Sabtu, 18 Mei 2013

Dangerous Touch: Sebuah Analogi Absurd tentang Pengambilan Keputusan

Thomas Paine, seorang nelayan yang terjebak di Pulau Malayalam, harus menaklukkan berbagai macam tugas yang tersebar di pulau ini. Tugas-tugas itu harus diselesaikannya demi bisa menuntaskan misi utama: keluar dari pulau misteri tersebut. Salah satu yang menjadi tugasnya adalah: bersedia mengumpankan dirinya, untuk diserang sekelompok singa. Meskipun misi ini cukup membahayakan, mau tidak mau  Paine harus tetap melakukannya. Karena sebuah keuntungan tengah menunggunya di balik bahaya.

Paine tahu betul tentang resiko yang akan ditanggungnya, dan dia tetap memilih untuk menyelesaikan misi tadi –setidaknya ketika saya berperan sebagai Paine, saya memang memilih untuk menyelesaikan misi tersebut-. Berbekal pengetahuan dan kotak obat yang cukup banyak, Paine akhirnya menaklukkan salah satu dari sekian banyak misi aneh Pulau Malayalam. Pada akhirnya, hadiah yang didapat memang tidak mengantarkannya keluar dari Pulau, tapi dia cukup puas hanya karena beberapa poinnya bertambah. 


Dangerous Touch, Paine vs Lion, Malayalam
Dangerous Touch: Pain vs Lions

Misi yang tengah saya bicarakan di atas bernama Dangerous Touch. Dalam otak saya, term ini mengacu kepada suatu hal yang akan memberikan ancaman kepadamu, ketika kamu mendekatkan diri padanya*. Meski sepenggal kisah di atas saya ambil dari sebuah game berjudul Malayalam -The Island of Mysteries, namun terkadang dalam kehidupan nyata, kita bisa dipertemukan dengan keadaan yang serupa Dangerous Touch tadi.

Kita dihadapkan pada sebuah hal, yang meskipun nampak menguntungkan, tapi akan membawa resiko bahaya jika kita mengerjakannya. Lantas, apakah hanya karena dihalangi oleh ancaman bahaya, kita tidak berani melakukannya? Tentu saja jawaban setiap orang akan relatif berbeda. Tergantung pada niat atau alasan mengapa kita mengerjakannya,  seberapa besar manfaat yang akan kita dapat, seberapa siapkah kita meminimalisir ancaman bahaya tersebut, dan seberapa besar nyali kita.

Niat atau alasan adalah kunci utama dalam melakukan suatu hal, kalau niat kita baik maka kita pasti akan memperoleh hal-hal yang baik pula. Kalau dari analogi Paine di atas, dapat saya simpulkaan bahwa niat Paine cukup baik, setidaknya baik bagi dirinya sendiri. Dengan catatan bahwa Paine mau melakukannya karena dia tidak tahu apa-apa, dia ingin mencari tahu makna di balik misi tadi, dan yang paling penting: tidak ada perintah yang melarang Paine untuk melakukannya.

Hahaha, tahukah kau kawan? Meski niatmu baik, tapi jika ada sebuah larangan nyata yang ditujukan kepadamu agar tidak melakukan hal-hal semacam Dangerous Touch, maka sebaiknya jangan kamu lakukan. Karena darimana datangnya larangan? Dari pihak-pihak yang sudah tahu, atau bahkan sudah pernah melakukan hal serupa. Dan mereka tahu pasti bahwa Dangerous Touch yang akan kamu lakukan ternyata lebih mendatangkan kerugian. Oh iya hampir lupa, sebuah larangan bisa juga berasal dari Dia yang Maha Mengetahui.

Terkait seberapa besar manfaat yang akan kita dapat, ada satu hal yang perlu kita ingat bahwa: Dangerous Touch pastilah menyimpan bahaya tersendiri bagi para pelakunya. Bahaya itu bisa berupa ancaman, ataupun kerugian (mudharat). Nah, jika mudharatnya lebih besar daripada manfaatnya, apakah masih pantas untuk tetap kita kerjakan? Jangan buang waktumu Cint! Masih ada banyak hal lain yang lebih bermanfaat, yang bisa kamu lakukan tanpa harus membawamu ke situasi Dangerous Touch.

Niat sudah baik, tak ada larangan yang merintangi, manfaatnya pun sedikit lebih banyak, oke marilah kita lakukan! Tapi tunggu dulu kawan, apakah kamu sudah membuat sebuah perencanaan? Apakah kamu sudah menyusun penangkal ancaman bahaya, yang mungkin datang menghampirimu? Apakah kamu sudah punya persiapan matang yang bisa menguatkan niat awalmu tadi, dari kemungkinan bahwa kamu akan teralihkan oleh tipu daya pesona mudharat yang akan kamu temui? Ingat lho, yang sedang kita bicarakan ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan Dangerous Touch! Takarannya hanya berbeda tipis antara bahaya atau mudharat, dengan manfaat yang akan didapat.

Andaikan niatmu sudah baik, tak ada larangan, manfaat yang akan kamu dapat lebih banyak, dan kamu sudah membuat persiapan antisipasi munculnya bahaya, namun dalam hatimu tiba-tiba terbersit sebuah keragu-raguan. Lalu keragu-raguan itu membuatmu menjadi takut, apakah kamu tetap akan melakukannya? Saranku, turuti saja kata hatimu. Kalau hatimu mantap maka teruskanlah, tapi kalau kamu ragu maka berhentilah. Bukankah kita dihimbau untuk menjauhi hal-hal yang meragukan? Turuti kata hatimu, dan biarkanlah Dia yang membimbingmu.

Terakhir, sebelum saya akhiri absurdity ini, jangan lupakan satu hal yang paling penting: CMIIW, please. @__@


***
*Salahkan saja Google jika ternyata saya salah paham dengan arti istilah tersebut. :P Soalnya waktu saya Googling tentang Dangerous Touch, yang muncul malah judul film. ~dafuq juga nih, gimana kalau yang Googling anak di bawah umur bray?!~
*** 




10 komentar:

  1. ttg feeling byk benernnya juga ya, kalau diabaikan ya silahkan merugi sendiri :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihi, iya mbak El.
      Apalagi kalo feelingnya kuat, macam 6th sense gitu.

      Hapus
  2. ehm ternyata hobby game juga yah....
    kunjungan mal;am

    BalasHapus
  3. Ijin baca-baca aja dehh, sekalian silaturrahmi...

    BalasHapus
  4. Astjim... keywordnya mesum nih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyanih gak tahu kenapa kalo googling yg muncul cuma judul film, padahal menurutku, kata Dangerous Touch itu bagus lho...
      :(

      Hapus
  5. ini game atau apa?

    kenapa endingnya malah minta pembaca gogling dangeraous Touch?

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu istilah yg kucetuskan, wkwkwk.
      *ngayal*

      mas Rio mungkin salah baca, di penutupnya aku menulis: salahkan saja google, bukannya: silahkan saja googling. hihihi. :3

      Hapus

Komentarmu tak moderasi, artinya ya aku baca dengan seksama, dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Komentarmu = Representasi dirimu.
Ojo saru-saru lan ojo seru-seru. Ok dab?