Halaman

Rabu, 22 April 2015

“Kapan Mati?”

Bismillah...

Ibnu ‘Amr radhiyallahu ‘anhu berkata, “Bekerjalah untuk duniamu, seakan kamu hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan kamu mati besok.”

Apakah aku sudah mengamalkannya? Belum. Selama ini, aku terlalu mementingkan dunia dari pada akhirat. Terbukti dengan sederetan cita-cita yang pernah kutulis, hampir semuanya ditetapkan berdasar standar dunia. Karena apa yang selama ini ada di benakku adalah: aku akan mati setelah usiaku menginjak tujuh puluh sekian tahun. Kejar dunia dulu, baru akhirat ngikut. Sombong pun!

Lalu tiba-tiba, seorang teman yang sepertinya kurang kerjaan, berbagi hasil kuis salah satu app facebook. Kuis tersebut memang cuma ditujukan untuk iseng-iseng, karena kuis ini meramalkan sampai tahun berapa seseorang akan hidup, dan juga meramalkan orang tersebut akan meninggal dengan cara yang bagaimana. Konon kata si kuis, temanku tadi akan meninggal pada tahun 2059 dengan cara ditembak drone. Komentar yang dia cantumkan dalam hasil kuis iseng tersebut adalah spekulasi mengenai alasan kenapa dia harus mati dengan cara ditembak drone. Dia bilang, mungkin cara tadi (mati karena ditembak drone) terjadi karena dia terlalu banyak membahas teori konspirasi.

gw gak ikut komen karena hasil kuis gw ternyata mengecewakan

Cara mati yang keren, serta umur yang panjang. Dan aku pun –yang pada dasarnya waktu itu juga kurang kerjaan- jadi ikut-ikutan mencoba app tersebut, karena penasaran dengan hasil kuis yang akan kuperoleh. Apa yang perlu dilakukan agar hasil kuisnya keluar? Ternyata cuma perlu memasukkan nama ke dalam kolom yang disediakan, plus memilih salah satu jenis gender (male-female). Berapa usiaku sampai aku mati? Bagaimana caraku mati? Penasaran donk. Semoga hasilnya sekeren hasil temanku tadi. Minimal mati dengan cara ditembak drone juga.

Beberapa detik kemudian, hasilnya keluar. Aku pun kecewa. Kata app tadi, aku bakal mati di tahun 2027, dengan cara terjatuh dari gedung lantai 69. Tahun 2027 aku bakal mati, dia bilang?! Tentu saja aku nggak rela dibilang bakal mati sebelum umurku menginjak 40 tahun. Tapi, ah yasudahlah. Namanya juga cuma app iseng-iseng. Tapi (lagi)... kug ya cuma sampai tahun 2027 sih? Itukan artinya tinggal dua belas tahun lagi! Trus, cita-citaku bagaimana?

"App tadi cuma buat iseng-iseng saja, so tak perlu dipikirkan secara serius." Batinku kadang menghiburku begitu. Tapi aku nggak bisa lupa! Aku jadi mulai sering kepikiran kapan aku bakal mati. Masih untung kalo beneran diberi kesempatan sampai dua belas tahun lagi. Lha kalo ternyata jatah usiaku tinggal besok saja bagaimana coba? Trus, aku bakal mati dengan cara apa? Akhiran yang baik atau akhiran yang buruk? Akhiran yang baik tentu saja menjadi (salah satu) cita-citaku, yang entah kenapa malah berada di deretan akhir. By the way, siapa sih yang nggak kepengen merasakan nikmat yang belum pernah terbayangkan: melihat sang Pencipta, Yang Maha Indah, Maha Sempurna, Maha Penyayang, Maha Perkasa. Mendadak kug merasa minder, ya?

Balik lagi ngomongin ke hasil kuis app facebook tadi. Cara matiku yang disebutin app tadi, kug nggak keren blas sih. Masa’ mati karena terjatuh dari lantai 69?! Itu terjatuh karena tergelincir atau karena didorong orang? Ngeri nian, kalo ada orang yang sampe tega mendorong orang lain dari lantai segitu. Atau, jangan-jangan karena lagi nyoba terjun payung, tapi parasutnya tidak terbuka? Eerrr... No more speculation!

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Orang pintar itu adalah orang yang menyiapkan dirinya untuk menghadapi kehidupan setelah kematiannya.” Apakah aku sudah menyiapkan diri untuk bertemu Malakul Maut? Belum! Padahal dia bisa datang sewaktu-waktu, secara mendadak, tanpa diundang dan tanpa terduga. Nggak SMS atau ngasih kabar dulu.

Kalo yang menjemput ganteng sih, “Oke fine, let’s go!”. Tapi kalo yang menjemput berwajah macam Ryuk sang Shinigami dari Death Note gimana? Mau bilang, “Nggak mau, jangan sekarang donk. Jemput nanti aja, gw tobat dulu ya!” emang bisa?!

Sepertinya aku harus mulai nabung amal sebuanyak-buanyaknya, biar Malakul Maut yang menjemput nanti terlihat ganteng. Aamiin. .>_<. Lha, kalo kadang mendadak futur gimana? Bikin sticker bertuliskan: "Malakul Maut bisa saja datang sepuluh menit lagi. Kamu mau mati dalam keadaan bagaimana?" aja ah. .>_<.

"Cara yang paling baik untuk menyusun misi pribadi ialah dengan mencoba membayangkan jika Anda sebagai Ahmad (enha said: atau si X-si Y-si Z ~isi namamu sendiri lah) yang akan bertemu dengan Allah di akhirat nanti dan ketika menerima buku hisabnya. Prototype Ahmad seperti apakah yang Anda inginkan?" Itu kata ustad Anis Matta (2006: 57).

Kalo prototype-nya bagus sih no problemo. Lha kalo ternyata jelek gimana? Bisakah kita memberikan hak jawab, "Oh tidak bisa! Saya tidak seperti itu!" Banyak bukti yang tidak akan bisa disanggah dan kita tak bisa berkelit darinya.

Belum lagi kalo nanti ternyata ada model manusia-manusia usil dan ngeyelan seperti enha dalam kasus ini -atau dengan kasus yang lebih parah- yang pernah hidup di sekitar kita (dan somehow, ndelalah misalnya ada yang tidak selamat --- kalo bisa sih semoga selamat semua. Aamiin) ikut menyalahkan kita karena kesalahan mereka (karena mereka merasa tidak pernah diingatkan, atau memang belum pernah kita ingatkan, sebab kita terlalu takut atau masa bodoh untuk mengingatkan), belum lagi kadang niat yang awalnya tulus lalu berubah di tengah jalan, belum lagi... hhhhhhhh...

“Oleh karena itu, misi yang ideal adalah misi yang terkait dengan bagaimana kelak kita akan bertemu dengan Allah Subhanahu wa ta’ala. Itulah tujuan hidup yang sesungguhnya.” ini kata ustad Anis Matta lagi.
Oke, saatnya merevisi semua cita-cita. Apa yang perlu direvisi? Mulai bertanya pada diri: Apakah (cita-cita) ini bisa membuatku selamat di akhirat? 

Ini tambahan dari ustad Anis Matta lagi (2006:50):
“Allah tidak pernah memberitahukan kapan ajal kita tiba. Karena itu, dengan membuat perencanaan, berarti kita mengantisipasi kematian itu. Hal ini kita lakukan supaya ketika ajal tiba, kita telah mempunyai perencanaan dan jika sebagian besar perencanaan itu tidak terlaksana, kita mempunyai kompensasi tentang pahala niat. Dalam Islam, niat saja sudah mendapat pahala. Jika kita melaksanakan niat tersebut, Allah akan mencatatnya sebagai pahala yang lain” *underline dari gw*

Tuh kan, baru mempunyai niat baik saja, sudah dapat pahala. Enaknyaaa~.

Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Niat seorang mukmin lebih baik dari amalnya. Niat baik dicatat, niat buruk tidak dicatat.So, tidaklah rugi orang yang memilki niat. Jadi, harus mulai lebih rajin mengumpulkan niat baik nih, mumpung gratis. Siapa tahu nanti ada masanya, ketika baru berniat saja maka harus membayar. :v

Sebagai penutup izikan enha menakut-nakuti sobat sekalian *smirk mode: on* "Kematian bisa menghampiri siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Sudah siapkah kamu untuk mati hari ini?" #kemudian dikeplak

Eia, tadi aku nyoba lagi kuisnya, karena waktu pertama itu aku lupa nge-prinskrin gambar hasil yang kuperoleh -saking sebelnya aku sama hasilnya, jadinya waktu itu app tadi langsung kututup begitu saja. Trus setelah nyoba lagi, buat nge-prinskrin hasil, ternyata hasil kuisnya berubah. Namanya juga app iseng-iseng! Hadah. -_-"

Ini dia hasilnya: 

enigmatic death 

Udah ah, bye. Betewe CMIIW yaaaaa... ~,~ v

4 komentar:

  1. Jadi kapan mati, En?
    Dah siap lom?

    BalasHapus
    Balasan
    1. kapan mati? wallahu a'lam
      entahlah. Kadang siap kadang enggak X_X

      Hapus
    2. kadang (sometime). :v
      emang napa, ga bolehkah untuk kadang siap kadang enggak? :p

      Hapus

Komentarmu tak moderasi, artinya ya aku baca dengan seksama, dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Komentarmu = Representasi dirimu.
Ojo saru-saru lan ojo seru-seru. Ok dab?