Kamis, 03 Januari 2019

Tausiyah oleh Habib Muhammad bin Husein bin Anis Al-Habsyi tentang Sholawat

Bismillah...

Pada tanggal 9 Desember lalu, rombongan pengajian di dusunku dihimbau oleh pak Abah Moh. Barqi, selaku pengampu pengajian, untuk ikut hadir dalam acara peringatan Maulid Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wassalam yang diadakan oleh MWC NU Sidoharjo di masjid kecamatan.

Rombongan pengajian dari dusunku datangnya tidak terlalu awal, kami berangkat selepas sholat isya', jadinya kami tidak mendapat tempat di dalam masjid. Syukur alhamdulillah sih, masih dapat tempat di samping masjid. Dan tentu saja aku langsung bergegas mencari posisi yang tepat menghadap jendela, agar bisa melihat kondisi di dalam masjid. Karena posisinya, siapa cepat dia dapat. Ya bisa dibilang, masih bejo lah aku kala itu.

Acara peringatan Maulid Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wassalam pun dibuka dengan nyanyian lagu Indonesia Raya serta lagu Ya lal wathon, yang membuat seisi masjid berdiri dan menyanyi dengan penuh semangat, setelah itu acara kemudian dilanjutkan dengan pembacaan barzanji.

Tausiyah mau'idhoh oleh habib Muhammad bin Husein bin Anis Al-Habsyi yang menjadi acara inti, tentunya berlangsung ketika waktu sudah agak malam, karena bacaan barzanji memang lumayan panjang. Sebagian dari jemaah yang hadir (yang duduknya di samping kanan ku) sudah mulai terkantuk-kantuk tatkala habib tiba dan memasuki aula masjid.

Ada sesuatu di pembawaan habib, yang ketika didengarkan dan disimak secara seksama, bisa memberikan perasaan tenang. Terselip pula bahasa Jawa halus dalam tutur katanya. Boleh jadi, habib adalah tipe langka (tipe expert yang pernah aku tulis di sini). Sebagian peserta yang tidak dapat tempat di dalam Masjid, mulai inguk-inguk ke dalam Masjid, karena ingin melihat habib. Salah mereka sendiri, kenapa tidak memilih tempat di depan jendela.

Berikut aku resume ulang tausiyah yang disampaikan oleh habib, aku tulis per poin biar lebih ringkas:
  • Secinta-cintanya orang tua kepada anaknya, masih kalah dengan cintanya rosul kepada ummatnya, karena orang tua terkadang lupa mendoakan anaknya sedangkan rosul tidak pernah lupa mendoakan ummatnya.
  • Kehadiran malaikat rahmat ke dalam rumah, akan membuat penghuni rumah merasa tenteram. Karena penghuni rumah bisa selalu merasa bersyukur atas nikmat yang didapatnya.
  • Malaikat rahmat akan hadir jika rumah tersebut dipenuhi dengan cahaya, baik itu cahaya dari Allah maupun cahaya dari rasulullah. Cahaya dari Allah diperoleh dari membaca Al-Qur'an dan berdzikir, sedangkan cahaya dari rasulullah akan kita peroleh jika kita rajin bersholawat.
  • Ketika rumah tidak bercahaya, maka yang datang adalah syaiton. Rumah yang didatangi syaiton akan membuat penghuninya merasa tidak tenteram.
  • Siapapun presiden pilihanmu, tidak akan bisa membantu kehidupan akhiratmu, karena presiden juga hanyalah manusia biasa. Jadi jangan sampai bertengkar hanya karena beda pilihan presiden.
  • Habib menganjurkan kepada para jamaah, apapun hajat jamaah sekalian, jika ingin segera terkabul maka hendaknya bersholawat. Karena antara Allah dengan doa hamba-Nya terdapat sebuah hijab, dan hijab tersebut akan terbuka ketika hamba-Nya bersholawat.
  • Habib mencontohkan bahwa di tahun 2014, habib pernah dikunjungi oleh seorang Kyai, dan habib ternyata sangat menyukai mobil pak Kyai tersebut. Pada saat itu, habib hanya bisa memegang mobil pak Kyai disertai dengan shalawat, dan akhirnya setahun kemudian habib bisa memperoleh mobil dengan merk dan jenis yang sama dengan mobil pak Kyai.
  • Maka apapun hajatmu, bersholawatlah. Karena sholawat itu mudah. Berbeda dengan ibadah lain, misalnya ibadah sholat yang mengharuskan subjek dan objeknya suci dulu agar menjadi sah, sholawat tidak mengharuskan subjeknya berwudhu dulu.
  • Shalawat bisa dilakukan kapanpun. Saat memasak, saat menyapu, saat membuat teh, dan sebagainya. Tapi yang terpenting, sholawat jangan buat coba-coba, tapi harus disertai dengan keyakinan dan keikhlasan. Karena itulah kuncinya.
  • Jika ingin kehidupan ini lebih banyak dipenuhi dengan kegembiraan, habib menganjurkan agar para jamaah rajin bersholawat sebanyak minimal 300 kali per hari.
Gak kelihatan? Iya emang. Hiks

Dan sebelum tausiyah ditutup doa, habib berkata kepada jamaah ibu-ibu dengan nada super serius, hingga kalimatnya diulang dua kali:
"Bu ibu sekalian, apakah ibu-ibu sekalian kepengen bahwa besok tidak usah kerja, tapi beras datang sendiri?"
Ditanya seperti itu, spontan para ibu menjawab serentak dengan keras dan penuh semangat, "Pengeeennn."
Lalu habib melanjutkan, "Kalau ibu-ibu pengen besok tidak usah kerja, tapi beras bisa datang sendiri, caranya adalah dengan bersholawat. Bersholawatlah seribu kali dalam satu tarikan nafas."

Dan semua jamaah pun tertawa, "Belum sampai sholawat ke seribu, ya sudah mati duluan donk, Bib!"

Ya kalau tradisi di desa sih, memang ketika ada orang meninggal, orang tersebut akan dilayat dengan membawa duit beserta beras. Jadi habib tidak bohong. Cukup dengan sholawat seribu kali dalam satu tarikan nafas, dan tidak usah kerja; maka beras dan duit akan berdatangan sendiri. Haha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarmu tak moderasi, artinya ya aku baca dengan seksama, dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Komentarmu = Representasi dirimu.
Ojo saru-saru lan ojo seru-seru. Ok dab?