harus diposting hari ini juga. #huwaaaa, giliran kisahku kapan inih? *Mewek*. Tapi nggak dink. Bagi dear readers yang belum baca cerita sebelumnya, silakan baca di Part I nya ya. Have a nice day. ^^.

♥♥♥♥♥♥


Karena nggak puas dengan pendapat teman-teman wanita, Rifa ingin mencari sudut pandang lain tentang kasusnya. “Kalau kedua sahabatku ini sama-sama berjenis perempuan, akan lebih imbang kalau ada sudut pandang laki-lakinya juga.” Kata Rifa.

Seseorang yang dikenal. Laki-laki, yang berpikiran dewasa dan bisa dipercaya. Tapi siapa ya? Aha! Terlintaslah nama mas Rasyid. Seniornya waktu SMA dulu. Singkat cerita, mas Rasyid pun bisa meluangkan waktu. Tiba pada waktu yang dijanjikan, Rifa yang saat itu ditemani Handa, bertamu ke Rumah Baca yang dikelola mas Rasyid.

"Mau nanya apa?" kata Mas Rasyid ramah.

Deu.. mulai dari mana ya..

Bingung mau memulai dari bagian mana. Setelah diawali dengan ber-“umm” dan “emm” yang entah berapa kali, lalu keluarlah pertanyaan pertama dari mulut Rifa, "Mas, emm... bagaimana jika ada seorang wanita yang mengajukan dirinya untuk seorang pria? Bukan untuk pacaran, tapi itu untuk....” Sejenak Rifa terdiam. Pengen bilang untuk nikah, tapi kog ya gimanaaa gitu.

Danbo said, "Will you marry me?"
"Will you marry me?" (credit)

Handa yang bertugas menemani Rifa waktu itu, seketika memandang Rifa dengan tatapan yang aneh. "Tidak kusangka kau akan langsung bertanya seperti itu" komentarnya.

"Hahaha... Abis gimanaa..? Aku bingung mau mulai dari mana," Rifa langsung salah tingkah.

Mas Rasyid hanya tersenyum melihat dua sahabat ini, lalu dia bilang, "Nggak apa-apa. Toh dulu banyak kisah seperti itu, contohnya Khadijah! Allah dan Rasul nggak melarang kog."

"Tapi sebagai laki-laki, kalau hal ini terjadi pada Mas sendiri misalnya, gimana reaksi yang bakal Mas berikan?"

"Aku sih nggak masalah. Asal nggak berlebihan saja" jawab mas Rasyid bijaksana.

"Hmm.. Sepertinya memang harus kuceritakan tentang latar belakangnya" tambah Rifa kemudian.

“Jadi begini, ada seorang laki-laki yang kukenal. Di awal mengenalnya -mungkin 3 atau 4 tahun lalu, memang sudah ada rasa kagum. Kagum aja. Tidak terpikirkan untuk bisa dekat dengannya, ia tidak terjangkau dan terlalu baik. Hehe… Nggak ding. Ada jeleknya juga koq. Namun seiring berjalannya waktu, seringnya berinteraksi dan sebagainya, istilah Jawanya: witing tresna, jalaran saka kulina, rasanya kami jadi semakin dekat. Entah memang demikian adanya atau semua ini hanya pembenaran perasaanku semata. Koq aku merasa dia memperlakukanku dengan.. mmm... berbeda.”  Terang Rifa.

Danbo: Together forever
"For the rest of my life, I'll be with you..." (credit)

Mas Rasyid mengangguk-angguk mendengarkan Rifa bercerita. Nampaknya dia paham tentang alur ceritanya. Semoga saja dia benar-benar paham. Haha. Diskusi yang panjang, lebar plus curhat pun lancar mengalir antara Rifa, Mas Rasyid, dan Handa; yang diam-diam juga pernah mengalami kasus serupa tapi tak sama. *enha said: kasusku juga hampir serupa, tapi beda dink.#curcol.

Okelah, karena ceritanya bakalan panjang kali lebar kali tinggi kalau diceritakan semuanya, maka Enha tuliskan saja beberapa masukan yang diberikan mas Rasyid, dari hasil diskusi tersebut:
  1. Luruskan niat, Lillahi Ta'ala. Niatkan memang sebagai upaya untuk menggenapkan separuh dien, dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Sebab perasaan semacam ini, bila dibiarkan lama-lama akan menjadi besar hingga kita sendiri akan susah mengendalikannya.
  2. Cari tahu, apakah dia ‘pihak yang satunya’, sudah siap dan bersedia menikah. But ada TAPI nya lho ya! Usahakan cara ini lewat orang lain. Pakai medium alias perantara.
  3. Bila ia sudah siap: tanya, apakah dia sudah punya calon atau seseorang yang sedang di’incar’. Tanyakan ini lewat orang lain juga.
  4. Selanjutnya cari tahu, apakah dia mau menikah denganmu. Bisa sekaligus ketika menanyakan poin  ketiga. Poin empat ini juga lewat orang lain lho ya! “Kalau langsung tembak, waaaah...” Mas Rasyid tidak melanjutkan kata-katanya. Eits, lets take a break for a while... Kalau lanjutan kata-kata mas Rasyid nggak Enha tulis, pasti kalian penasaran kan? Baca sampai akhir ya!
  5. Masalah seperti ini pada umumnya terjadi karena:
  • Pihak 1 memberi perlakuan pada pihak 2 dengan hal-hal yang menurut pihak 1 itu dianggap biasa, normal.
  • Pihak 2 yang terlalu Ge-eR mengartikan perlakuan pihak 1, lalu memberi perhatian lebih pada pihak 1 tadi.
  • Pihak 1 yang merasakan lebihnya perhatian dari pihak 2, lalu memberi timbak balik 'perhatian lebih' juga. Mbulet ya? Intinya, mirip komunikasi transaksional. Hahaha.
  • I give you, you give me more, I give you more-more, dan begitu seterusnya...

Nah, pada poin terakhir ini, Handa mengambil kesimpulan, “Berarti kalau kita Ge-eR, bukan 100 persen kita yang salah dong ya?!”.

 “Tapi tetap saja punya andil kesalahan. Eh, betewe yakin bukan kamu yang mulai?” tanya Rifa setengah meledek.

“Wah, iya ya. Jangan-jangan memang aku yang mulai duluan.. Hehehe…”

Mendengar gurauan tak jelas antara kedua sahabatku tadi, Mas Rasyid menyela. “Sudah. Nggak penting siapa yang mulai duluan. Anggap saja kamu dan dia sama-sama sedang tersesat di hutan. Kalau cuma bertengkar soal siapa yang salah duluan, kapan kalian bisa nemuin jalan pulangnya?” jlebb, jlebb, jlebb. Rifa dan Handa tertohok.

 “Mas, terus gimana kalau dia belum siap menikah? Apakah aku harus memutus semua bentuk komunikasi dengannya? Atau, cukup dengan bersikap seolah-olah tidak ada apa-apa?” tanya Rifa semakin pengen penjelasan.

“Itu terserah kamu. Bila kamu yakin akan bisa mengendalikan perasaanmu, tidak masalah kamu bersikap biasa saja. Tapi bila tidak, memang sebaiknya memutus segala bentuk komunikasi itu.” Terang mas Rasyid mengakhiri sesi diskusi mereka bertiga.

To be continued

 ♥♥♥♥♥♥

Post Script:
Nah, berhubung Enha lagi kehabisan ide buat nambahin bumbu, ceritanya Enha akhiri sampai di sini dulu. FYI -For Your Information, tentang kejelasan poin ke empat di atas, “Kenapa cewek sebisa mungkin jangan nembak duluan, karena beberapa orang cowok akan merasa ill feel dengan cewek yang terlalu agresif. Nembak duluan kan, bagi beberapa orang bisa dikategorikan sebagai agresif.

Oia satu lagi, pihak yang bersangkutan memang masih galau tingkat dewa. *Tapi keknya nggak juga dink* Jadi, dear readers yang Enha sayangi, mohon berikan masukan lain buat Rifa, tentang apa yang harus dia lakukan ya... Atas masukannya, Enha dan Rifa mengucakapkan Jazakumullah Khairan Katsir. Terimakasih banyak. ^^



59 komentar:

  1. Nggak selesai sampai di sini? HUft...
    Iya juga ya, agak illfeel juga rasanya kalau tahu si cewek yang nembak duluan. Hihihi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum donk. Masih ada part III nya. XD

      Nah, ada yg bisa ditanyai... Tnya donk, umpakan bro Falzart jadi mas Hans, trus Rifa jd miss N ya. Bayangin dulu. Udah bisa bayangin? Lanjut.

      kalo miss N tiba-tiba nembak bro Falzart, apakah Bro Falzart bakalan illfeel? Secarakan, bro Falzart yg lagi cidaha -cinta dalam hati- sama Miss N. Tapi seandainya tiba2 miss N ternyata juga cidaha, trus nembak bro Falzart*mbulet banget nih bahasaku* Apakah bro Falzart bakalan ill feel?

      Hapus
    2. Tentu illfeel... *dan langsung merasa kalah*

      Hapus
    3. langsung merasa kalah?

      Hhmm, okey, nanti biar Rifa baca sendiri. hihihi...
      XD

      Hapus
    4. Iyalah...
      Tapi illfeel dan merasa kalah tidak masalah selama tujuan bisa tersampaikan. Ini cuma persoalan 'metode', dan semua metode punya 'konsekuensi'... Hehehe...

      Hapus
  2. idih, kata penutupnya formal beud mirip pidato menteri pendidikan :P
    hmmm ... masih galau ya Rifa nya, ya udah, kalo gitu suruh ngopi dulu terus mandi, terus ambil hape, terus telpon Mas Incerannya, ajak ketemuan, terus tembak deh ... terus terus kaya tukang parkir gueh ... :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. hah? benarkah? Alhamdulillah, semoga besok bisa mirip sama pidato presiden#gubrak. :v

      kiri dikit kiri dikit bang, yaap. Lurus mentok. Siip. Tarif parkirnya, satu jamnya seribu perak ya. Maklum, lagi rame nih.#plaks > ditabok Rifa.

      Hapus
    2. wew, bisa seh, bisa jadi presiden, presiden monkey, tp presiden mana yg nyambi markir serebu perak :p

      #tabokin rame rame yuk Rifa

      Hapus
    3. wew, masak presiden monkey. Tapi lumayanlah, daripada nggak. :3
      Seribu keping perak oom, beda lho sama seribu rupiah. Wekeke...
      Kan gaji presiden kecil. hihihi. :D

      Hapus
  3. Masukan baiknya udah lengkap dari point point di atas. Tinggal dicoba hihi....

    kalau masih kurang coba ubek-ubek di Lakaran Minda, siapa tau ada yang bisa membantu hihi... *bukanpromo

    BalasHapus
    Balasan
    1. minta linknya donk. Males nyelem buat nyari2. XD
      Pengennya langsung *clink* menuju ke tekapeh, kayak waktu dikasih link sama bro Rohis, eh bro Naufal

      #promo dimari gapapa Jie, kitakan pren.
      :3

      ~Jie? Zeeeeet tahu. Iya tahu, Zet.
      XD

      Hapus
    2. 1. Udah kebanyakan nulis tentang rasa jadi lupa linknya yang mana #eh...
      2. Kan bilangnya juga siapa tau ada yang bisa bantu jadi ga tau link mana yang sesuai dengan jawaban #kemudiandikeplak

      yawes kalau gitu promo lagi klik di label cerpen atau katalog kata kalau gitu
      :D

      zzzzzzzzzzzz <----nyumbang z di mari :D

      Hapus
    3. X(

      seenggaknya kasih tahu judulnya apa donk. Cerpennya kan banyak banget. Atau, biarkan Rifa saja yg ngubek2 Lakaran Minda. :3
      ~~Rifaaaa, mampir ke Lakaran Minda, ubek2 sendiri artikelnya Jie ya. :3

      Iyaaaa Zeeeeeeeetttt, terimakasih Z nya. XD

      Hapus
    4. Sudah berkunjung ke Lakaran Minda :D
      Tempat singgah yg bagus. Tapi bikin makin galau... #eh


      -anggap saja ini Rifa-

      Hapus
  4. Di coba dulu masukan2 dari 'wakil kaum adam' itu, lalu... baru mikir langkah selanjutnya.. hehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak, nanti aku sampaikan ke Rifa-nya.
      hehe... :D

      Hapus
  5. geer itu tidak dilarangkan...lelaki yang duluan atau wanita yang duluan dalam menyatakan perasaannya itu adalah tergantung kepada pribadi yang bersangkutan, kalau perasaannya sudah mau meledak yang diungkapkan saja..daripada disembunyikan malahan menyiksa diri sendiri, makan tak enak tidur pun tak nyenyak.... :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, terimakasih bang Har atas masukannya. Kalo Enha sih, belum tahu rasanya spt apa. Nanti biar Rifa sendiri yg menentukan pilihannya. hehe. :)

      Hapus
    2. oke dech,,,baiklah kalo begitu :-)

      Hapus
  6. Hai, cewek! Telat gue ngomen, dari part 1 langsung kemari! Emang sih jgn sok2an ladies first, tapi gak salah juga kalo itu elo sebut emansipasi! Hohoho, tapi tetep gue berpegang pada gentleman first. Contoh: gue nge-add duluan, tapi tau knp gak di confirm2... Bhahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. emansisapi dibawa-bawa, wkwkwk.

      Oke Rifa, dari sini sy bisa ngambil 1 kesimpulan. Ada 2 tipe cowok: ada yg illfeel saat si cewek melamar duluan (kayak bro Falzart & bang Eksak), tapi ada juga yg fine2 saja kalo cewek yg duluan (contohnya, hampir semua pembaca).
      CMIIW.

      Hapus
    2. Eh, tapi gak gitu juga ding, en! Sisi lain diri gue bilang gini:

      http://ex3onfire.blogspot.com/2010/06/ngejar-apa-dikejar.html

      ;-)

      Hapus
  7. Kayaknya saya pernah berkomentar disini, tapi dimana yah.. hahaha... ah cowo sih berbeda beda pemikirannya, beruntung seorang wanita mendapatkan seorang cowo yang romantis dan pengertian, begitupun sebaliknya, karena cinta itu gak ada yang bisa menebak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. di tulisan sebelum ini bro/sist.
      XD
      Thanks anw. :)

      Hapus
  8. weeeks! To be continued!!!!
    Kalo part III-nya nggak langsung tamat males ah mbacanya. Ahahaha!


    Harusnya Mas Rasyid: "Lha piye, Fa. Tak kandhakke po piye? Jan2e sopo to bocahe?"
    ~ mengikhlaskan jadi pihak ketiga gitu loh, Sis.

    Solutif! :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. yaahh, padahal ini rencananya pengen ku bikin novel. Tapi embuh dink. e__e

      #dan dari kejauhan disana, terdengar suara Rifa, "Woooi, thats my story!!!"
      aahh, iya, this story is yours my dear. :)


      Wah, iya juga yah. Mas Rasyid harusnya ngomong gitu juga ya?

      Hapus
    2. Atau ... kita aja yuk yg jadi pihak ketiganya! Hihihi!
      #senggol Rifa

      Hapus
    3. apakah Rahma tahu identitas Rifa yg sebenarnya?
      #kepo.

      hihihiihi

      Hapus
    4. Sempet kepikiran juga mau minta tolong mas Rasyid sekalian. Tapi mereka blm pernah kenal sebelumnya... Kalau ujug2 lgsg nanyain gitu, gimana yaa...


      -anggap saja ini Rifa-

      Hapus
    5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    6. Lah, emang Rifa itu siapa?
      #kepo ganti

      Hallooo Rifaaa! kitakan pren. #eskaesde
      O,ow! Jadi mereka belum kenal ya???!!!

      Naaah kaaaan, kita punya kesempatan utk jadi pihak ketiga, Sis Enha!!! Meluncuuuuurr!!! #Eh

      Hapus
  9. wanita yg nembak dluan adalah wanita yg agresif tuk meraih pahala *smile

    gk bs komen jauh cz mksd dr isi komen sy sdh bs ditangkap pd part I
    ------
    sorg ikhwan yg paham syariat tdk akan berpikir negatif, bhw wanita yg nembak lbh dlu adalah wanita yg agresif, wanita yg gk pny malu, justru dia berpikir inilah wanita sejati! *smile

    Motivasi tuk para akhwat agar mau nembak lbh dlu...

    "Menawarkan diri pada lelaki yang pasti; pasti agamanya, pasti kualitas akhlaknya. Walau yang tak pasti cuma satu, diterima atau tidak. Dan andai ditolak pun sebenarnya bukanlah kehinaan, hanya ladang kesabaran yang niscaya menumbuhkan pahala. Daripada menunggu yang tak pasti; tak pasti agamanya, tak pasti akhlaknya. Bahkan juga tak pasti pula datangnya"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo Rifa baca komen bro Rohis, Rifa jadi lebih galau nggak ya, :3


      Rifaaaa, where are you??
      ~kenapa jarang komen sih faaa~ (=..=")

      Hapus
  10. lha kl tipe cowoknya sama sama malu utk nembak gmn ? trs ceweknya jg malu malu, kapan bersatu coba andai 2 2 nya sama sama cinta ? *bingung*

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya ya, bagaimana ya mbak? Harus ada salah satu yg memulai duluan.
      *ikut bingung juga nih*

      Hapus
  11. Waduh bakalan seru nggak yang sambungannya nanti, kita tunggu saja ya..., o iya dijadikan Novel saja bagus.

    BalasHapus
  12. sifat seseorg itu kan berbeda2, memang sih ada cowok yg tdk terlalu tertarik sm cewe yg agresif, tp ada jg kebalikannya loh... makanya disini kamu2 sebagai cewe musti bs menilai juga apakah cowo kamu itu seneng diagresifin atau tdk...

    kalo aku sih jujur, lbh suka cewe yg agresif, karena hidup akan terasa bergerak jika berhadapan dgn cewek agresif, tp agresif disini dlm tanda kutip ya, bkn agresif yg negatif..

    oya, selamat Sist Enha, blogmu terpilih ke dlm "Guest This Week" Penghuni 60, alias bakal dipajang selama seminggu full dihalaman depan, silahkan diintip di sidebar kanan atas ya..
    ^_^
    udh beli buku Enigma blm?

    BalasHapus
    Balasan
    1. kyaaaaaaaaaaaa, terimakasih kakak. :D
      ~beruntungnya ^^


      belum sempet ke toko buku kak, jadi belum sempet beli bukunya oom Enig Ma. Jadi kepo pengen cepetan beli, katanya ada teka-tekinya ya? Penasaran pengen segera baca. hehehehe... :3

      Hapus
  13. kenapa belum siap nikah?
    nikah loh enak :D
    apa takut kalo nikah enaknya cuma 1% dan 99% nya enak banget? LOL

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang bener John? wekeke.

      eh, jadi inget apdetan statusnya senior eike:
      Nikah itu enaknya cuman 3 bulan pertama, bulan ke-4 dan selanjutnya, rasanya jadi nggak enak lagi.
      Tapi enak bengeeet.

      #itu kata senior eike. Wekeke.

      Hapus
  14. cocok banget deh kalau di bikin novel,.masalahnya enak banget untuk di baca.
    jadi betah di blog ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. XD
      wekeke...

      Thanks atas kunjungannya ya sob. XD

      Hapus
  15. aku ga masalah enha nembak duluan :tutupmuka:

    BalasHapus
    Balasan
    1. ('--,--)
      mas Rio ini apaan sih, kan yg lagi galau itu si Rifa, bukan enha. :3

      Hayooo yg lagi galau juga, segera dekati walinya. Keburu keduluan orang lain. Siapa tahu si 'mbak'nya punya kasus serupa sama kasusnya si Rifa. (¬.¬)

      Hapus
  16. hehe..ngk juga sih diliat dlu masalahnya gman...klao bsa man please...hahayyyy

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaaaaahhh Kang, buat sebagian besar wanita, mereka pasti bilang: man first please...
      hihihihihi.
      :3

      Hapus
  17. Agresif atau masalah siapa yang memulai, bukan masalah gender sih....

    BalasHapus
  18. [copas dari tere liye]

    Pertanyaan: "Tapi Bang, saya mau bilang, saya mau tahu apakah dia suka dengan saya atau tidak?"

    Jawaban: Punya perasaan ke orang lain itu bukan kayak (maaf) mau buang air besar, yang kalau nggak segera, bisa puf di celana. Juga tidak sama kayak berobat sakit jantung, yang jika tidak bergegas bisa berbahaya sekali. Atau kayak UN, kalau telat pengawasnya nggak nyuruh masuk ikut ujian.

    Berapa lama sih kita menyimpan perasaan itu? Kalau cuma hitungan satu, dua tahun, atau bulan, apalagi baru minggu, hari--lantas sudah rusuh pengin bilang, itu sih masih sebentar. Biarkan waktu membuktikan apakah perasaan itu membesar, atau sebaliknya terlupakan. Bukan sebaliknya buru2 pengin bilang, yang kemudian mau apa? Dan jelas, dengan disimpan, dipikirkan berkali2, sambil terus menyibukkan diri, kita akan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

    --Tere Liye

    BalasHapus
  19. kalok saya sih pede aja nembak cewek,,hehe
    walaupun ditolak kan kita sudah berusaha..ckckck

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo aku pribadi sih nggak pede aja nembak cowok, hihi.

      Hapus
  20. Assalamualaikum, sist. Numpang kenalan. Saya newbie. Senang bisa sampai disini.
    #hihihi
    simbok afni

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaykumsalam wr wb mbaksit.
      Afwan kemaren-kemaren-kemarennya komen mbak Afni masuk spam, saya baru nyadar tadi. :(

      ~Saya juga newbie, hahahaha.
      Blognya mbak Afni apaan nih?

      Hapus
  21. Aku malah ilfeel kalo ada cowok suka tapi nunggu ceweknya ngomong duluan. Kalo cowoknya nggak ngomong2 ya udah cari yang lain. Belagu. *emosi*

    Kalo sampe ada cewek ngajak nikah duluan, itu berarti dia sudah berusaha sangat keras menekan rasa malunya. Dan aku menghargai usaha mereka. Jadi, menurutku nggak salah. Tapi, aku sih ogah ngajakin cowok nikah duluan. Ya alesannya kaya yang di atas itu :D

    BalasHapus
  22. enhaa..,kangen dah ah maen d blog mu
    :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kaaaaa~
      apakabar? Aku meluncur ke tempatmu yaa... :)

      Hapus
  23. enhaa sendiri gimana? ^^ punya niatan seagresif itukah~

    BalasHapus
    Balasan
    1. ne ne ne, enggak kakak.
      enha mah cemen. ~,~

      Hapus

Komentarmu tak moderasi, artinya ya aku baca dengan seksama, dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Komentarmu = Representasi dirimu.
Ojo saru-saru lan ojo seru-seru. Ok dab?