Jumat, 02 Juli 2021

Do You Even Clash?

Yes, of course we do! A lot of time!

Bismillah... 

Game yang paling bikin bete sedunia? Clash of Clans (COC) sih menurutku. Karena game ini jika dimainkan seorang diri, kita gak akan bakal dapat esensinya. Dimainkan berdua? Agak greget, tapi masih kurang berasa. Esensi dari Clash of Clans kupikir terletak pada bagaimana cara berkoordinasi dengan banyak kepala, agar bisa bersama-sama mengalahkan musuh dan atau mendapat hadiah permainan klan. 

Akutuh awal main COC tahun 2018 karena bujukan adekku, "Mbak, mbok download COC." kata dia. Mulanya sih gak kuindahkan, tapi setelah beberapa kali bujukan, akhirnya aku penasaran juga.

Sebagai noob, aku diminta gabung ke klan adekku. Tapi karena pertengkaran kecil di dunia nyata, adekku malah menendangku dari klan dia. Hwaha, asem, terkejut sih, tapi ya sudahlah. Setelah ditendang keluar dari klannya si adek, aku mulai mencoba gabung ke berbagai klan; hingga akhirnya mulai punya teman sesama pemain COC (atau istilah agak kerennya, Clasher). Dan tentu saja, kalo gak ada cekcok, bukan Clash of Clans namanya. 

Clasher chat
Bersama-sama ngece Lotar


Sampai sekarang, akunku berjumlah 6 (termasuk akun adek yang akhirnya malah dihibahkan ke aku, soalnya dia beralih main PUBG). Well, semula sih aku punya 7 akun, karena dapat tambahan satu akun milik teman, Bayu namanya. Tapi setelah akun si Bayu ini disambungin ke Supercell ID, malah jadi gak bisa dimainin berdua lagi. Hiks. 

Kini, mayoritas akunku berada di klan MFK. Tentu saja MFK ini bukan nama asli klan kami. Aku dan teman-teman satu klan ku menyebut nama klan kami seperti itu, biar memudahkan dalam penyebutan saja. Teman pertama di MFK adalah Rian dan Rama yang sekarang sudah jarang main. Terus ada Allpian, Bayu, Sunja, Dion pikun, Shinichi, kak Ripin, om Hoka, Ahmad, Bagas (yang sekarang sudah pensiun), Raihan, Borkat, om Ardi, om Rifqi, dan Lotar. Selalu ada yang datang dan pergi, tapi yang menetap lumayan lama ya nama-nama barusan. 

Sejak seminggu yang lalu, sebenarnya sih aku off main COC. Aku berharap, klan MFK yang kami bangun dari kecil bisa terus bertumbuh, meski tanpaku. 

Clasher chat
Si Dion pikun


Tapi ternyata, tidak semudah itu melepas mereka untuk maju sendirian. Mungkin MFK terlalu lama bergantung pada kontribusiku, yang tentu saja kondisi ini tidak sehat bagi pertumbuhan klan. Dan karena sekarang sudah liga lagi, sedangkan teman-temanku nampaknya butuh bantuan, baiklah... Aku insyaAllah akan main lagi. Dengan meminimalisir kontribusi tentunya.
Ganbatte, fight till the end of the league! 

Rabu, 09 Januari 2019

No Time to Worry

Bismillah...

If I have time to worry, then it's mean that I just didn't do my best. There's still a time to do something better, rather than spending my time for worrying something.

If I have time to complaining, then it's mean that I just didn't do my best. Because when I'm trying to do my best, then I won't have time to complaining.

Tak ada alasan untuk berlembek-lembek pada diri sendiri. Mengasihani diri sendiri. Meratap. Merasa menjadi korban. Jiwa yang kuat tak akan merengek minta dipermudah. Jiwa yang kuat akan berusaha untuk menggunakan kemampuannya semaksimal mungkin. Jiwa yang kuat akan memohon untuk selalu ditambahkan kekuatan. Karena hasil pembelajaran yang akan diperoleh, selalu berbanding lurus dengan masalah yang dihadapi.

Tak ada waktu untuk mendramatisir, menikmati peran sebagai korban. Aku kuat!

Bismillah. La tahzan. Innallaha ma'ana!


-Wng, 070715

Senin, 07 Januari 2019

Tidak Mudah sih, tapi Harus Dicoba

Bismillah...

Quote dari papah Hoka

Haruskah kejahatan dibalas dengan kebencian? Haruskah kita menyimpan dendam atas sesuatu yang pernah membuat kita sakit hati? Entahlah. Jika balas dendam akan memberikan kepuasan sesaat, dan akan berlanjut dengan balas dendam berikutnya, kapankah siklus tersebut akan berhenti?

Kita tahu bahwa ikhlas serta memaafkan itu merupakan hal yang tidak mudah. Tapi... bukankah lebih baik mencoba memaafkan dan terus bergerak maju menyongsong masa depan; daripada bermuram durja, mengingat masa lalu: menghabiskan waktu untuk membenci, menghabiskan waktu untuk berpikir tentang balas dendam? Karena apa yang sudah terjadi, tidak akan bisa di-undo begitu saja seperti yang kita mau.

Quote dari Bayu 

Berikut aku ambilkan sebuah petuah yang tersebar dari satu grup whatsapp ke grup whatsapp yang lainnya:

ILMU SEMAR MESEM
Gareng : "Romo pernah dicaci-maki seseorang?"
Semar : "Pernah....!"
Petruk : "Pernahkah dimusuhi seseorang, Mo..?"
Semar : "Pernah....!"
Bagong : "Apa pernah dibenci seseorang, Mo?"
Semar : "Pernah....!"
Gareng : "Sampeyan juga pernah dihujat seseorang, Mo..?"
Semar : "Pernah....!"
Petruk : "Apakah semua itu dilakukan secara terang²an, Mo..?"
Semar : "Ada yang dilakukan secara terang²an, ada juga yang hanya dilakukan secara diam² dari belakang.."
Bagong : "Lantas apa yang Romo perbuat terhadap orang² itu..?"
Semar : "Thole, nggèr anak²ku cah bagus, podo dirungokno yo..! Aku tidak balik mencaci-maki dia, aku pun tidak merasa harus memusuhinya, tidak pula akan membencinya dan aku juga tidak berpikir akan membalas hujatannya.."
Gareng (penasaran) : "Kenapa bisa demikian, Mo..?"
Semar (sambil membetulkan duduknya) :  *"Itu karena pikiran serta hatiku tidak terfokus pada siapa yang mencaci-maki, siapa yang memusuhi, siapa yang membenci dan siapa yang menghujat.*
*Pikiran dan hatiku hanya terfokus pada siapa yang menggerakkan lidah mereka sehingga mencaci-maki aku, siapa yang menggerakkan jiwanya sehingga memusuhi aku, siapa yang menggerakkan hatinya sehingga membenci aku dan siapa yang menggerakkan pikirannya sehingga membuat mulutnya menghujat aku..."*
Petruk : "Dia itu siapa, Mo..?"
Semar : *"Dialah GUSTI YANG Maha Pencipta. DIA-lah sebagai Maha yang berkuasa atas segala sesuatu yang sudah, belum, sedang dan yang akan terjadi.*
*Ya hanya DIA-lah satu²nya yang memberi kemampuan dan kekuatan pada orang² itu sehingga lidahnya bisa mencaci maki, jiwanya bisa memusuhi, pikirannya bisa membenci dan bibirnya bisa menghujat diri ini. Tanpa-NYA tentu mustahil bisa terjadi. Sehingga aku beranggapan, sebenarnya cacian, kebencian, permusuhan​ dan hujatan itu sengaja dihadirkan GUSTI ALLAH SWT agar jiwaku menjadi kuat melewati rintangan dan hatiku menghebat tatkala menghadapi ujian.*
Jadi, adalah *SALAH BESAR jika aku menyalahkan orang² itu apalagi membalasnya. Oh... Bagiku itu tidak perlu, bahkan aku berkeyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi pada kehidupan ini tidak mungkin terjadi secara tiba², semua sudah diatur sedemikian rupa oleh NYA, maka apapun kenyataan yang aku terima kemarin, hari ini atau suatu hari nanti, tidak ada kata sia², bahkan dibalik semua itu, pasti ada hikmah terbaik yang bisa merubah kehidupanku agar menjadi lebih baik dari sebelumnya. Karena aku tahu, sesungguhnya GUSTI  ALLAH itu MAHA BAIK.*
Anak²ku,  kowe kabeh jangan terpengaruh kalau dihina. Jangan Hati Melambung kalau Dipuji.
Tidak Penting Dianggap Baik, yang Penting *teruslah belajar menjadi Orang Baik*

*****
I know, it's easier said than done. But we must try it.

Semoga harimu menyenangkan. ^_^


PS: Terimakasih banyak buat papah Hoka dan Bayu atas kata-kata bijaknya.