Bismillah...
Seperti janji postingan sebelumnya, inilah materi yang enha dapet dari bedah buku sekaligus seminar Pranikah kemaren. Jeng jeng jeng... simak ya. :p
Menurut data Pengadilan Agama, kasus perceraian di Indonesia termasuk tinggi, bahkan paling tinggi di Asia Pasifik. Antara tahun 2005 sampai tahun 2010 saja, satu dari sepuluh pernikahan berakhir cerai. Dari angka tersebut, 70 persennya didominasi oleh gugatan cerai pihak istri, dengan alasan hubungan yang tidak harmonis.
Seperti janji postingan sebelumnya, inilah materi yang enha dapet dari bedah buku sekaligus seminar Pranikah kemaren. Jeng jeng jeng... simak ya. :p
Menurut data Pengadilan Agama, kasus perceraian di Indonesia termasuk tinggi, bahkan paling tinggi di Asia Pasifik. Antara tahun 2005 sampai tahun 2010 saja, satu dari sepuluh pernikahan berakhir cerai. Dari angka tersebut, 70 persennya didominasi oleh gugatan cerai pihak istri, dengan alasan hubungan yang tidak harmonis.
Dan menurut mbak Afra, jumlah kasus perceraian yang tinggi tersebut menandakan bahwa: sebenarnya banyak generasi muda yang memasuki dunia pernikahan, tanpa dibekali persiapan memadai. Sekali lagi enha ulangi ya, biar lebih nge-jleb. Banyak anak muda yang memasuki dunia pernikahan, tanpa dibekali persiapan memadai!
“Istri merasa bahwa pernikahannya tidak sakinah,” jelas mbak Afra. “Bisa jadi, pihak suami pun sebenarnya merasa tak tenteram, tapi dia mengekspresikan dengan cara lain, seperti selingkuh atau KDRT. Istri yang tidak tahan, akhirnya mengajukan gugatan cerai.”
Dan dengan berlandaskan sebab yang demikian itulah, maka… Serius amat bacanya, santai aja cyiin…
Karena alasan tadi, akhirnya Mbak Afifah Afra bersama mbak Riawani Elyta, menulis buku yang berjudul Sayap-Sayap Sakinah. Bahan tulisan dari buku tersebut, sebagian bersumber dari pengalaman mereka dalam menjalankan bahtera rumah tangga, yang telah berlangsung selama lebih dari 10 tahun. Buku Sayap-Sayap Sakinah tadi, diharapkan dapat dijadikan arahan untuk membuat konsep yang benar tentang pernikahan.
“Lho, bukannya sudah ada buku fiqh nikah ya?”
Target pembacanya beda cyiiinn… :v
Jadi, konsep yang benar tentang pernikahan itu seperti apa sih?
Menurut materi yang disampaikan di acara Bedah Buku Sayap-Sayap Sakinah, konsep yang benar tentang pernikahan adalah sebagai berikut:
Keseimbangan -> kesinambungan -> kelestarian
Laki-laki dominan mawaddah-nya (cinta karena nafsu), sedangkan wanita dominan rahmah-nya (cinta kasih sayang). Dan dalam pernikahan, baik itu mawaddah maupun rahmah, harus diseimbangkan. Keseimbangan bisa terjadi jika masing-masing pasangan mau saling mengerti dan memahami satu sama lain. Bahasa gaulnya: masing-masing pasangan tidak boleh egois, dan tidak boleh maunya menang sendiri, begitchu.
Kalo kesinambungan itu apa ya? Aku lupa mencatat penjelasannya. Halah. Penjelasan masalah ini, seingatnya plus pake logika aja ya… haha…
Di awal pernikahan, rasa cinta dan tergila-gila itu dosisnya masih tinggi-tingginya. Seiring berjalannya waktu, dosis tersebut akan semakin berkurang, berkurang, dan berkurang. Untuk menjaga agar rasa cinta tersebut tetap pada dosis seperti semula, masing-masing pihak harus bisa jatuh cinta pada pasangan yang sama, setiap harinya. Singkatnya, setiap hari kita harus bisa jatuh cinta lagi, lagi dan lagi pada orang yang sama. Easier said than done, yes keknya? :v
Naaaah, dengan adanya keseimbangan dan kesinambungan, maka akan membuahkan kelestarian pernikahan. Jadi, kelestarian pernikahan itu tidak datang dengan sendirinya. Harus diusahakan dan diupayakan. Kalo pernikahannya lestari, maka tidak akan ada perceraian. Trust mbak Afra, that will work, insya Allah.
#Nganu, ane bukan seorang ATC (Ahli Teori Cinta), tapi ane seorang pengamat -korban broken home, ceritanya-, jadi ane lumayan paham. Hehe. Lanjuuutt…
Macam-macam Cinta
Triangular Theory of Love |
Menurut Robert Stenberg, cinta adalah kombinasi antara tiga dimensi (passion, intimacy, dan commitment) yang saling berhubungan.
- Passion: perasaan tertarik secara seksual
- Intimacy: perasaan akrab, dekat secara emosi, berpadu hati dan jiwa
- Commitment: perasaan terikat oleh sebuah tanggung jawab atau ikatan.
Dari perpaduan ketiga dimensi tersebut, akhirnya terdapat tujuh jenis cinta: liking, companionate, empty love, fatuous love, infatuation love, romantic love, dan consummate love. (Lihat lagi bagan di atas).
- Liking (suka): ketika unsur cinta yang ada hanya intimacy.
- Companionate love (cinta karena hubungan sejawat atau partner): perpaduan unsur kedekatan secara intim dan komitmen.
- Empty love (cinta yang hampa): hubungan yang hanya diikat dengan komitmen, tanpa adanya kedekatan ataupun gairah.
- Fatuous love (cinta ‘dungu’): cinta yang paduan unsurnya hanya passion dan komitmen.
- Infatuation love (cinta birahi): cinta yang dasarnya cuma passion.
- Romantic love (cinta romantik): cinta yang memadukan passion dan kedekatan secara intim, tapi tidak terikat komitmen.
- Consummate love (cinta yang sempurna): gambaran ideal hubungan pernikahan, cinta yang memadukan passion, intimacy, dan commitment.
Oia, keluar dari materi dulu eaa… Kalo menurut Stenberg, cinta itu cuma ada tujuh macam, maka menurut Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah, cinta ada 50 macam! Di buku Sayap-Sayap Sakinah cuma dibahas sekilas sih ya, jadi kalo kepo dan mau tahu lebih dalam tentang 50 macam cinta ala Ibnu Qoyyim, bro-sist sekalian bisa baca buku berjudul: Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu.
Jangan minta enha buat ngulikin isi buku itu yaaa... enha belum pernah nemu, apalagi baca buku berjudul Taman Orang-Orang bla bla bla tadi. Katrok yo ben. :'v
Ketika sudah terikat komitmen, cinta harus diusahakan…
Jangan minta enha buat ngulikin isi buku itu yaaa... enha belum pernah nemu, apalagi baca buku berjudul Taman Orang-Orang bla bla bla tadi. Katrok yo ben. :'v
Ketika sudah terikat komitmen, cinta harus diusahakan…
Bagi yang sudah terlanjur menikah, maka jatuh cinta kepada pasangan adalah kewajiban. Lho, emang ada ya, yang menikah bukan karena jatuh cinta? Ada donk, banyak kog. Tanya aja para pasangan yang menikah karena perjodohan.
Balik ke materi. Bagi yang sudah terlanjur menikah, maka jatuh cinta kepada pasangan adalah kewajiban. Keduanya harus berupaya untuk jatuh cinta pada suami/istri masing-masing. Kenapa? Karena kalo sudah menikah dan tinggal serumah, ya pastinya nggak akan bisa menghindar dari pasangan tersebut. Tiap hari, tiap jam, bahkan tiap detik, ketemunya ya dia lagi, dia lagi. Kalo tidak ada perasaan cinta, ketemu orang yang itu-itu saja, apalagi kalo sedang bertengkar, pasti bakalan eneg-eneg sebel sambil bilang, “Kog ya dia lagi, dia lagi…” Dan karena itu, rumah tangga mungkin nggak akan bertahan lama. Kurang lebihnya begitchu.
"Trus, trus, lanjutannya gimana cyiin?"
Terusannya pakai acara bersambung dulu deh >>> Akal-akalan untuk mengejar target posting. XD Hehehe...
PS: CMIIW, kalo ada yang salah dari ulasan di atas, mohon enha diingatkan.
*BBSSS: Bedah Buku Sayap-Sayap Sakinah
Hal yang paling menarik di sini... trigonal stenberg.
BalasHapusItu doang...
Menarik ding teorinya.
iya, memang menarik. Makanya kusertakan, sampe bela-belain nggambar bagannya. XD
HapusYang lebih menarik lagi sih kalo menurutku cinta versi Ibnu Qoyyim. Sayangnya belum pernah nemu bukunya.