Selasa, 16 April 2013

Hai Para Cowok! Kalau Masalah Perasaan, Apakah Kamu juga akan Mengatakan: "Ladies First, Please?!" [Part I]

Prolog:

Kebanyakan gentlemen di film-film Barat, sering sekali mengatakan “Ladies First, Please,” saat mempersilakan seorang wanita untuk duduk, memasuki sebuah ruangan, dan kegiatan lainnya. Nah, apakah para gentleman ini juga akan mengatakan “Ladies First, Please” jika menyangkut masalah pengungkapan perasaan? Cerita ini diadaptasi dari kisah nyata. Jika ada kesamaan alur cerita, tapi nama tokohnya beda, hal itu memang Enha sengaja. Hihihi*ketawamaklampir*

♥♥♥♥♥♥

Aku mempunyai seorang sahabat yang bernama Rifa. Kami bertemu sewaktu kami kuliah di sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Jawa Tengah. Pertama kenal dengan Rifa, aku langsung merasa nyaman. Gadis ini sungguh sederhana dan anggun, tapi kadang juga mau diajak melakukan hal-hal yang sangat konyol.

Singkat cerita, beberapa semester sudah kami lalui dengan suka dan duka. Hingga akirnya, Rifa memutuskan untuk melamar pekerjaan sebagai seorang partimer di sebuah perusahaan jasa milik mas Riswan. Di sanalah Rifa bertemu dengan teman-teman barunya. Di tempat kerjanya inilah, Rifa mulai menjalin persahabatan akrab dengan beberapa orang makhluk berjenis laki-laki.

Dua orang rekan kerjanya yang sering bertemu dengan Rifa adalah mas Dany dan mas Hans. Dari mereka berdua, Rifa mulai merasa mendapat perhatian. Setiap kali bertemu denganku di kampus, Rifa menceritakan kisah-kisah tentang mereka. “Ahh, pasti ada yang spesial di antara mereka nih,” batinku waktu itu.


"I Love You"
"I Love You" (credit)


Setelah beberapa waktu, akhirnya aku bisa berkunjung ke tempat Rifa bekerja. Dan disana aku juga bertemu dengan dua orang rekan kerja Rifa, yang cukup aku kenal dari kisah-kisah yang kudengar tentang mereka. Mas Dany dan mas Hans, dua-duanya lebih tua dari kami. Tapi terlihat sekali kalau mas Hans ini lebih tua dari mas Dany.

Yang bikin aku kaget, ternyata mas Dany itu bukan merupakan sosok seorang ‘ikhwan’ yang melarang dirinya sendiri untuk pacaran. Hahaha. Mas Dany ternyata menjalin hubungan, alias pacaran dengan seorang karyawati di perusahaan mas Riswan, namanya Nanik. “Hmmm, lantas kenapa orang ini sering diceritakan Rifa? Kupikir tadinya ada yang spesial di antara mereka. Rifa kan akhwat yang nggak akan mudah suka pada pria sembarangan.” Batinku.

Ternyata sosok mas Hans lah yang kemudian membuatku bergumam dalam hati, “Owh, jadi ini tho yang bikin kamu sering cerita sama aku tentang mereka Rif!” Voila: Hans. Namanya memang  terdengar seperti nama cowok-cowok playboy yang sering nongol di TV. Tapi Hans yang ini lain, dia seperti... hmmm.... Ikhwan jidan. *hash embuh apa nama istilahnya*.

Kuperhatikan interaksi yang terjalin di antara sahabatku dan mas yang satu ini. Cukup akrab rupanya. Dan lucunya, waktu itu aku langsung berpikir kalau mereka berdua sama-sama saling suka. Eh, tapi tebakanku sering benar lho. Nggak tahu sejak kapan, aku suka main firasat, dan kebanyakan firasatku memang benar. :p

"I 'Heart' You"
"I 'Heart' You" (credit)

Cukup lama aku memperhatikan interaksi antara keduanya, dan mereka terlihat akrab. Ada hubungan khusus yang bukan cuma rekan kerja ini mah! Tapi aku tahu, setidaknya mereka berdua masih bisa membatasi diri.

Sampai pada suatu ketika, akhirnya Rifa mengatakan sebuah rencananya padaku. Dia bilang padaku, dia menginginkan kejelasan. “Aha, ternyata Rifa memang suka pada mas Hans” firasatku baru setengah benar. Karena sudah lama aku tidak mengikuti kelanjutan kisah di antara mereka berdua, aku bingung donk. Lantas akupun menanyakan perihal apa yang dia akan rencanakan.

“Emangnya apa yang akan kamu lakukan? Bilang suka, langsung pada mas Hans?” tanyaku kagum, seolah tak percaya Rifa akan benar-benar melakukannya. Dan dia bilang memang itu rencananya. WOW, itu sebuah langkah besar, Rif.

Nah, sebagai sahabat yang baik, aku menawarkan sebuah bantuan donk ya. Mungkin dia butuh medium alias perantara. Tapi belum sempat beberapa hari berlalu, Rifa mengubah lagi rencananya tadi. Dia galau. “Kalau udah nyari kejelasan. Next What? Bagaimana kalau dia menolakku? Apakah aku akan berani bertemu lagi dengannya? Oh no no no, not now, please.” Okelah rencana diundur, tapi sampai kapan? Katanya sih sampai menjelang Ramadhan tahun ini.

Tapi, ada tapinya nih. Rifa bimbang masalah ‘norma’ siapa yang mengatakan duluan. Umumnya kan laki-laki yang meminta kepada pihak wanita kan ya? Tapi kalau si lelaki yang diharapkan nggak kunjung meminta, apa si wanita boleh mengajukan diri? Rifa minta saran dari aku, dan Handa. Dua orang sahabat perempuannya yang tahu kejelasan kisah mereka dari awal. Nah lho... Hehehe, bingung juga aku.

To be continued-

By the way, ada yang bisa memberi saran buat Rifa?



56 komentar:

  1. lagunya Vierra yg Terlalu Lama cocok nih ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. hwaduh. Lagu apa pula ini. Googling liriknya:

      "Sudah lama ku menanti dirimu
      Tahu tahu sampai kapankah
      Sudah lama kita bersama-sama
      Tapi segini sajakah

      entah sampai kapan ooo
      Entah sampai kapan

      Hari ini ku akan menyatakan cinta, nyatakan cinta
      Aku tak mau menunggu terlalu lama, terlalu lama

      Sadarkah kau, ku adalah wanita
      Aku tak mungkin memulai
      Sadarkah kau, kau menggantung diriku
      Aku tak mau menunggu..."


      lalalala, dari reffnya ternyata aku udah pernah ngedengerin lagu itu. Hanya belum tahu judulnya saja. (=..=")
      #ssiipp sista, nanti aku kasih tahu temenku buat muter lagu ini. :p

      Hapus
  2. Cinta bukan berawal dari keragu raguan menyatakan perasaan. Cinta tak mengenal norma norma pengucap perasaan pertama. karna dihadapan cinta , hakikat wanita dan pria sama. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. siip bro. Nice quote. Tapikan ada sebagian pria yg nggak suka sama cewek agresif... Ya nggak sih~

      Hapus
  3. No komen...
    Cuma mau nanya, apakah ini sekaligus memberi saran buatmu mbak? Hihihi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. owh tentu tidak donk. Aku kan belum separah temanku.
      Lagian, mungkin aku cuma kena pelet... :P

      Btw, Miss Una no komen gara2 mengalami hal yg serupa ya? Hayoo ngaku, lagi CiDaHa* trus bingung mau bilangnya kan??
      XD

      *cinta dalam hati

      Hapus
    2. Cieee ada yang meletin... :P :P Tak meletin juga nih :P :P

      Jiahhh, kagak. Eike kan kalo cinta pasti bilang, aku cinta kamu Mbak Enha...
      Itu kan kata Mas Dyaz ajah cidaha cidaha~

      No komen karena eike gak pengalaman :P

      Hapus
    3. peletin balik ahh. Nih dia peletan andalanku >>> :P :P :P

      meh, aku juga cinta kamu. ♥♥♥
      amaca cuman kata mas Dyaz, tapi kog nanya ama mas Randi ttg memendam rasa pada seseorang. lalalalala....

      Amaca. :v

      Hapus
    4. Cuma nanya emang gak boleh ya,
      aku abis baca novel cinta soalnya...
      Wek! :P

      Hapus
    5. boleh juga sih. :D
      Wah, emang novelnya apaan? jangan bilang kalo itu novelnya bang tere liye. XD

      Hapus
  4. Kalo udah kebelet, gak usah pake 'norma' lagi... langsung aja, "Yang kebelet, first!" hahaha...

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha, oke. Thanks masukannya bang. Nanti aku sampaikan pada temanku.
      :D

      Hapus
  5. wew, kalo menurut eike seh, gak masalah kalo cewe ngomong duluan, lagian mitos kalo cowo itu yg pertama ngomong udah gak jaman ah, katanya emansipasi?
    jadi dari pada batin ke siksa mendingan di omongin toh, masalah diterima apa gak mah urusan nanti ... gak semua cowo lho berani nembak cewe juga ... #ciyus

    BalasHapus
    Balasan
    1. emansisapi kan produknya orang Barat Oom. Dan malah banyak disalahartikan oleh mereka yg pengen nyari keuntungan. :v
      Oke, sarannya nanti aku sampaikan ke teman yang bersangkutan. :)

      yg kalimat terakhir itu curhat ya? Hayoo hayooo... XD

      Hapus
    2. wew, ini kok malah nuduh, apa suzozon?
      beneran deh, itu fakta tau, coba aja survey, kalo eike mah udah gak mempan maen tembak tembakan soalnya #songongfull :P

      Hapus
    3. wekekek, typonya semakin parah. XD
      Pengen melakukan survei juga sih, tapi respondenyya nggak ada. XD
      tembak-tembakan kan cuma mainan oom, sekalian yg serius napa. Pake pistol asli. Co-id co-id deh. XD

      Hapus
    4. wew, maklum tukang typo hehe ...
      ya sudah survey di blog juga bisa kan ... :p
      kalo maen co id co id an ntar gak bisa ngeblog lagi deh ... bisa mo cad ane ... rugi ...

      Hapus
    5. ternyata aku juga tukang typo. XD
      nggak seru ah, survey di blog...
      ne ne ne ne. Jangan mo cad dulu sebelum bikin dua juta buku.
      XD

      Hapus
  6. smg ada hubunganx dgn postingan diats..,dr fb sy,

    http://www.facebook.com/notes/bro-naufal/bolehkah-wanita-melamar-pria-/181761198541043
    atw disini
    http://lentera-langit.blogspot.com/2012/06/bolehkah-wanita-melamar-pria.html

    ini dlm konteks melamar bukan nembak tuk pacaran... *smile

    BalasHapus
    Balasan
    1. aduuuh, jalan ceritanya udah kebaca ya? memang utk melamar sih. :v
      nanti ku berikan linknya ke temenku bro.
      Thanks anw. :D

      Hapus
    2. lapor, link pertama tidak bisa diakses.
      Link kedua, kondisi masih baik.
      Laporan selesai. Segera membaca ke tekape.

      Hapus
    3. mgkn link prtama gk bs diakses cz blom di Add.. *smile

      Hapus
    4. :hammer:

      kupikir tadi link kadal.... kadaluarsa.
      :v

      Hapus
  7. Menurut saya, tidak boleh ada rasa takut dalam diri seorang laki-laki. <-- sok jantan. Kalau mempersilakan wanitanya mengungkapkan duluan, itu namanya si cowoknya takut atau ragu-ragu.

    Yang jelas, laki-laki harus punya tujuan. Misalnya, setelah nembak harus sudah punya orientasi mau melangkah ke mana dan berapa lama. Laki-laki juga harus siap terima konsekuensi, eh nggak ding. Bukan hanya laki-laki, semua orang harus siap terima konsekuensi. Ada yang namanya konsekuensi ditolak, jadi harus siap untuk berbagai kemungkinan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ehm... ehm...
      Semoga lekas diberikan waktu yg tepat buat melamar miss N ya bro. :) Semangaaaaatttt. ^^;

      #nunggu komen yg punya cerita. Dia bakalan muncul nggak ya...
      Ayoo sist nongol donk, tanggapi komen bro Falzart inih. e__e

      Hapus
    2. Sebetulnya mau komenan panjang, tapi karena dilarang berangan-angan panjang saya nggak banyak komentar soal dia ya... :)

      Tell me, who the hell is she?!

      Hapus
    3. tenang saja, temenku ini bukan miss N kog. Bro Falzart nggak kenal sama beliaunya.
      :3

      Hapus
  8. harus di tunggu nih, kan Ramadhan gak lama lagi...........
    Nyimak ah mbak ,boleh kan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. klo lanjutan postingannya sih, mungkin 2 hari lagi juga udah nongol kog.
      :3

      silakan, silakan....

      Hapus
  9. ya kl nggak dikatakan bgmn Hansnya bisa tahu ya ? kalau ditolak ya resiko namanya, bener nggak ?

    BalasHapus
  10. andai saya bisa seperti itu, alangkah gentlemen nya saya... :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. wow, lagi cidaha juga ya?
      seperti kata mbak Ely: kalo nggak diungkapkan, mana dia tahu.
      ^^

      Hapus
  11. mm hehehe, entah kenapa, bawaannya pasti pengen ketawa kalo baca cerita soal cewek yang memendam perasaan ke cowok.

    omong-omong, itu dia mau bilang ke Hans, minta dilamar, ataukah cuma mengungkapkan perasaannya saja?

    BalasHapus
  12. Balasan
    1. semoga sukses dan happy ending. Aamiin ya mbaksist. :)

      ~Rifaaaaa, komen donk. Mana sih nih anak.
      XD

      Hapus
  13. Atas nama kehormatan sebuah perasaan, sebaiknya .... eh, sampaikan nggak ya?!
    LHO???!!!!

    Masalahe, aku juga nggak seberani itu. XD
    #curcol

    BalasHapus
    Balasan
    1. :v
      malah ikutan bingung kie piye tha...
      XD

      ~kalo aku sih, aku juga nggak seberani itu. XD
      #curcol juga.

      Hapus
  14. Kalau lihat kisah2 orang2 di sekiatku sih mbak, udah banyak perempuan yang mengatakan duluan. Tapi resikonya emang besar kalau ditolak. Yah, namanya perempuan. Perasaannya lebih besar dibanding logika. Sedangkan kalau laki2, jika ditolak masih lebih tegar dibanding perempuan. Yah, secara psikologis katanya begitu sih. Hehe...

    Buat Rifa, kalau merasa itu baik untuk dikatakan, harus tahu resiko jika ditolak #eh. Jangan sampai galau berkepanjangan. Tapi kalau diterima, traktir kita makan-makan yaa. Hehe..

    Ditunggu kelanjutan ceritanya mbak ^^ Senang berkunjung ke mari, suka warna ungu soalnya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. he'eh yaa. Perempuan memang sukanya main perasaan. #eh...

      Hayooo Rifa, kalo kamu diterima, traktir saya makan juga ya. :p

      Terimakasih atas masukan dan kunjungannya sistaaa.... :D
      #mau kunjung balik, tapi bingung nggak ada linknya. :(

      Hapus
  15. Oh tidak, oh tidak masalah ini lagi *galau :D

    Kalau nanyanya ke saya bakal saya jawab gini "Oh angin sampaikanlah rasa hatiku padanya.." huehee #aneh sendiri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Galau detected everywhere... XD

      ~aduh, kalo jawaban itumah: saya banget mbaksist.
      XD

      #Rifaaaa, komen donk Faaa~
      XD

      Hapus
  16. [ngintip dari balik pohon]
    .
    .
    .
    #anggap-saja-ini-rifa#

    BalasHapus
    Balasan
    1. apa-apaan inih?
      Komennya dibales satu-satu donk!
      ~hayoo tanggung jawab, hayoo tanggung jawab.#
      :p

      Hapus
    2. ah, Enha.. basically kan aku ini pemalu (ato malu2in? :p).
      Mohon doanya aja dari semua, semoga diberi jalan terbaik dari-Nya.

      Silahkan tengok kelanjutan ceritanya di part II #promosi


      #anggap-saja-ini-rifa#

      Hapus
    3. kamu pemalu cin? Ahh yg bener? #nggak percaya.
      ~plaks. Ditabok pake sandal japit sama si Rifa.

      ~Semoga diberi jalan yang terbaik yaaa. Aamiin.
      :)

      Hapus
  17. Waaah masalah perasaan ya, lagi-lagi soal perasaan, biar ada benang merahnya mari kita baca bagian duanya... jeng jeng jeeeeeeng

    BalasHapus
  18. menurutku sih, klo memang udah bulat niat menyatakan, ya nyatakan saja... tapi, mesti berani tanggung resiko apapun itu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih masukannya mbak. :)

      ~Riiifaaaa, kamu berani tanggung resiko malu kalo ditolak nggak?
      #bales komen eike donk cin. Berasa sotoy nih ngomong sendiri. XD

      Hapus
  19. silahkan saja ladies first

    BalasHapus

Komentarmu tak moderasi, artinya ya aku baca dengan seksama, dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Komentarmu = Representasi dirimu.
Ojo saru-saru lan ojo seru-seru. Ok dab?