Bismillah...
Pada tanggal 9 Desember lalu, rombongan pengajian di dusunku dihimbau oleh pak Abah Moh. Barqi, selaku pengampu pengajian, untuk ikut hadir dalam acara peringatan Maulid Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wassalam yang diadakan oleh MWC NU Sidoharjo di masjid kecamatan.
Rombongan pengajian dari dusunku datangnya tidak terlalu awal, kami berangkat selepas sholat isya', jadinya kami tidak mendapat tempat di dalam masjid. Syukur alhamdulillah sih, masih dapat tempat di samping masjid. Dan tentu saja aku langsung bergegas mencari posisi yang tepat menghadap jendela, agar bisa melihat kondisi di dalam masjid. Karena posisinya, siapa cepat dia dapat. Ya bisa dibilang, masih bejo lah aku kala itu.
Acara peringatan Maulid Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wassalam pun dibuka dengan nyanyian lagu Indonesia Raya serta lagu Ya lal wathon, yang membuat seisi masjid berdiri dan menyanyi dengan penuh semangat, setelah itu acara kemudian dilanjutkan dengan pembacaan barzanji.
Tausiyah mau'idhoh oleh habib Muhammad bin Husein bin Anis Al-Habsyi yang menjadi acara inti, tentunya berlangsung ketika waktu sudah agak malam, karena bacaan barzanji memang lumayan panjang. Sebagian dari jemaah yang hadir (yang duduknya di samping kanan ku) sudah mulai terkantuk-kantuk tatkala habib tiba dan memasuki aula masjid.
Ada sesuatu di pembawaan habib, yang ketika didengarkan dan disimak secara seksama, bisa memberikan perasaan tenang. Terselip pula bahasa Jawa halus dalam tutur katanya. Boleh jadi, habib adalah tipe langka
(tipe expert yang pernah aku tulis di sini). Sebagian peserta yang tidak dapat tempat di dalam Masjid, mulai
inguk-inguk ke dalam Masjid, karena ingin melihat habib. Salah mereka sendiri, kenapa tidak memilih tempat di depan jendela.
Berikut aku resume ulang tausiyah yang disampaikan oleh habib, aku tulis per poin biar lebih ringkas: