Rabu, 01 Juli 2015

PR dari Anon: Lha Piye Jaaaaal?

Bismillah...

Niatnya sih pengen nyambungin postingan hole in the soul kemaren sama gegalauan lagi. Tapi ternyata, malah ada seorang sahabat enha yang jadinya curhat di postingan itu. Curhatannya nggak boleh ditampilin. Lha terus, aku jawabnya kudu piye? :v

Setelah kupikir-pikir lagi, mending curhatannya kujadikan postingan aja. Tapi karena berhubung si pencurhat tidak mau komennya ditampilin, mungkin artinya dia nggak mau kalo identitasnya terkuak. Jiaaahhh, kayak apa gitu ya. So, enha panggil aja kawan ini dengan sebutan Anon. Kenapa Anon? Karena Anon itukan nama pendek dari Anonimous.

Jadi begini kurang lebih curhatannya Anon:

“Bukan cuma hole. Tapi jiwa berasa kaya kendi kosong. Gak ada isinya. Ga tau mau diisi apa. Gak tau hidup mau ngejar apa. Mau nanya ke orang, percuma. Dari awal udah gak mau percaya sama masukan, nasihat, atau apapun yang dikatakan orang lain. Piye jaaaaal?"
Enha said, “Lha mbuh...”

*Dikeplak Anon*

****

Karena Anon memakai kata ‘Piye Jaaaaal?’ sebagai kalimat pungkasan, enha mengartikan bahwa curhat ini mau nggak mau HARUS dijawab. Dan dengan berlandaskan pada kalimat ‘Piye Jaaaaal?’ tadi, maka permintaan Anon untuk menghapus komennya, nggak enha kabulin. Malahan, komennya si Anon gw jadikan bahan posting. Tega bener ya gw ternyata. Gomen ne. Mungkin habis baca postingan ini Anon bakalan ngamuk-ngamuk, tapi nggak tahu juga dink. Ini kan bulan Ramadhan. 

Betewe, maaf kalo tulisan ini isinya agak kurang nyambung satu sama lain. Anggap saja kita lagi ngobrol bebas gitu ya, gw sekarang dapet bagian ngomong -- Anon nyimak. Kali aja obrolan ini bisa menghibur Anon yang lagi galau. Kalau Anon happy, ntar kan apa yang bakal enha sampaikan bisa ngena ngejlebb gitu. Eaaaa. Ini enha lagi nyoba ngikutin saran dari bukunya ust. Fauzil Adhim soalnya.

Wokey, kita kupas masalah si Anon satu per satu.
“Bukan cuma hole. Tapi jiwa berasa kaya kendi kosong. Gak ada isinya.”

Mmmm, apa iya terasa sebegitu kosongnya, sampe kayak nggak ada isinya? Lha terus, isi jiwa yang dulu ada, menguap kemana? Bocor? Bukankah kosong sendiri adalah isi, dan isi adalah kosong? Tapi gw nggak sepenuhnya paham sama omongan biksu Tong ini. Deuh mulai melenceng. Sepertinya ini tak ada hubungannya sama masalah Anon. Balik fokus lagi.

Sebegitu kosongnya kah jiwamu? Masa’? Nggak percaya ah. :p Terus, kenapa bisa sampe nggak  ada isinya (sama sekali kah)? Nge-blank donk namanya ini? Awas, ntar kesambet lho. Sini, biar nggak kosong-kosong amat, tak isiin pake hal-hal absurd, pasti nggak boleh kan?

Katanya nih, ini kata siapa gw juga nggak tahu, jiwa yang kosong itu terjadi karena tujuan hidup masih belum jelas. Pertanyaan semacam, “Untuk apa aku diciptakan? Ke arah mana aku setelah mati?” Bisa dijadikan pelecut untuk memahami tujuan hidup. *Dan harusnya gw dikeplak Anon, karena Anon pasti lebih mudheng dari gw tentang masalah beginian*

Apakah Anon sudah menerapkan kalimat, live your life to the fullest?
“Bangun dan buka mata untuk hal-hal yang nggak pernah kamu lihat sebelumnya. Kumpulkan keberanian untuk mencoba hal-hal baru setiap saat. Dan manfaatkan kesempatan itu! Bayangkan betapa ruginya kalau kamu mengunci diri di dalam kotak. Mengetahui begitu banyak petualangan menyenangkan yang ditawarkan oleh hidup.” -Risyiana Muthia ( 2012: 100)
me said, Tapi mencoba berpetualang dan melakukan hal-hal barunya jangan sampe kelewat batas lah. Anon pasti lebih paham dari enha mengenai berbagai batasan tentang hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan, iya kan?

Intinya: becoming a risk taker gitu deh. Tak perlu malu-malu untuk melakukan hal yang dirasa memalukan sekalipun. Karena hal-hal memalukan yang sudah (terpaksa) dilakukan tadi, suatu saat akan menjadi kenangan yang cukup berkesan untuk diingat.

Kalo masih takut menanggung malu karena hal yang memalukan, mending mencoba hal-hal baru yang masih dalam taraf sewajarnya aja. Misalnya, kalo malam-malam kemaren selalu tarawih di masjid A, coba besok malam tarawih di masjid B, atau C, atau D, dan masjid-masjid lainnya. Itung-itung sambil meningkatkan daya jelajah. Breaking the habbit gitu deh. Siapa tahu ntar nemu something special atau ketemu someone yang bakal jadi special. Hehe. 

“...Ga tau mau diisi apa.”

Nggak tau mo diisi apa? Coba aja Anon nanti simak kultum atau ceramah habis tarawih dengan penuh penghayatan. Syukur-syukur kalo materi yang disampaikan dicatat lah, trus di-rewrite trus rewrite'annya kirimin ke gw buat bahan postingan. *Inimah ketahuan banget, cuma modus gw aja* ;D

Sekali lagi, simaklah segala detil yang Anon tangkap perhari. Entah apa saja itu dan dari mana saja itu. Entah itu obrolan orang yang lagi lewat, dikuping trus dicatet. Entah itu lagu yang tetiba disiarin radio. Entah itu isi ceramah yang disampein sama mubaligh di masjid. Apapun!
“Sungguh tak ada yang kebetulan di dunia ini dan tak ada yang sia-sia. Ada kekuasaan Alloh di balik setiap peristiwa dan selalu ada hikmah di balik setiap kejadian. Sekecil apapun kejadian, semoga bisa menjadi bahan introspeksi diri, bahan tafakur bagi kita, dan sarana mendekatkan diri kepada Alloh Swt.” Ini kata Aa Gym.
 

itu kata bang Tere Liye

Pay attention to everythings that happens in your life. Karena kata salah satu temen fesbuk gw, "God always gives a clue." Dan kata gw, "Tuhan selalu 'bermain' dengan memberikan tanda melalui hal-hal yang ada di sekitar kita," itulah kenapa gw suka semiotika dan hal ini membuat gw terkadang suka ke-geer-an sendiri gitu deh. *Kenapa malah jadi gw yang curcol?* 

Balik lagi ke curhatannya Anon.
“Gak tau hidup mau ngejar apa. Mau nanya ke orang, percuma. Dari awal udah gak mau percaya sama masukan, nasihat, atau apapun yang dikatakan orang lain.”

Nggak tau hidup mau ngejar apa? Masa’ sih? Nggak percaya (lagi) deh eke. Terus, selama ini Anon menjalani hidup untuk apa? Tiba-tiba kehilangan arah tujuan, ataukah  dari semula memang belum punya arah tujuan? Sedang tersesat dan meraba-raba dalam kegelapan? Sini, tak pinjami senter mau? *disambit pake takjil*

Fokus lagi. Masa’ sih nggak tau musti ngejar apaan? Bukankah kita hidup di dunia ini punya tujuan? Bukankah kita diciptakan oleh-Nya karena ada tujuannya? Kembali kepada fitrah kita sebagai manusia. Kembali kepada deffault setting yang udah diberikan Dia ke kita. Adakah Anon melanggar salah satu deffault setting itu? Nggak kan?

Betewe, apakah Anon sudah pernah membaca Sirah Nabawiyah yang versi Sa’id Ramadhan Al-Buthy? Kalo sudah, coba baca lagi aja biar hapal. Halah. Kalo belum, mungkin Anon bisa mulai mengejar sesuatu dari situ dulu. Kenapa harus Sirah Nabawiyah?

Karena eh karena,
“Agar manusia (kita maksudnya) mendapatkan gambaran al-Matsal al-A’la menyangkut seluruh aspek kehidupan yang utama untuk dijadikan undang-undang dan pedoman kehidupan. Tidak diragukan lagi, betapapun manusia mencari matsal a’la (tipe ideal) mengenai salah satu aspek kehidupan, dia pasti akan mendapatkan di dalam kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam secara jelas dan paripurna.” al-Buthy (2006: Ngulik bagian muqaddimah, halaman 3).
Analisis tambahan dari enha as a (mantan) gamer akut: mungkin Anon merasa kosong dalam hidup hanya karena bosan. Kenapa bisa bosan? Karena kapasitas kemampuan Anon yang seharusnya sudah naik ke level berikutnya, ternyata masih digunakan untuk nguplek main-main di level yang sama. Kenapa nggak sekalian naik ke level berikutnya aja?

Caranya gemana? Entahlah. Hanya kita sendiri (dan tentunya Dia) yang tahu level atau kapasitas kita masing-masing. Tapi, mungkin ini bisa jadi sample: Kalo sekarang bermain (dengan sebuah game yang bernama kehidupan)nya single alias sendirian, coba deh naikin ke level double. Cari partner gitu. Ntar levelmu juga bakalan naik sendiri. Karena di level double, pastinya ada quest-quest baru yang bisa dijadikan tantangan untuk ditaklukan. *kalo gagal paham sama analogi eke, bisa ditanggapin via kolom komen*

'Kenapa gw musti nyari-nyari masalah biar bisa level up, sedangkan hidup gw sekarang nih udah banyak masalah.' Mungkin Anon berpikir seperti ini. Tapi kan, kalo hidup Anon udah banyak masalah, berarti harusnya Anon nggak merasa kosong donk kan? Trus Anon nggak bakalan curhat di postinganku kemaren kan? Iya nggak sih? Atau jangan-jangan... :o
“Betapa senangnya orang yang diberikan keselamatan setelah sebelumnya diberikan pelbagai macam ujian dan cobaan. Hikmah Allah ‘Azza wa Jalla menetapkan bahwa pelbagai hal yang tidak menyenangkan menjadi penyebab kenikmatan serta kelazatan dan kebaikan.” Ibn Qayyim al-Jauziyah dalam Alwi Alatas (2013: hlm 145).
Itu kalimatnya beneran ‘kelazatan’, gw enggak typo.

Jadi intinya apa? Masalah yang ada dalam hidup kita, suatu saat ketika kita telah bisa melampauinya, (masalah ini tadi) akan menjadikan hidup kita lebih bermakna. So, udah siap untuk menuju ke level berikutnya? Mumpung Ramadhan, do’a-do’anya Anon mungkin ada yang perlu diralat dan direvisi tuh.

Dan terakhir, karena dari awal Anon sudah masang statementudah gak mau percaya sama masukan, nasihat, atau apapun yang dikatakan orang lain.”  Makanya gw bikin jawaban gw jadi absurdity kek gini. Kalo ada manfaat yang bisa diambil, ambil aja, gw rela kog. 

Nah, kalo masih ada yang mengganjal, silakan Anon tanggapi lewat kolom komentar. Akun Anonimous akan selalu terbuka untuk siapa aja bagi yang mau pake. Selain Anon yang enha maksud di postingan ini, Anon-Anon lain juga boleh lah ikutan curhat di blog ini. Mumpung gratis! Kenapa enha care sama anonimous? Because, we are Anonymous. We are legion. Expect us. #plak
 
*Dari kejauhan sana Ulysses tereak-tereak, “Wooooyyy! Jangan pake jargon kami sembarangan yaaa!”*
Kyaaaa... >,<

Udahan yaaa... Bye~

PS:
CMIIW 

Kutipan-kutipan dari buku yang gw sebutin di atas, gw ambil dari:
  • Alatas, Alwi. 2013. Kalau Bisa Mudah, Mengapa Dibuat Susah?  Pro-U Media: Yogyakarta.
  • Al-Buthy, Muhammad Sa'id Ramadhan. 2006. Sirah Nabawiyah: Analisis Ilmiah Manhajiah Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah SAW. Edisi lengkap. Terjemahan Aunur Rafiq Shaleh Tamhid. Cetakan ke-17:  Robbani Press: Jakarta.
  • Muthia, Risyiana. Been There Done That Got The T-Shirt (B.T.D.T.G.T.T.S). Cetakan ke-3: 2012. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Kalo dari postingan ini ada salah-salah kata yang kurang berkenan, silakan Anon tanggapi. Jangan dipendam sendiri trus buru-buru benci sama enha.  -_,-


2 komentar:

  1. jd bingung mau komentar apa ya... ^_^
    Enha apa kabar?

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku juga bingung kak, si Anon juga belum muncul. :v
      kabar Alhamdulillah InsyaAllah super. Aamiin.
      Lama gak sowan2 blogwalking nih kak, maaf. >_<

      Hapus

Komentarmu tak moderasi, artinya ya aku baca dengan seksama, dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Komentarmu = Representasi dirimu.
Ojo saru-saru lan ojo seru-seru. Ok dab?