Halaman

Sabtu, 04 Mei 2013

Dilema Barcode


“Hai Ha, lama nggak nongol kemana saja kamu?” sapa si En pada si Ha, sahabat karibnya.
“Nggak kemana-mana, disini saja. Cuma kamunya yang lagi nggak lihat dan merhatiin aku. Iya kan?!” sungut si Ha.
“Hehe, iya deh maaf. Aku lagi sibuk cin. Kamu juga tahu kan kesibukanku. Bantuin donk.”
“Wew. Makanya, pekerjaan tuh cepetan diselesaikan. Biar nggak numpuk-numpuk jadi beban.”
“Ahhh” jleb jleb jleb
“Nggak usah masang muka melas gitu deh. Aku kan orangnya nggak tegaan. Sini aku bantuin, siapa lagi yang mau bantuin kamu selain aku.”
“Hehe. Makasih eaa cin. You know me so well dah.”

Beberapa menit kemudian

“Guess what?!” kata si Ha
“What?”
“Hoi, aku belum selese ngomong udah disela. Mau tahu nggak?”
“Oke deh, aku diam. Silakan cerita.”

Hhhh. Setelah menghela napas panjang, Ha lalu memulai ceritanya.

“Tadi kan aku lagi browsing gitu kan cin. Browsing nyari referensi tentang simbolisme occult, buat bantuin nyelesein pekerjaanmu. Then, aku malah nemu sebuah artikel yang judulnya BARCODES: ‘Mark of the Beast’. Nah aku kan penasaran, apa ada yang salah dengan barcode. Setelah membaca tulisan tadi, aku malah jadi galau bin bingung.”
“Bingung kenapa? Bukannya dulu kita udah pernah baca tentang barcode yang katanya mengandung simbolisme occult?”
“Iya, dulu kita emang udah pernah baca tentang barcode yang di dalamnya ada simbolisme occult. Tapikan, waktu itu kita mikirnya: emang salah ya kalau ada simbolisme occult dalam barcode?”
“Iya juga ya. Dulu kan kita tenang-tenang aja. Kita mikirnya kalau itu nggak ada sangkut pautnya sama kita. Cuman barcode gitu lho.”

Barcode
Barcode (nyomot di mari)
“Nah itu dia yang bikin aku galau cin. Di artikelnya Pak Peter A. Lindemann dan bu Ajna Luminaria tadi, kalau nggak salah aku nangkepnya: barcode itu punya efek negatif bagi tubuh.”
“Wekeke, namanya itu lho. Luminaria... Lumina teeee. Tapi nggak pake ilu. Hihihi.”
“Hush apaan sih kamu! Malah cengingisan bin ngaco. Aku masih galau tahu!”
“Ahh, gomene. Silakan teruskan ceritamu, say.”
“Oke. Menurut Pak Lindemann, yang paing mengkhawatirkan dari sebuah barcode dalam setiap kemasan, bukan karena ada simbolisme 666-nya. Pak Lindemann kan punya seorang teman, namanya Dr. Quintan. Nah, karena pak Lindemann juga galau tentang masalah barcode, dia minta bantuan Pak Quintan utnuk meneliti efek sebuah barcode.”
“Terus...?”
 “Nah, menurut Pak Quintan, layaknya desain geometris lainnya, sebuah barcode memiliki tanda radionic -atau apalah namanya, yang mengandung efek radionic dan bisa berpengaruh pada kesehatan kita. Efek radionic yang dimiliki setiap barcode memang random. Dengan kata lain, antara barcode yang satu dengan barcode yang lainnya itu efeknya nggak sama.”
“Terus...?”
“Efek radionic dalam barcode tadi, akan teraktifkan saat terkena sebuah cahaya. Kamu tahu kan, waktu kita membeli barang di sebuah supermarket, biasanya barang tadi disinar laser –atau apalah namanya, supaya info dan harga dari barang tadi muncul di komputer kasir. Nah, katanya sinar laser itulah yang mengaktifkan bioenergetic toxicity pada sebuah barcode. Bukan cuma karena sinar laser aja cin, sebuah cahaya dari lampu senter atau sinar matahari juga bisa menyulut mekanisme serupa, hanya saja efeknya lebih rendah.
“Wuiihh, cukup mengerikan juga ya ternyata. Terus, Pak Lindemann ngasih solusinya nggak?”
“Katanya, menutupi sebuah barcode dengan sebuah pita atau solasi hitam bisa meminimalisir aktivasi Light Ether.”
“Apa itu Light Ether?”
“Efek beracun radionic dalam sebuah barcode selalu terikat, dan ter-energize, nggak akan hilang. Mungkin itulah Light Ether. Tapi embuh dink, bahasa Englishku lumayan payah.”
“Lha terus cara menangkal racunnya piye donk?”
I don’t know for sure. Coba kamu baca aja tulisannya Pak Lindemann di sini
“Ogah ahh, bahasa Englishku kan juga lumayan payah. Lagian kan aku masih punya tanggungan pekerjaan yang belum selesai cin. Piye tho kamu ini.”
“Owh iya iya. Aku lupa. Ya sudah deh kalau begitu. Pemecahan dan nalar kritis buat si barcode ini, kita pending dulu aja ya. Kita telusuri lagi kalau pekerjaanmu udah selesai. Oia, for your information, di bagian akhir artikel, Pak Lindemann menyertakan nomer telepon seseorang. Katanya nomer telepon itu ditujukan bagi mereka yang mau order Barcode Neutralizing Stickers. Katanya lagi, dengan 10 dollar plus 2 dollar 75 sen –ongkos kirim apa ya? Mbuhlah, kita bisa mendapat 100 lembar stiker yang bisa menetralkan efek negatif barcode.”
“Lho, tadi katamu efek beracunnya barcode nggak bisa hilang. Tapi kog ada stiker yang  bisa menetralisir efek negatifnya. Gimana sih? Aku jadi bingung.”
“Lha makanya, aku tadi juga bingung dan galau kan?! Sekarang malah kamunya juga ikut-ikutan bingung. Gimana sih? Wekeke. Apa mungkin, atikel yang ditulis pak Lindemann tadi cuma viral marketing?”
“Mbuhlah. Aku ora mudheng. Moga-moga aja ada temen kita yang lagi kepo. Trus nyasar mbaca artikelnya pak Lindemann. Trus ngasih penjelasan yang lebih valid, daripada penjelsanmu yang malah bikin aku bingung.”
“Hihihi, semoga saja memang ada yang kepo dan meneliti lebih lanjut tentang efek negatif barcode ini ya cin. Tugas kita untuk sementara cuma pengen bagi-bagi info aja kan? Entah itu hoax, viral marketing, atau true story. Temen-temen blog kita kan lumayan kritis. Siapa tahu mereka mau membantu. hehehe.”
“Hihihi, iya. Semoga saja ada yang mau.”
“Okehhhh, sekarang saatnya kembali menyelesaikan pekerjaan kita!”
“En dan Ha pulang dulu ya kawan semua. Eia, makasih banget lho udah mau menyimak dan membaca curhat galau kami. Bye, bye.”

29 komentar:

  1. Balasan
    1. curhat galau antara kepribadian yg satu dengan kepribadian yg lain. Bukankah bro Falzart juga punya banyak kepribadian. Haha. :P

      Hapus
    2. Disintegrasi harus dihilangkan, makanya kepribadian ganda tidak boleh ada.

      Saya sudah baca artikelnya, tentang barcode yang punya efek macam-macam. Nggak nyangka konspirasinya sampai gitu banget.

      Kenapa kok kayaknya Enha sangat tertarik dengan itanimulli?

      Hapus
    3. Padahal, keknya punya kepribadian ganda tuh kelihatan keren. wkwkwk

      iya nggak nyangka sampe sebegitunya. Tapi ulasan dari pak Lindemann tadi, malah terkesan kek viral marketing, iya nggak sih?

      Ne ne ne ne, aku malahan keknya lebih tertarik dg hajat hidup orang banyak bro. Gimana kalo ternyata yg kelihatannya viral marketing, sebenarnya bukan viral marketing. Barcode bertebaran dimana-mana, bahaya kan? :v
      #plak *toyorjidatsendiri* >>lagi songong. :v

      Hapus
    4. Keren ya? Nggak. Tersiksa tahu!

      Hapus
  2. [22.2.777.222.666.3.333] [6.33.66.2.66.3.88.66.4] [444.555.555.88.6.444.66.2.8.444] [?] [7777.88.6.7.2.44] [4.88.33] [22.2.777.88] [8.2.88] [!]
    [2.7.2.555.2.4.444] [999.2.66.4] [22.33.777.33.333.33.55] [22.88.2.8] [8.88.22.88.44] [...] ;-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ^typo, wkwkwk.
      Barcode (cuman katanya sih), mengandung mark of the beast. Dan katanya punya efek negatif pada tubuh. Tapi embuh dink. haha.

      Hapus
    2. enha belum tahuuu kebenarannya Kak ~,~

      Hapus
    3. Bhahaha, typo? Itu barcode versi bingung! Tapi so tenang aja, gue barcode gue nyebarin cinta... :-D

      Hapus
    4. cinta... cinta... dan cintaaa..
      *tepokjidat* itukan jargonnya partai Asmara, partai di kampus eike.
      :v

      Hapus
  3. terus efek racun barcode bagi tubuh apa? aku bingung? kan kalau makanan barcode terhalang kemasan makanan

    BalasHapus
    Balasan
    1. katanya, sinyal radionic yang timbul dari barcode yg sudah teraktifasi, bagi sebagian orang akan mempengaruhi kesehatan. Orang yg terpapar terus menerus bisa sakit. Barcodenya memang terhalang, tapi gelombangnya bisa masuk dan tertinggal dalam produk yg kemasannya mengandung barcode. CMIIW, tapi itukan cuma katanya Pak Lindemann sama Dr. Quintan mas.
      :)

      Hapus
  4. eaaaa, itu mah dagangannya si Lindeman aja. Biar stikernya laku. ish, ga masuk akal banget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Viral marketing donk bang?
      saya curiganya juga begitu... >_<

      Hapus
  5. yakin lo bray? gw sering bikin barcode deh dulu, wah berarti gw juga menyebarluaskan unsur negatif dong, hmmmm ... alamakkk ...
    btw kayanya ini emang rivai marketing deh :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. enggak yakin oom, makanya aku jadi galau dan bingung. wkwkwk.
      Viral marketing ya? oke. hehehe.

      ~btw, itu knp nama si bro Rivai dibawa-bawa? Nggak marah ya dianya? XD

      Hapus
    2. wkwkwk, itu bahasa baru gantinnya rival, #wkwkwk bilang aja typo :P

      Hapus
    3. master of Typo, wkwkwk...
      XD

      Hapus
  6. Berarti yang paling kena dampaknya yaitu mbak2 kasirnya secara tiap hari harus 'nyenter' produk ber-barcode itu... Kalau hubungannya sama Iluminati itu memang buat penasaran, maunya nyuekin aja tapi eh malah gugling yah :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. tapikan mbak2 kasir megang produknya bentar doank, mbaksist. Mungkin efeknya nggak akan sebesar orang yg suka belanja di supermarket terus menimbun belanjaannya di rumah. @_@

      Tapi masih ada kemungkinan bhw artikelnya pak Lindemann cuma viral marketing... Lebih oke lagi, kalo ada yg tertarik terus mau melakukan penelitian ttg apakah pak Lindemann berkata jujur atau hanya bohong. #ngarep banget.

      ~apapun yg berbau rahasia dan misteri akan membuat orang penasaran.

      Hapus
    2. ~apapun yg berbau rahasia dan misteri akan membuat orang penasaran.... hanya jika misteri itu lebih mistrius dari diri Anda sendiri.... *nambahin*

      Hapus
    3. hanya jika misteri itu lebih misterius dari diri Anda sendiri?
      emangnya ada ya, misteri yg nggak lebih misterius dari diri sendiri? Bukannya kalo ada, namanya bukan misteri lagi??
      *asking, asli kepo*

      Hapus
  7. Lho? kenapa saya ikutan bingung jg ya? o.Oa

    BalasHapus
  8. mikir mikir .... bingung ... bingung :D

    kbrnya msh galaukah ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau tentang masalah barcode, udah enggak galau donk mbak. :)
      hehhehehe... :D

      Hapus
  9. hm...yg menyebar malah virus galawnya niih.. hehe...
    mbuh lah.. pasrah wae n b'doa mudah2an tetep sehaaat... aamiin..
    :)

    BalasHapus

Komentarmu tak moderasi, artinya ya aku baca dengan seksama, dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Komentarmu = Representasi dirimu.
Ojo saru-saru lan ojo seru-seru. Ok dab?