Jumat, 26 Februari 2016

Random 5: Tamtam ^^;

Bismillah...

Jadi begini lho, gw ini kan orang yang kadang mudah meledak-ledak. Sedih juga sih, merasa belum bisa menjadi muslim yang baik. Nah, pas ada bazaar, kebetulan nemu bukunya Dr. ‘Aidh Al-Qarni (penulis buku La Tahzan yang terkenal itu) yang berjudul La Taghdhab: Jangan Marah! Stoknya waktu itu tinggal satu aja. Beruntungnya gw. Langsung aja gw comot tuh buku. Siapa tahu bisa menjadi obat mujarab untuk mengatasi watak gw yang mudah meledak-ledak. Hehe...

AB itu ternyata singkatan dari Absolute Bomb. Pantas saja... *Another teori Cocoklogi* -_-“. Credit: gambarnya lupa aku comot dari mana T^T

Jadi apa hubungannya buku tersebut dengan Tamtam? :p


Le one night:
Mbak Anu: “Tumben. Mukulnya semangat sekali.”
Gw: “Mumpung lagi anyel mbak. Keanyelanku kusalurkan ke sini.” (menunjuk tamtam).
Mbak Anu: “Anyel sama siapa emang?”
Gw:  “Ada deeehh...” kataku sambil nyengir kuda.
*****

Gw lagi gandrung sama alat musik ini. Meski mainnya cuma seminggu sekali pas pengajian-rutin-tingkat-RT. ƪ^0^∫ (credit)


Gw sendiri sering heran, kenapa sih kalo dalam posisi marah, gw seakan mendapat injeksi energi berlebih?
“... dalam kondisi marah, darah dengan sangat cepat mengalir ke tangan secara tidak normal, membuat tangan dengan mudah untuk memegang senjata, memukul lawan, mendorong seseorang ke tanah, merusak benda terdekat, atau membuat orang tidak kuat membawa barang yang dibawa, sehingga ia terdorong untuk membuang apa pun yang ada di tangan dengan spontan dan disertai emosi berat.” Ini menurut Dr. ‘Aidh Al-Qarni (2015:228)

Kala gw marah, gw (merasa seperti) bisa makan orang. Layaknya bom waktu. Apa saja hal yang gw pendam tentang kekurangan seseorang, mendadak bisa gw keluarin semuanya. Niatnya sih gw berusaha menilai secara objektif, tapi mau bagaimana lagi, kata-kata gw emang cenderung dingin –heartless bak Simon Cowell yang mengomentari calon idol- dan langsung naik beberapa oktaf saat gw marah. Tapi setelah semua kata-kata heartless ini tercurah, gw jadi nyesel sendiri dengan apa yang sudah gw ucapin. Ujung-ujungnya, setelah marah gw kan jadi sedih. Terdengar aneh? Ternyata enggak. Ini merupakan hal yang wajar. Dan gw nggak gila. :p

Perlu Anda ketahui, kesedihan adalah salah satu dampak marah. Andai Anda menyadari sejak awal, tentu Anda mulai dengan ‘jangan marah!’ (Ibid,107.



Setahuku, ada juga orang yang masuk kategori lebih ekstrim dari gw: saat marah suka mengumpat dan mendoakan buruk. Tapi semarah-marahnya gw, alhamdulillahnya gak sampe mendoakan yang buruk-buruk kug. Palingan merenung trus berpikir, kenapa gw musti dilahirin sebagai manusia. *ngeabsurd gitu dah*-_-

Janganlah kalian mendoakan keburukan untuk diri kalian. Untuk anak-anak kalian, untuk pelayan-pelayan kalian, ataupun harta benda kalian, agar tidak bertepatan dengan waktu dari Allah, di mana tidaklah Dia diminta sesuatu pada waktu itu, melainkan pasti Dia berikan. (H.R. Abu Dawud).
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melarang umat mendoakan keburukan pada diri sendiri, keluarga, ataupun harta benda, karena dikhawatirkan bertepatan dengan saat-saat mustajab tersebut, sehingga doa keburukan dikabulkan. (Al-Qarni, 2015:86)
Nah lho, lalu apa yang musti dilakukan supaya kita tidak mengutuk dan mengucapkan berbagai  sumpah serapah lainnya ketika kita sedang marah?

Ibnu Abbas menuturkan, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Idza ghadhiba akhadukum falyaskut...” (Jika kau marah, diamlah!) -H.R. Ahmad
Saat Anda marah, jangan melakukan apapun, jangan berbicara, jangan menulis, dan berilah waktu untuk diri Anda hingga tenang, sampai saraf-saraf Anda mereda dan watak Anda berubah. (Al-Qarni, 2015:83).

Tapi kan kadang sebagai manusia biasa yang bisa salah, gw juga masih bisa lepas kendali. Tak bisa diam saja ketika sedang marah. Kenapa gw kadang belum bisa menjadi penyabar? Di saat itulah, gw merasa minder mengaku sebagai seorang muslim... Muslim kug pemarah? Apa kata dunia?! huuuuuffftttt...

Pemicu kemaksiatan yang dilakukan umat manusia adalah marah, syahwat, dan kelalaian. Amarah muncul dari jiwa yang buas, dan di antara efek amarah adalah pembunuhan, pemukulan, celaan, melukai, penahanan, pengikatan, perceraian, penghinaan, dan lainnya. Karena itulah orang bilang bahwa orang yang memiliki jiwa amarah, ia memiliki jiwa yang buas. Mereka menyamakan manusia seperti ini dengan hewan. Ketika manusia terlepas dari jiwa yang buas ia seakan berada di barisan para malaikat. Dan, untuk mencapai tingkatan ini, memerlukan latihan yang cukup lama. (Ibid:104).
Demikianlah. Jiwa preman itu muncul ketika gw marah. Another side of me that all my friends didn’t see, yet.*Sedang mencoba untuk memperhalus jiwa preman itu, kata emak, biar lekas ketemu jodoh. Halah*

Orang muslim mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan, ia rasakan kedamaian dalam diri, hingga jiwanya beralih menuju keselamatan di balik keselamatan, dan ruhaninya beralih menuju keamanan, keselamatan, dan ketenangan. (Ibid: 93). 

Nah lho. Bagi yang mengaku sebagai muslim (including me of course), tapi masih suka mengeluarkan kata-kata yang ‘mengerikan’, patut dipertanyakan tingkat keimanannya. -____-“

By the way, apakah mudah marah itu merupakan hal yang wajar? Apakah gw normal? Ataukah gw perlu dirukyah? Kan katanya, yang gampang marah itu (bisa jadi) kena gangguan jin, yes? :v

Marah adalah dampak langsung akibat hilang kesabaran. Kita marah karena kita tidak kuat menanggung sesuatu atau akibat tindakan seseorang. (Ibid:136).
Sebab-sebab eksternal yang menimpa manusia, seperti pedang, panah, dan hal-hal mematikan lain yang membidik manusia, mendorongnya untuk memiliki kekuatan dan pertahanan yang muncul dari dalam diri, hingga bisa menangkal hal-hal yang membinasakan. Untuk itu, Allah menciptakan watak amarah dari api dan Allah tanamkan dalam diri manusia, Allah campurkan unsur ini dengan unsur tanah. Saat seseorang terhalang untuk mencapai tujuan dan keinginan, api amarah membara dan bergelora hingga darah di hati mendidih, dan menyebarkan darah ini ke seluruh urat (pembuluh darah), lalu naik hingga ke bagian-bagian atas badan, laksana api merembet naik, laksana air membumbung ke atas dalam tungku saat direbus. (Ibid:28).
Amarah adalah emosi manusiawi yang disertai darah mendidih. Amarah adalah salah satu dorongan pembentuk unsur manusiawi, juga salah satu kebutuhan utama. Kekuatan amarah hanya bisa diatasi dengan kekuatan ruhani yang muncul dari keinginan untuk menggapai ufuk yang lebih tinggi dan lebih luas dari ufuk diri dan kepentingan-kepentingan diri. (Ibid:93).
Anger tells the world just how miserable you are — how unhappy, unfulfilled, unsatisfied, unexcited, and unloved you feel. Anger speaks the unspeakable! Think about the last time you verbally expressed anger. Do you remember what you said? Was it something like, "Get off my back," "You don't care about me," "I'm tired of living hand to mouth," or "I give, give, give, and I get nothing in return." I'm sure others heard what you said, but did you? Did you listen to your anger — listen to what it's telling you about what's wrong with your life and what you need to do to begin correcting it. (Source).

Kalo dari beberapa paragraf di atas, gampang marah itu sebab utamanya emang bukan karena gangguan dari pihak eksternal, tapi emang karena internalnya (jiwanya) kurang kuat. Padahal gw suka sok-sok'an ngaku kuat. Tapi terkadang masih suka gampang marah. Meaning what? Kekuatan jiwaku sepertinya perlu diasah lagi. Prends, cariin murabbi donk. :v

Tapi ternyata, bahkan ulama pun tak lepas dari amarah lho...

Siapapun tak terlepas dari amarah, bahkan ulama, para pemimpin, para nabi, pembesar, dan juga orang-orang bijak. Di dalam Syi’ar A’lam An-Nubala; Adz-Dzahabi menyebutkan bahwa Husain bin Muhammad An-Najjar (salah satu tokoh ulama ilmu kalam), berdebat dengan An-Nazhzham (salah satu tokoh Mu’tazilah). An-Nazhzham marah pada Husain hingga menendang dadanya. Salah satu sumber menyebutkan bahwa Husain meninggal dunia karena tendangan itu, setelah sempat sakit. (Al-Qarni, 2015: 128).

I know something feels wrong when I get over rage. But what? What would happen when I keep this habbit?
Orang banyak mengeluhkan penyakit kanker, padahal penyakit ini hanya menyerang 7 % penduduk bumi setiap tahunnya. Sementara itu amarah membunuh 90 % penduduk bumi. (Ibid: 112). *Shock. Gw ga mau mati dalam keadaan marah*
Anda mungkin bisa sembuh dari berbagai penyakit dengan obat-obat penenang. Namun orang marah yang tidak mengetahui obatnya, bertahan seumur hidup dalam kondisi sakit. Pemarah adalah orang yang paling jauh dari kebahagiaan, dan paling dekat dengan kesengsaraan, karena di dalam dirinya ada api. (Ibid:112).
Terasa seperti... Apapun tindakan yang dilakukan karena marah, pastilah berujung pada penyesalan. Ya nggak sih? So, biar ga menyesal di akhir: saat kau marah, cobalah kau beri kesempatan untuk diri kau itu, hingga kau merasa tenang, sebelum kau mengambil keputusan apapun yang bisa saja membuat kau menyesal seumur hidup. *uhuk*

Trus, kira-kira ada gak seeehh, cara untuk meredam amarah yang terlanjur mau meledak?
Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu menuturkan, “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam marah dalam posisi berdiri, beliau duduk; dan jika beliau marah dalam posisi duduk, beliau berbaring hingga marah beliau hilang.” (Ibid: 91).
Langkah lain untuk menghilangkan amarah adalah beralih dari kondisi ke kondisi lain. Inilah kebiasaan khalifah Al Ma’mun saat marah atau dicerca. Orang-orang Persia berkata, “Ketika orang yang tengah berdiri marah, duduklah, dan ketika orang yang tengah duduk marah, berdirilah.” (Ibid: 119).
Ilmu itu (didapat) dengan belajar, dan sabar itu (diraih) dengan memaksakan diri untuk bersabar. HR. Thabrani.
Al-Ghazali menuturkan, “Siapa yang ingin menjadi orang sabar dan rendah hati, harus dipaksa meniru perbuatan-perbuatan orang bijak dengan dipaksa-paksakan terlebih dahulu, hingga perbuatan-perbuatan tersebut melekat menjadi watak asli. Hanya itu caranya.” (dalam Al-Qarni, 2015:163).
Awalnya sabar karena terpaksa, tapi lama-lama pun akan jadi terbiasa. Easier said than done, keknya. 

Katanya di balik kelemahan tersimpan kekuatan. So, apakah dari amarah, kita bisa mengambil hikmah?

Katanya, dalam beberapa kasus tertentu, marah tidak boleh diredam. Harus dilampiaskan. Kalo tidak, orang (yang marah) tersebut bisa mati. Hiiiy... Jadi, apakah sifat ini (which is -kemarahan harus dilampiaskan, tidak bisa tidak) semacam kelemahan? Bisa jadi.

Tapikan, menurut Andrew Fassbach dalam film World War Z (yes I know, he’s a fictional character :p), “Sometimes the thing you thought was the most brutal aspect of the virus, turns out to be the chink in its armor. And she (the virus) loves disguising her weaknesses as strengths.”  Nganu, maksudku: bisa saja gw menyembunyikan kelemahan gw (yg mudah marah ini), untuk kemudian gw gunakan sebagai kekuatan yang tidak dimiliki orang lain. 

Caranya cyin? Ya kenali diri sendiri dulu lah. Contohnya: kalo gampang marah, maka energi yang timbul ketika marah bisa disalurkan untuk hal lain yang lebih berguna. Apa bisa? Bisa aja, kalo mau. Gw masih dalam proses untuk bisa melakukannya. Sering berhasil, namun kadang gagal juga. T^T
Kekuatan marah ini bisa diolah menjadi energy kebaikan, power kesuksesan, bahan baku kebahagiaan dan manfaat lainnya. (Al-Qarni, 2015:6).
The e in emotion stands for "energy." Anger produces an instantaneous surge of adrenaline, which causes your pupils to dilate, your heart to race, your blood pressure to elevate, and your breathing to accelerate. If you're really angry, even the hairs on the back of your neck stand up! Your liver responds by releasing sugar, and blood shifts from your internal organs to your skeletal muscles, causing a generalized state of tension. You're energized and ready for action. Remember, though, that emotions are short lived — they come and go. So, it's imperative that you strike while the iron is (literally) hot and use the angry energy to your benefit before it evaporates.(Source).

Kesimpulan:

Orang yang lagi anyel dan emosi biasanya mendadak seperti terkena suntikan energi berlebih (gw mengambilnya dalam kasusku aja sih). Ada baiknya kalo energy-booster yang didapat dari rasa anyel tadi, dialihkan kepada hal-hal positif daripada disia-siakan untuk hal negatif yang akhirnya menimbulkan penyesalan dan berakhir pada kesedihan. Hal positif yang bisa dilakukan ketika emosi, contohnya: bermain tamtam. Atau bikin donat. Atau bersih-bersih rumah. Atau nyangkul. Atau mengerjakan hal lain yang selalu ditunda misalnya. Dan lain sebagainya dan lain seterusnya... 

Udah gitu dulu deh. Judulnya 'Tamtam' tapi malah mbleber kemana-mana. Haha. Bye~


Referensi:

‘Aidh Al-Qarni. 2015. La Taghdhab: Jangan Marah! Kiswah Media: Solo.
For Dummies a Willey Brand. Making Anger Your Ally



14 komentar:

  1. yg punya blog masih hidup? :D
    asik postingannya (y)

    BalasHapus
    Balasan
    1. :v
      sampe saat memoderasi komentarmu, sampai dengan membalas komentar, ane masih hidup di bumi bro~
      -_-

      terimakasih sudah nyasar di mari. Pankapan balik lagi yeah. :D

      Hapus
  2. Emang ada ya orang kalau marah gak bertambah lepas energinya?

    Let me tell you my secret, Captain: I am always angry.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ga tahu. Ada orang yg sebegitu lihainya, sampe2 gak pernah terlihat kalo sedang marah. Marahpun masih bisa tenang dan tersenyum seperti biasa. Salute pada orang2 yg bisa begitu.

      Kenapa bisa selalu dalam keadaan marah. boy?

      Hapus
    2. :o
      pernah nonton tapi cuma lewat tipi. Ga terlalu nggagas dialognya.

      Hei, page about me-mu ga bisa diakses. Hanya terlihat tulisan: Ah, saya tidak pernah bilang begitu.
      -_______-

      Hapus
  3. Balasan
    1. Okesipp. Udah bisa diakses. Pekan depan, insyaAllah, gw kirim. Via pos aja ya. Biar pak pos punya kerjaan. :p

      Btw, kamu jangan-jangan tetangganya sist Faizani-Koskaki ungu- ya? -_-

      Atau, jangan2 tetangganya kak Nurmayanti Zain?

      Udah gak di jawa lagi?

      Hapus
    2. Kemungkinan besar saya juniornya Nurmayanti Zain di SMA. (Saya ansos waktu itu, tidak mau kenal siapa pun, jadi tidak tahu persis)

      Saya pulang balik Makassar - Bekasi tiap bulan sekarang. Sampai komentar ini diturunkan, saya sedang tugas di... dimana ya? Ah, somewhere called Anabanua

      Hapus
    3. :o
      oia, ini alamatnya ga ada RT/RW nya ya?
      kalo nyasar, salahin pak posnya ya. :v

      Hapus
    4. Di kotaku orang gak pernah nanya alamat pake RT/RW, soalnya nomor rumah pada umumnya berurutan semua.
      (Beda banget waktu saya nyasar cari alamat di daerah sono)

      Hapus
    5. ntar kalo bukunya udah sampe, kabarin ya.

      Hapus
    6. Kata orang rumah, paketnya udah sampai. (Saat ini saya belum pulang).

      Makasih En

      Hapus
    7. sama-sama. PR buatmu: khatamkan tuh buku. :p

      Hapus

Komentarmu tak moderasi, artinya ya aku baca dengan seksama, dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Komentarmu = Representasi dirimu.
Ojo saru-saru lan ojo seru-seru. Ok dab?