Bismillah...
Ada yang masih ingat final Liga Champion yang
diadakan di Atatürk Olympic Stadium, Istanbul, pada tahun 2005 silam? Yuk
berkilas balik barang sejenak, bersama sebuah video yang berjudul “Impossible is nothing.” Video ini dibuat oleh Toggero,
dan sudah dilihat sebanyak 3.782.310 kali (ketika enha nemu video ini) di You Tube. Video ini bercerita
mengenai final Liga Champion tahun 2005: AC Milan melawan Liverpool.
Telah tiga jutaan kali dilihat. Ajegile,
gile aje. :v
|
Yoyoy, para Milanisti, jangan berhenti membacanya
sampai di sini. Saya tahu, kilas balik ini akan bikin nyesek, karena saya
sendiri juga agak nyesek ketika menulis ini. Yap, saya memang suka AC Milan,
tapi saya bukan seorang Milanisti sejati. Liverpudlian? Simak baik-baik ulasan
saya *ngarep* dan kalau ada kalimat yang kurang berkenan, jangan terlalu
diambil hati yaaaa... *Pliiiiiisss*
Mari tinggalkan dulu ego masing-masing,
mari tinggalkan kenangan spekulasi debat kusir mengenai Gerrard yang waktu itu melakukan
diving ataupun tidak. Mari menelaahnya dengan tanpa prasangka. Oke?
Siap? Mari kita mulai. Oia, ini bukan analisa peta kekuatan sepak bola, tapi
analisa mengenai nothing is impossible. Yang nyari analisa peta
kekuatan, silakan baca blog lain.
Gattuso menyentuh piala LC. Paruh pertama, permainan didominasi oleh kubu AC Milan. So close to the victory... |
Final Liga Champion antara AC Milan versusLiverpool pada 25 Mei 2005 silam, telah menjadi sebuah contoh konkret bahwa
kita tak boleh menyerah, kita harus bertarung sekuat mungkin hingga saat
terakhir. Karena keajaiban selalu menyertai mereka-mereka yang tidak pernah
menyerah.
*******
Stadion Atatürk Olympic yang terletak di
kota Istanbul, dipenuhi oleh gemuruh sorak sorai para supporter AC Milan
dan para supporter Liverpool, yang berhasil melenggang ke babak final
Liga Champion musim itu.
Pasukan I Rossoneri yang kala itu
mengenakan seragam kedua yang berwarna putih-putih, bertanding melawan klub
sepak bola bersemboyan You'll Never Walk Alone, yang berseragam
merah-merah. Paruh pertama, pertandingan sangat didominasi oleh AC Milan. Pada
menit pertama saja, sebuah gol berhasil dilesakkan oleh sang kapten Milan, Paolo
Maldini, ke gawang Jerzy Dudek. Rossoneri sementara unggul 1-0.
Sebelum turun minum, Hernan Crespo yang
berstatus sebagai pemain pinjaman dari Chelsea, berhasil menambah dua gol, dan
menjadikan Milan unggul dengan kedudukan 3-0. Siapapun yang menyaksikan paruh
pertama pertandingan itu, pasti mengira bahwa final Liga Champion kali ini akan
dimenangkan oleh pasukan Rossoneri.
Paruh pertama, 3-0 untuk AC Milan. Satu gol dicetak oleh Paolo Maldini, sedangkan dua gol lainnya disumbangkan oleh Hernan Crespo. |
Namun, ketika paruh kedua berlangsung,
sebuah gol yang berasal dari tandukan sang kapten Liverpool, berkat umpan
silang yang diberikan oleh John Arne Riise, ternyata berhasil menyulut semangat
para Liverpudlian. Semangat para supporter The Reds ini
sepertinya menular kepada anak-anak asuhnya boss Rafa Benitez yang
tengah bermain di lapangan.
Sialnya, don Carletto mungkin terlalu
menganggap remeh lawannya. Alhasil, Liverpool lagi-lagi
berhasil mencetak gol ke sudut gawang Milan melalui kaki Smicer. Kedudukan
sementara menjadi 3-2. Para Milanisti pun mulai ketar-ketir khawatir. Dan
kekhawatiran itu sepertinya menular kepada para pemain Milan.
Gattuso, yang mungkin saat itu juga sangat
khawatir, terlalu bersemangat untuk menghentikan pergerakan Stevie G yang mulai
menghampiri Dida. Dan jatuhlah si Stevie G di kotak penalti, yang membuat pak
wasit menghadiahkan sebuah kesempatan tendangan penalti pada kubu The Reds.
Hiks. Hiks.
Xabi Alonso ditunjuk sebagai eksekutor
penalti, dan bola berhasil ditepis oleh Dida. Namun, bola muntah kembali
disambar Alonso, yang akhirnya bersarang
di gawang Milan. Kedudukan menjadi seri: 3-3.
Sembilan puluh menit berlalu, dan hasil
masih seri. Dua kali limabelas menit perpanjangan waktu diberikan, tapi tidak
ada satu gol pun yang berhasil dicetak oleh kedua kubu. Ternyata, juara Liga
Champion tahun 2005 tersebut harus ditentukan melalui adu penalti.
Drama adu penalti pun dimulai. Kesempatan pertama diberikan kepada AC
Milan yang diwakili oleh Serginho, sayangnya dia gagal mencetak gol. Hamman
yang menjadi eksekutor pertama dari kubu Liverpool, ternyata berhasil mencetak
gol, meski arah tendangannya bisa dibaca oleh Dida. Kedudukan penalti sementara
0-1.
Pirlo diutus sebagai eksekutor kedua, dan
lagi-lagi kubu Milan gagal mencetak gol. Djibril Ciise yang menjadi eksekutor
kedua dari The Reds, berhasil melesakkan gol ke gawang Milan. Kedudukan
sementara menjadi 0-2. Harapan Milan selanjutnya tertumpu pada Tommason, dan
Milanisti pun bersorak gembira ketika dia berhasil membuat sebuah gol. Riise
yang menjadi penendang ketiga dari Liverpool, ndelalah-nya gagal mecetak
gol, “Yeyeyelalala...”. Kedudukan menjadi 1-2.
Yoyoy, saatnya Kaka’ beraksi, dan dia berhasil mencetak
gol ke gawang yang dikawal oleh Dudek. Smicer menjadi penendang keempat dari
Liverpool, “Semoga tidak gol, semoga tidak gol, semoga tidak gol...”
tapi “....arrrrrrrrrrrrrgggghhh!” ternyata dia berhasil melesakkan bola
tepat ke sudut gawang. Kedudukan menjadi 2-3.
Sheva menjadi penendang terakhir dari
Milan, dan semua harapan tertumpu padanya. “Semoga Sheva bisa menyamakan
kedudukan! Semoga Sheva bisa menyamakan kedudukan! Dia kan Sheva! Ayolah,
c’mon!” dan... dan... dan... buuuugghh, tendangan Shevchenko
ternyata bisa ditangkis oleh Dudek. Alhasil, Milan pun kalah dalam drama adu
penalti malam itu. “Huuwwaaaa....” ( TT___TT )
Nyesek gan.
Oke, kilas baliknya sudah selesai, sekarang
giliran mengulas pelajaran yang dapat diambil. Masih nyesek? Ambil nafas
dalam-dalam, hirup dan keluarkan. Tarik nafas; tahan: berhitung... satu... dua...
tiga...; keluarkan. Ingat, ditahun 2007, Milan berhasil membalas kekalahan dari
Liverpool. Masih nyesek? Enggak kan? Oke lanjut.
Pesan moral yang dapat diambil:
- Jangan merasa jumawa a.k.a sombong, karena apa yang mungkin sangat diidamkan, dan seolah sudah di depan mata, ternyata bisa direbut dan diambil oleh orang lain.
- Jangan pernah meremehkan lawan.
- Jangan pernah menyerah.
- Jangan merasa jumawa a.k.a sombong, karena apa yang mungkin sangat diidamkan, dan seolah sudah di depan mata, ternyata bisa direbut dan diambil oleh orang lain.
Iya brooohh, siapa yang Milanisti, angkat
tangan! Ngaku enggak, pas lihat babak pertama pertandingan Milan-Liverpool di
atas, kalian pasti ngerasa bakalan menang kan? Secara, Milan sudah unggul 3-0,
dan kita tahu bahwa Milan adalah Milan. Ngerasa sombong dan jumawa,
yakin bingit kalau Milan bakal menang? Selamat. Kamu enggak sendirian
broooh.
Dan ternyata, kondisi bisa berbalik
seratus delapan puluh derajat hanya dalam hitungan sekian menit. Pada babak
kedua, Liverpool ternyata bisa menyamakan kedudukan hanya dalam enam menit.
Saya ulangi, hanya dalam enam menit saja broooohh. Yang ujung-ujungnya, Liverpool
malah bisa menang lewat adu penalti. Tragis enggak tuh?!
Nah, dari sini, saya ambil kesimpulan:
jangan sekali-kali over yakin terus sombong akan apa yang kita punya.
Karena bisa saja, beberapa menit kemudian, apa yang disombongkan tadi berubah menjadi
malapetaka. Tambahannya nih ya, jangan mengendorkan semangat juang, jika hasil
yang diinginkan belum benar-benar berhasil kita dapatkan.
Adakalanya, kita mengendorkan usaha kita,
karena merasa sudah hampir bisa meraih target. Dan ketika itu pula, target yang
hampir masuk dalam genggaman, bisa saja disamber orang lain, yang di masa akhir
perjuangannya, si lawan ini malah lari sprint menghampiri target yang
kita idam-idamkan. Intinya, jangan sampai lengah kalau apa yang kita inginkan
belum berhasil kita dapatkan.
- Jangan pernah meremehkan lawan.
Sekali lagi, siapa yang Milanisti, angkat
tangan! Ngaku enggak, pas nonton babak pertama LC di atas, kalian langsung ngeremehin
Liverpool kan? Ngaku bro! Dalam sebuah pertandingan, ketika dihadapkan pada
sebuah kondisi, kalian lebih sering over estimated diri sendiri atau over
estimated lawan?
Jangan pernah under estimated lawan-lawanmu
broooh, bisa saja dia yang kau anggap remeh, berbalik menjadi kuda hitam yang
mendominasi pertandingan, lalu keluar jadi juara. Dengan menganggap lawan punya
kekuatan dahsyat, kita akan senantiasa waspada, dan selalu berusaha untuk
memperbaiki diri, bertanding dengan segala kekuatan. Intinya, kadang, over
estimated lawan itu memang sangat dibutuhkan agar kita enggak lengah.
- Jangan pernah menyerah.
Kali ini, giliran Liverpudlian. Siapa yang
Liverpudlian di sini? Angkat kaki, eh jangan dink, angkat tangannya! Jawab
yang jujur broooh, waktu nonton babak pertama final LC di Istanbul, kalian
pasti ngerasa harapan untuk menang seolah sirna kan? Tapi, berhubung kapten
Steven Gerrard berhasil mencetak gol, api harapan untuk menang jadi berkobar lagi
kan? Ngaku!
Harapan selalu ada, meski kecil sekali.
Kalau di dalam pertandingan bola ada istilah ‘bola itu bundar apapun bisa
terjadi,’ begitupun dengan kehidupan kita, kawan. Apapun bisa terjadi. Di
saat kalian merasa ingin menyerah, dan berhenti berjuang dalam menggapai
sesuatu, ingat kembali alasan awal mengapa kalian telah berjuang hingga sampai
titik ini. Selalu bersemangat-lah dan pantang menyerah, karena keberhasilan
bisa saja sudah di depan mata. Hanya kitanya saja yang belum melihat kesempatan
itu.
Nothing is impossible, because in God we
trust*.
Sumfaaaahhh, ane bukan Liverpudlian. Tapi gegara credit title-nya ngepasi gambar ini, ya ane pakai aja gambar ini. :( |
Akhir kata, terimakasih sudah membaca sampai sini, dan sampai jumpa di tulisan
berikutnya. Bye bye...
PS: *in God we trust, gak ada
maksud terselubung ane pake semboyan ini. Sumfaaahh. :v
Sepertinya, baru kemarin aku melihat Seedorf bermain untuk AC Milan. Dan sekarang, dia sudah menjadi pelatih Milan. Waktu ternyata begitu cepat berlalu. T^T
BalasHapusTulisan yang sungguh menginspirasi. Thank. ^^
BalasHapusthanks juga buat bang Nuel. ^^,
Hapuswah .. hobi Bola juga ya ? toss :) ...
BalasHapustoss :D
Hapusbtw, maksudnya hobi nonton doank kan mbak? bukan hobi main bolanya kan? hehe...
selain Milan, sy juga lumayan suka bayern München mbak, kalo mbak Ely, klub favoritnya apa?
kalau kata kapten tsubasa.... sebelum babak kedua berakhir, masih banyak yang bisa dilakukan :D
BalasHapus*kalau nggak salah ngutip*
itu quotenya tsubasa ya oom? saya lupa semuanya, sudah berapa tahun gak nonton tuh kartun >,,<
HapusSebelum peluit tanda akhir permainan dibunyikan, selalu masih ada harapan < ungkapan ini keknya selalu bisa dikaitkan dg hakikat kehidupan. ~,~
Ah, ini kayak filem kapten tsubasa saja...
BalasHapusweleh, nyambungnya tetep ke anime yee.
Hapusdasar... jangan2, kamu seorang otaku ya? hehe
:D
otaku? Hah, sembarangan saja... Hahahaha...
Hapuslha, kalo bukan otaku, apa donk? :p
Hapus