Bismillah...
Menurut Charles E. Carlson –seorang analis politik-keamanan yang berkedudukan di Washington D.C-, sesudah runtuhnya imperium Uni Sovyet, kelompok yang dikenal dengan sebutan the Warmakers di CFR, “... selected the far-flung nations of Islam as a replacement for the old Marxist-Leninist ..... the Red peril has ‘greatly abated’ to be replaced by a new Green Peril.”
Sebagai tindak-lanjut dari kesimpulan itu, suatu kampanye kebencian anti-Islam mulai dilansir oleh media-media yang sepenuhnya berada di bawah kontrol kelompok Yahudi. Artikel-artikel di dalam media cetak, buku-buku, acara entertainment teve, industri film, dan diskusi, mulai memunculkan gambaran tentang orang Arab dan masyarakat muslim sebagai masyarakat yang culas, tidak dapat dipercaya, tidak menghormati hukum, melecehkan derajat wanita, dan sebagainya, yang isinya meracuni pendapat umum masyarakat dunia dan terutama sekali pikiran masyarakat awam Amerika. Bersamaan dengan itu untuk pertama kali muncul istilah-istilah seperti Islam radikal, Islam militan, Islam fundamentalis, dan akhirnya, teroris Islam, yang disebut sebagai ancaman terhadap “demokrasi” – karenanya, harus dianggap sebagai “musuh dunia beradab”.
Z. A Maulani (2002:2).
WARNING: Correct Me If I’m Wrong
****