Jumat, 01 April 2016

Random 4: Adrenaline Booster

Bismillah...

Sebagai orang yang bergolongan darah AB, akhir-akhir ini aku jadi sering merasa seperti kurang greget menjalani hidup. Entahlah apakah ada hubungannya atau tidak (antara golongan darah dengan semangat hidup). Mungkin akunya saja yang kurang suntikan adrenalin. Kalo dulu sih, sempat pernah mengalami masa-masa overload adrenalin. Dan saat itu, aku sering berkhayal bahwa John Cena adalah bodyguard-ku.


Sebelum mengalami masa-masa overload adrenaline, dulu aku juga suka nonton film bergenre horror dan thriller. Nontonnya malam hari, sendirian, pas suasana sepi. Kedua jenis film itu, bisa bikin jantung berdetak lebih cepat. Tapi sekarang udah nggak terlalu sering nonton film.

Rasanya, ada sesuatu yang kadang hilang dariku: adrenalin. Kurangnya adrenalin membuatku jarang merasa tertekan. Hidup kug rasanya woles-woles saja. Adem-ayem seperti tanpa masalah. Padahal masalah itu terkadang menghampiri, tapi jarang yang sampai bisa bikin stress. Kalaupun stress, ditinggal tidur bentaran juga stressnya ilang. Apakah ini normal? Nggak tahu!

Mungkinkah, hidupku yang semula tenang-lalu berganti pada taraf bahwa setiap hari harus merasa over khawatir-dan sekarang balik ke tenang lagi, membuatku merindukan masa-masa ketika aku harus mengalami adrenaline overload? Nggak tahu!

“Those who have experienced extended periods of adrenal overload from childhood, such as those who grew up in homes with an alchoholic or critical parent, or those who experienced physical or verbal abuse, will often unconsciously attract dramas or crises in their lives to get another adrenalin rush.  Or, you may crave sugar or foods to which you are allergic, as these also stimulate the adrenal gland.” (credit)


Setahuku sih, aku bukan seorang adrenaline junkie kug. Aku sudah pernah mencoba test online alakadarnya, dan hasilku: Pretty Balance, katanya sih. Ini, link bagi yang mau nyobain testnya juga (klik sini). Ngomongin adrenalin, jadi pengen nyambungin ke adrenaline rush. Ada beberapa hal yang bisa membuatku merasa mendapat suntikan adrenalin, dan by the way, initial D yang dulu pernah membuatku terkena disleksia sementara, ternyata juga bisa bikin adrenalin jadi bertambah. Dulu kalo ketemu dia, bawaannya seperti baterai yang habis diisi ulang. Full power.  Tapi itu dulu. Sekarang nggak lagi. Aku juga nggak paham kenapa bisa berubah gitu.

Adrenaline, huh? Are you sure? Tentu. Tapi, apa itu adrenalin? Kenapa initial D bisa jadi adrenaline booster?
“Adrenaline and cortisol release when you feel fear, anxiety or stress. They cause your heart to beat faster, and blood vessels to dilate, making your skin flush.  Rapid, shallow breathing ensues.  Muscles tighten, especially around the stomach and shoulder area.  A slight sweat may break out.
The purpose of adrenalin is to place your body in a high-alert rapid-response flight-or-flight state.  In emergencies, this is beneficial, as it aids escape.“ (Credit)
*Chotto matte, kalo gitu definisinya, yakin lu, bahwa initial D adalah adrenaline booster?*

Yep, memang itu sih yang dulu kurasakan: ‘heart beat faster, sweating, and seems like made me in a flight state.’ Intinya: setelah ketemu, jadinya seperti habis disuntik hormon adrenalin. Bikin semua hal jadi serba clumsy. Tapi, juga membuatku menjadi lebih bertenaga. Aku bahkan (dalam waktu kurang dari sejam) bisa merampungkan memasang lemari bongkar pasang, hanya karena dia berbicara padaku dengan durasi sekitar lima menitan itu. Padahal, biasanya aku kan orangnya woles. :p
“Adrenaline, sometimes called norepinephrine, is a hormone and neurotransmitter the body releases in large quantities during times of stress. It’s adrenaline that enables the fight or flight response, and when the body starts releasing large quantities of adrenaline, some people experience a powerful “adrenaline high.” Although everyone produces adrenaline in response to stress, some people crave the process, while other people find an adrenaline dump stressful and uncomfortable.” (credit)

Hohoho, kenapa initial D malah membuatku berada dalam kondisi stress? Bukan stress sih tepatnya. Tapi dalam kondisi tertekan *stress dan tertekan sama aja kaleee*, lalu pengen lari menghindar trus sembunyi. Kalo disimpulkan, memang membuatku berada dalam kondisi mendadak konflik batin: Pengen ngomong banyak, tapi juga pengen lari menghindar. -_____-
“Adrenaline is a substance that is released in the body of a person who is feeling a strong feeling, such as excitement, fear or anger. The adrenaline rush usually occurs when the body senses danger, the “Fight or Flight” moment. “ (credit)
Senang, tapi juga bikin takut. Takut, tapi juga bikin senang. Apakah itu pertanda jatuh cinta? Mbuhlah. Emangnya, orang yang jatuh cinta juga merasakan rasa takut ketika ketemu orang yang dia suka? Mbuh. Tapi, keknya sih nggak. Soalnya, kalo di film-film sih nggak gitu. Lalu, apakah berarti bahwa aku ini abnormal? Aku terkadang merasa bahwa diriku ini sepertinya memang agak aneh sih. Dan baru ketika aku tahu bahwa golongan darahku AB, sepertinya itu menjawab salah satu pertanyaan terbesarku: kenapa aku aneh?

AB gata freak
I love you! Nih hatiku untukmu... tapi, jangan mendekat sampai melanggar garis ya...! -__-


Tapi kug, setelah dipikir-pikir lagi... mbakku sepupu yang goldarnya AB kug nggak seperti AB-gata? Dia bisa hidup normal dan menikah lho. Dan selidik punya selidik, sepertinya ke-abnormal-anku terjadi karena memang ada pengaruh dari golongan darahku yang AB, dan juga karena [sepertinya] aku terkena sindrom philophobia

Heh? Philophobia? Apalagi ini?!
“Philophobia is the fear of emotional attachment; fear of being in, or falling in love
Medical science defines philophobia as an abnormal, unwarranted and persistent fear of falling in love. Its name comes from two Greek roots, “philo” meaning love and “phobia” meaning fear of. This fear of love isn’t merely a distressing emotional condition; it can result in actual physical symptoms, and may even heighten a person’s alienation from family, friends, co-workers and neighbors.”
(credit)
Untung phobia yang kuderita belum sampai separah kalimat yang terakhir itu...
“In addition, philophobia produces a distinct set of physical symptoms. Philophobia symptoms can range from nervousness or restlessness in the presence of the opposite sex, to feelings of absolute dread at the prospect of meeting someone. In its most extreme cases, philophobia can cause full-blown panic attacks: sweating, irregular heartbeat, shortness of breath, nausea and an intense need to escape from the presence of the potential lover.” --idem.
“As with any phobia, the symptoms vary by person depending on their level of fear. The symptoms typically include extreme anxiety, dread and anything associated with panic such as shortness of breath, rapid breathing, irregular heartbeat, sweating, excessive sweating, nausea, dry mouth, nausea, inability to articulate words or sentences, dry mouth and shaking.” (credit)
Kalimat yang kugaris bawahi di atas, sepertinya bisa menjelaskan kenapa waktu itu aku mengalami disleksia sementara. Orang yang menderita philophobia, konon katanya ‘alergi’ terhadap hal-hal yang berbau cinta-cintaan. Untuk yang satu ini, sepertinya telah menjawab pertanyaan: mengapa aku lebih nyaman nonton film World War Z daripada nonton film Meet Joe Black. Now, all the puzzle almost complete, and I’m getting very exciting to what happen to me...

Ciri-ciri Philophobia
  • Merasa resah setiap ada seseorang yang berusaha memberikan perhatian lebih atau mencoba mengungkapkan cintanya, yang kemudian cenderung memilih untuk menghindar atau menolaknya.
  • Tak berani berkomitmen, sekalipun sudah sering jalan bareng. Selalu bertanya-tanya dalam hati “Benarkah ini orang yang tepat?”
  • Selalu berpikiran negatif setiap ada lawan jenis yang mencoba mendekat.
  • Memiliki rasa takut yang tidak jelas ketika sedang bersama orang yang di suka
  • Mulai menarik diri atau menghilang saat sadar sudah mulai jatuh cinta pada seseorang. jadi yang biasanya ditelpon dia ngangkat tapi tiba-tiba susah dihubungin atau saat di sms biasanya cepat balas tiba-tiba lama balasnya.
  • Terjadi pergolakan sudah mampukah untuk mencintai dan dicintai atau belum ?
  • Saat telah memiliki orang yang mulai dicintai cenderung menghindar, memiliki kadar gengsi yang tinggi, bersikap seolah tidak memperdulikan orang tersebut, terkadang bersikap sangat cuek dan masa bodoh padahal dalam dirinya sangat memperhatikan orang yang mulai disukainya tersebut hanya saja tidak ingin terlalu menunjukkannya dan sangat menginginkan orang yang tak menyerah padanya. --- (Credit)


Tambahan dariku, tentang apa yang kurasakan. Seakan timbul konflik batin: ingin mencintai dan dicintai seperti orang-orang pada umumnya, tapi selalu muncul perasaan takut pada cinta itu sendiri. Ada rasa malu dan merasa lemah, ketika tahu bahwa dirinya mulai jatuh cinta. Selalu berusaha mendoktrin diri sendiri, bahwa apa yang dirasakannya bukanlah cinta, tapi adalah rasa yang lain. Rasa kasihan, rasa empati, rasa simpati, atau rasa lainnya. Pokoknya bukan cinta. Hahaha >>> tawa ngenes (di luaran terlihat tertawa, tapi dalam hati ingin menangis. WHY ME, GOD?! WHY oh WHY?!). Oke, kalimat yang terakhir itu memang terlalu mendramatisir. 

Menemukan penyebab keanehan yang terjadi pada diri sendiri, lalu tahu bahwa aku bukanlah satu-satunya orang yang menderita keanehan ini, rasanya sangat... melegakan. (^^,)
“I thought I was the only one. Coming from a single parent family, life is tough in terms of love. Worse still, I was told countless times that I don’t deserve to be loved. It etched into my mind n until today, I am almost 30 and still single. Its a tough community to live in.” --Arie (Credit)
“Wow crazy I feel this so much. The thought of someone loving me scares me and the thought of me loving them back is even worse. When you love someone, you rely on them and they on you. If you rely on something and you lose it, it’s like losing a limb. I am fiercely self reliant and do not ever rely on one person financially, emotionally, or spiritually. I have once, and it hurt like hell when we were over, even as I knew it was for the best. I do not wish to be weak, but wonder if there is a flaw in my personality. I see no reason to be codependent when there are so many things to do and see in life why just spend them with one person. Culturally this is not how people are, but I am more like a wolf. I can run with a pack or alone, and I like it that way. But I worry, my greatest strength may be my greatest weakness.” -- Me (Credit)
“I just realized, I might have philophobia when I realized the person I like might like me. I started to have a panic attack, the problem is I still have a crush on them and the counteracting feelings are driving me insane. I want a relationship but the thought of being in one scares me.” --Anonymous (Credit)
****
"Saya wanita berusia 24 tahun. Saya memiliki philophobia sejak saya berumur sekitar 12 tahun. Saya selalu menghindari laki-laki yang terlihat menaruh perhatian khusus untuk saya. Pernah suatu saat ada seorang pria yang memberikan sebuah hadiah untuk saya di hari valentine, dan ia menyatakan cinta kepada saya. Saya langsung merasa tidak nyaman. Saya ingin segera meninggalkan pria tersebut, namun saya tidak ingin menyakiti perasaannya. Tiba-tiba saja saya berlari dan menjauh darinya. Ia hanya terbengong-bengong dan terpaku di sana melihat saya lari dari hadapannya, seperti melihat hantu." --Anne, 24 tahun
"Saya sepertinya Philophobia, dan saya takut berkomitmen. Sampai-sampai saya memutuskan untuk tidak akan jatuh cinta pada siapapun. Sampai di umur saya yang ke 30-an ini saya tidak pernah memiliki hubungan khusus dengan lawan jenis, karena entah mengapa, hal ini membuat saya takut."--Andi, 30-an tahun
"Sepertinya saya philophobia, saya tak ingin menjalin komitmen dengan wanita. Setiap kali saya merayu dan nge-gombalin para wanita cantik, hanya untuk having fun saja, padahal saya akan gugup setengah mati kalau harus berkomitmen dengan wanita. Saya hanya takut mengecewakan dan menyakiti hati para wanita tersebut."--Budi, 28 tahun
****
Untuk penjelasan lebih lengkap mengenai philophobia (takut jatuh cinta), teman-teman bisa membaca artikelnya dari credit link yang sudah kusertakan pada masing-masing kutipan.

Hero Syndrome

Kalo kasus teman-teman di atas sih bisa sampai se-ekstrim itu, tapi kasusku agak beda sedikit. Walaupun untuk ukuran orang ‘normal’, aku juga pastinya aneh. -__- Selain karena taraf phobia per masing-masing orang memang beda-beda, tambah lagi, sepertinya aku juga menderita hero sindrom. Philophobia ditambah hero sindrom? Terdengar seperti komplikasi penyakit kejiwaan, ya? -__-

Female Philophobia Story
Kalimat di atas itu curhatan seorang philophobia (credit). Dan (sepertinya) dia juga menderita hero sindrom. 


Hero sindrom? Apa itu?
“What is the "Hero Syndrome"? It is an unconscious need to be needed, appreciated or valued that disguises itself as a good thing, but threatens to make you bitter and to overextend you. This insidious need will get met when you say yes and overpromise what you can deliver in order to be liked, please other people, or avoid the perceived consequences of saying no.”

Gejalanya kek gimana cyin?
“If you get great satisfaction out of being the only one who can solve a particular problem, the one who will drop everything to help, brace yourself. You may have the hero syndrome.” (Credit)
Agar lebih mudah memahami tentang seperti apa itu hero sindrom, aku ambilin contohnya dari anime One Peice. Siapa di anime One Peice yang menderita hero sindrom? Baby 5 lah yang –menurutku- menderita kelainan jiwa ini. Kalo kata adikku, Baby 5 itu aneh. Tapi ketika aku nonton sendiri animenya, aku pikir Baby 5 tidaklah seaneh yang dikatakan adikku. Personality Baby 5 itu, aku sedikit bisa merasakan apa yang dia rasakan. Merasa senang ketika tahu bahwa kita dibutuhkan oleh seseorang. That’s feel like... ah ya gitu deh. Suka susah sendiri kalau disuruh menjabarkan tentang rasa.

Baby 5 dan hero sindrom
Baby 5: *Aku takkan pernah biarkan kau pergi* [vo]?! “Dia barusan melamarku!”
Sai:  “Bagaimana bisa kau mengartikannya begitu?!” *geram*
Source: OP eps 710 

Kalo gambar di atas adalah contoh geer-nya Baby 5 yang menderita hero sindrom, maka gambar di bawah adalah contoh hal-hal yang membuatku bisa gedhe rasa.

Hero sindrom
Jangan-jangan, aku lagi dimata-matai CIA? Menjadi most wanted?* lebay mode on*

Menderita hero syndrome itu, rasanya seperti... bisa mendadak berubah menjadi senang, hanya karena merasa sedang dibutuhkan. Meskipun dibutuhkan dalam arti untuk ‘dilenyapkan’. Toh itu namanya juga tetap ‘wanted’ kan? Huhuhu... Tapi, untungnya aku nggak separah Baby 5 dink.

Hero sindrom
Jerman ndes! Mbak Ely pasti lagi kangen sama aku... fufufufu... :3  *kadang suka ke-geeran sendiri*


Baby 5 terkena hero sindrom karena waktu kecil ditelantarkan oleh ibunya, sedangkan kalo kasusku, sepertinya terjadi karena cukup sering didoktrin oleh ibu dengan kalimat yang menyatakan bahwa, “Ayah kalian saja sudah tidak peduli dengan kalian, apalagi orang lain?!”

Dicekoki dengan kalimat itu berulang kali, mau nggak mau, aku juga kadang mikir kalo aku itu worthless. -_- Di sinilah aku merasa beruntung bahwa golongan darahku AB. Apa hubungannya coba? Karena watak B yang menurun di darahku itu, membuatku kadang nggak terlalu nggagasan. Lha kalo misalnya goldarku A (yang konon katanya baperan), and then selalu dicekoki dengan kata-kata negatif terus-menerus, pastilah aku tumbuh menjadi orang yang amat sangat menyedihkan seperti Baby 5...

Baby 5 dan hero sindrom
Mama: “Kau tidak berguna. Orang yang tidak berguna sepertimu... tidak dibutuhkan oleh siapapun!”
Baby 5: “Bahkan bagimu, Mama? Apa Mama tidak membutuhkanku juga?”
Source: OP eps 710

****

Untuk penjelasan lebih lengkap mengenai hero syndrom, kawan-kawan gugling aja ya. Postingan ini sudah terlampau panjang... harus segera diakhiri. *aslinya sih karena males mikir merangkai kalimat lagi*

Unconditionally~ 

Karena aku sendiri menderita kelainan philophobia ini, dan memang belum sembuh benar, jadinya, sebagai penutup, tips dan trik buat mengatasinya aku ambilin dari pendapat orang lain:. 
“Remember that love is not a feeling, it’s an ability. Feeling passionate about someone does not mean you love them. Love is completely abandoning your own desires for the sake of someone else, so what you’re feeling does not mean you’re incapable of love. In fact, the truest form of love occurs when you feel the least amount of passion, but you serve anyway. Passion is not a bad thing, but it can easily prevent people from pursuing love on a deeper level that is without fear. So there is no need to be afraid! You are loved! I was going through the same thing, but I later found that it was God’s way of strengthening me so that I could love him more and understand his love for me on a deeper level. I hope this helps you in your pain. I’m sorry that you are suffering with this, but love will carry you through < 3” -- Anonymous (Credit)
"... Jujurlah pada dirimu sendiri... ingin bagaimana kamu sebenarnya ? (karena)Orang tidak akan tau cara untuk sembuh, bahkan kalau dia sendiri tidak mau mengakui bahwa dia sedang sakit. Terimalah keadaanmu dengan lapang dada dan berusahalah untuk sembuh. Ingin untuk  dapat mencintai dan dicintai bukanlah sebuah dosa. Fighting!*" (Credit)
*ane edit dikit kalimatnya, hehe...

Conclusion: how to treat this philophobia and any other mental illness?

Start to loving yourself. Cintai dirimu sendiri. Seaneh apapun diri kita, kalopun tidak ada yang bisa menerima kita apa adanya, setidaknya kita tidak ikut-ikutan untuk membenci diri sendiri. Ya kan?

Nih, aku sharing link videonya Katty Perry yang berjudul Unconditionally. Dengerin tuh lagu baik-baik. And well, setidaknya Katty Perry mau mencintai kita apa adanya. :v

Oia, ingin dapat efek lebih nendang? Nyanyiin tuh lagu di depan cermin, dan bakalan terasa kayak kita sedang menyemangati sendiri. “There is no fear now... Let go and just be free. I will love you unconditionally...”

Warning: LBGT detected. -_-

Dan ini liriknya:

Unconditionally-Katty Perry

"Oh no, did I get too close?
Oh, did I almost see what's really on the inside?
All your insecurities
All the dirty laundry
Never made me blink one time
Unconditional, unconditionally
I will love you unconditionally
There is no fear now
Let go and just be free
I will love you unconditionally
Come just as you are to me
Don't need apologies
Know that you are all worthy
I'll take your bad days with your good
Walk through this storm I would
I'd do it all because I love you, I love you
Unconditional, unconditionally
I will love you unconditionally
There is no fear now
Let go and just be free
I will love you unconditionally
So open up your heart and just let it begin
Open up your heart, and just let it begin
Open up your heart, and just let it begin
Open up your heart
Acceptance is the key to be
To be truly free
Will you do the same for me?
Unconditional, unconditionally
I will love you unconditionally
And there is no fear now
Let go and just be free
'Cause I will love you unconditionally..."

****

Byuuuhh... berawal dari adrenaline booster, dan kini berakhir dengan unconditionally. Ngelantur kemana-mana. *Suka-suka ane donk* Kalo ga suka, ngapain juga dibaca sampai akhir?! :p

Akhir kata, have a nice day and bye~


14 komentar:

  1. Some of these I can relate.
    Tapi saya bukan philophobist, bukan pengidap hero syndrome. Sebenarnya kamu hanya menjelaskan 'why are you socially awkward' dari sudut pandangmu. #eh? #iyakah?

    You don't need to be a hero. Let people be heroes for you and they will thank you for letting them.

    BalasHapus
    Balasan
    1. i'm not socially awkward. Ane sering bisa berbaur dengan baik, kecuali dengan 'orang-orang tertentu yang aura-kharismanya gak nahan' :v

      And I don't want to be a hero. Cuma merasa gak tega aja ketika merasa ada yang membutuhkan, tapi aku malah asyik dengan duniaku sendiri. Entah kenapa kug rasanya seperti tertarik untuk menolong jiwa-jiwa yang bermasalah. X,D

      "Let people be heroes for you..." >>> ane paling gak suka berhutang budi. Hutang budi sulit balasnya jee... :,v

      Hapus
    2. Hahaha... oke, kamu gak socially awkward. Mungkin merekanya saja yang aneh sampai kamu phobia (philophobia). Punya pengalaman traumatis dengan orang sejenis mereka?

      Hey, letting people help you bukan sekedar membuat kamu berhutang budi, tapi juga membuat mereka merasa dibutuhkan dan dihargai bantuannya (kalau dilakukan dengan benar). Semua orang ingin merasa dibutuhkan, lho!

      Hapus
    3. Yep, ada beberapa pengalaman. Kupikir phobia ini bermula sejak kelas satu SMP. Mulai dari teman yang menyatakan cinta (padahal sudah didoktrin utk tidak boleh pacaran kalo belum gedhe), tukang acak nomer telpon yang suka nelpon ga jelas, unwanted guardian angel yang somehow bikin pengen sembunyi kalo ketemu dia, dan trauma tentang broken home. Parah kan?! -_-

      Semua orang ingin merasa dibutuhkan? Apa iya? Kug keknya ada juga tipe2 orang yang ansos dan suka mementingkan diri sendiri? :v

      Hapus
    4. Mereka ingin "merasa" dibutuhkan, meski pada kenyataannya mereka tidak benar-benar dibutuhkan. Biasanya mereka sudah tahu itu, jadi sikapnya berubah ansos.

      Tapi kalau mereka bisa bantu sesuatu, kenapa mereka tidak "ditawari" kesempatan untuk membantu? *pola pikirnya begitu ya, bukan pola pikir minta tolong*

      Ah, sudahlah. Why am I acting so high? If you follow this pattern, do it on your own risk.

      Hapus
    5. lebih ingin membantu daripada dibantu, begitu kah maksudmu?

      lebih suka memberi daripada diberi.
      Dan paling tidak enak kalo sampe berutang budi...
      XD

      Hapus
  2. liat gambar AB ngasih hati dari jarak jauh jadi inget film kartunnya yang geblek abis :D *OOT

    kok banyak banget masalah kejiwaanmu? ke dokter sanah. sapa tau dokternya ganteng dan bisa nyembuhin philophobia mu :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. untuk masalah hati, di film kartunnya kalo ga salah emang AB-gata yang paling geblek kan mbak. Dia dapet piala lho. X,D

      hahaha, iya ya... Selain philophobia juga phobia nelpon, phobia pria ganteng, phobia wanita cantik... phobia apalagi yah?

      jadi, andaikata berobat ke dokter dan dokternya ganteng, yang ada bukannya malah sembuh, tapi malah tak tinggal kabur. Ga jadi berobat. Wakakakaka... X,D

      Hapus
  3. Aku malah baru tahu kalau ada hubungannya antara golongan darah dengan seperti yang kamu ceritakan di atas.

    Btw, bukannya kalau orang lagi jatuh cinta itu pengennya malah ketemu? hihihihi .. tapi ada benarnya juga sih kali, takut ketemu plus malu malu gitu, takut Salah tingkah nggak bisa ngomong dll, bukan takut yang lain kali?

    Wow ... ternyata yang dari Jerman tertinggi ya, keren hahahaha *dilempar klepon* Perasaan baru sekarang aku ke sini deh setelah lama sakit, atau jangan jangan ada cowok Jerman yang kepoin? *mengalihkanniyee ... ngakuajambakel* :D

    Soal kangen emang, tiba tiba rindu ke sini nih setelah baca komenmu di mbak Milo :)

    Apa kabar? semoga sehat selalu ya dan happy happy :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. golongan darah seseorang mempengaruhi kepribadiannya >>> teori ini populer sekali di Korea dan Jepang lho mbak. ^^

      lha dulu mbak Ely pas jatuh cinta rasanya seperti apa? Mohon digambarkan, please...

      ngaku aja mbak El, mbak El sering ngepoin aku kan? hehehehe... *lempar klepon*

      kabar alhamdulillah, insyaAllah super. Aamiin.
      :))

      Hapus
  4. Aku malah baru tahu lho.

    Lho khan sudah kugambarkan di atas.

    Kalau dilempar klepon sih mau deh ngaku hahahhahaha tapi kemarinkemarin lama aku nggak ngeblog karena sakit, jadi bisa aja lho ada cowok Jerman kepo ke sini hihihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. lha itu kan juga gambar sejak tahun 2015 lalu mbak. Postingan inikan sudah kudraft sejak kapan coba. :v

      Hapus
  5. Kyaa, baperan.. aku tuh, aku!
    #ngaku
    #hebohsendiri

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwk
      kenapa kau jadi aneh gini Yis?
      Kesambet jin penunggu Dieng kah? :p

      Hapus

Komentarmu tak moderasi, artinya ya aku baca dengan seksama, dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Komentarmu = Representasi dirimu.
Ojo saru-saru lan ojo seru-seru. Ok dab?