Kamis, 27 Maret 2014

Once Upon a Time in Perpus eNHa


Bismillah...
Kenapa saya awali dengan bismillah? Biar setannya enggak ikutan. :v :v :v

*******


Sudah beberapa kali ini aku main ke FO nya Lazis. Kantornya sih ada di lantai dua masjid kampus, sedangkan FO nya ada di lantai satu. Berkali-kali aku main ke sana, tapi aku belum pernah sekalipun masuk ke perpustakaan barunya. Perpustakaan ini terletak di depan FO, di samping lobi. Aku cuma sliwar-sliwer thok. Karena setiap aku lewat situ, yang kelihatan membaca di perpustakaannya cuma laki-laki. Lagian, aku juga belum terdaftar jadi anggota perpus ini. Mau masuk perkewuh lah ya.

Dan hari ini, lagi-lagi aku main ke Lazis, rencananya sih mau healing stress dengan ketemu teman-teman, sekalian ngambil undangan walimahan-nya mas Andi, rekan organisasi di kampus dulu. Karena kemaren aku dapat SMS dari si Ardhi, katanya aku dapat jatah undangan gitu. Aku bilang ke Ardhi buat nitipin undanganku ke kak Eno yang lagi ada di Lazis.

Pas waktu main itu, ternyata temenku nggak ada di tempat biasanya. "Mungkin lagi shalat kali ya", pikirku. Mau nungguin di tempat biasa aku nongkrong, ada pak managernya. Deuh, sungkan deh kalau harus nungguin di situ. Mau nunggu di lobi, ada dua orang akhy-akhy lagi dleseran baca koran. Harus kemana nih, masa’ harus naik ke lantai dua tempat shalat khusus wanita? Iya kalau dua temenku ada di sana, kalau enggak?! Berhubung akunya lagi enggak shalat, aku males donk, musti naik ke lantai dua cuma buat nyariin temenku. Dan kuputuskan untuk mampir saja ke perpus masjid.

Dengan pedhe-nya kulangkahkan kakiku, we lha, ternyata isinya (masih) hanya laki-laki semua. Mau balik badan, kog kesannya malah jadi seperti orang bingung. Ya sudahlah, masuk saja, meski dengan perasaan agak sungkan gimanaaa gitu. Enggak di sini, enggak di lobi, enggak di FO, isinya laki-laki semua. Ampun dah, ini hari khusus laki-laki apa ya?

Dan masih dengan pedhe-nya, sambil masang tampang bego, aku mengangkat tasku, mengacungkan ke arah mas-mas penunggu perpus, sambil nanya, “Ini di taruh di mana ya?” si mas, menunjuk ke arah rak yang ada di sampingnya, lalu aku pun meletakkan tasku di situ. Setelah mengambil hape, pulpen, dan buku tulis; aku menuju ke rak buku paling ujung. Satu-dua-tiga buku aku buka-buka di tempat.

Wah, ternyata, pak Cahyadi Takariawan itu seorang penulis tha? Baru tahu aku. Dasar katrok. Padahal sudah nge-like FP-nya, sudah nyasar ke blog istrinya, tapi baru nemu bukunya sekarang. Benar-benar ketinggalan sekali aku ini. :v

Satu rak berhasil dijelajah, dan belum nemu buku yang cucok di hati. Rencananya sih mau ngambil buku yang tema bahasannya ringan, karena awalnya aku masuk ke perpus eNHa cuma untuk nunggu temanku. Pindah rak sebelahnya, menelusuri judul satu persatu, dan belum ada yang sreg. Hingga akhirnya mataku sampai pada satu buku tentang cara memanfaatkan waktu. "Keknya bagus nih." Aku ambil, aku baca di situ juga. Salah satu babnya membahas mengenai waktu untuk tidur.

Kupikir di bab itu aku akan menemukan tips tentang bagaimana caranya agar jam tidur sedikit, tapi bisa bangun dalam keadaan fresh. Maklumlah, saya ini tipe orang yang ‘tidak bisa kalau tidak tidur’. Ada tipe orang yang kalau lagi stress, sukanya makan banyak, ada yang tipenya suka karaokean nyanyi jejeritan, ada yang suka menghilang jalan-jalan, dan saya kalau lagi stress, bawaannya suka banyak tidur.

Bukunya cuma tipis saja sih ya, jadi bahasannya juga enggak komplit-komplit amat. Bab tidur yang kutemui di situ, rasa-rasanya juga pernah aku baca entah di mana. Bukan informasi baru lah kalau kataku. Lalu kuletakkan lagi buku itu di rak. Beralih ke sebuah buku di sampingnya. Bukunya lucu sekali, menggunakan idiom ‘minum jamu beras kencur’. Judul bukunya ‘Perusahaan yang Terhipnosis’, karya RH. Wiwoho. Kubaca daftar isinya. Kalimat yang digunakan sebagai judul bab, lucu semua. Ya wis lah, aku baca buku ini saja. Dan akupun mengambil buku itu untuk di baca di meja baca.

Celingak-celinguk. Saking asyiknya aku memilih buku, aku lupa kalau aku baru sekali ini masuk ke perpus eNHa. Dan ketika aku balik badan, menghadap meja baca, aku bingung harus duduk di kursi bagian mana. Orang-orang yang lagi duduk di kursi baca, laki-laki semua. Mereka menyebar rata di seluruh penjuru meja yang bentuknya bulat lonjong itu. Di tengah ada, di pojok ada, di kanan ada. "Walah, mau dibaca di mana nih?"

Don’t picnic! eh don’t panic and stay calm! Sambil melangkah ke kursi yang ada di pojok kiri, mataku menyapu ke segala penjuru. Ternyata, di dekat kursi pojok paling kiri itu, di dekat sebuah rak yang berfungsi sebagai pembatas ruangan, ada sebuah papan petunjuk mini. Di papan itu ada tulisannya. Dan tulisannya berukuran kecil, jadi tidak terbaca dari jarak jauh oleh mataku yang minusnya sudah banyak. Lha, bukannya aku pakai kacamata ya? Ya Tuhan, minusku sudah nambah lagi nih keknya. T.T

Kudekati papan tersebut. Bunyi tulisan yang ditempel di situ kurang lebih: ‘Tempat baca khusus akhwat’. Yes! Akhirnya, aku nemu tempatnya. Aku pergi ke belakang rak pembatas tadi, sepertinya tak ada orang. Pantas saja kalau selama ini yang kulihat dari luar, perpus ini isinya cuma laki-laki. Tempat akhwatnya ada di belakang sini, tersembunyi gini. Akupun duduk dan mulai membaca.

Salah satu bab dari buku yang aku baca, membahas mengenai Sihir Angka 3. Ada apa dengan angka 3? Kenapa harus angka 3?” pikirku. Akupun keasyikan membaca bab demi bab, sambil mencatat beberapa poin, dalam diam. Para ikhwan yang ada di depan sana, mulai rame sendiri. Sepertinya sedang menonton sesuatu, tapi aku nggak tahu apa yang mereka tonton. Semacam musik ajib-ajib gitu. Jangan-jangan lagu Korea! Haha. Dan mereka ngikik ketawa-ketiwi enggak jelas gitu deh. Well, ikhwan penghuni perpus masjid pun juga masih manusia biasa. Ya iyalah.

Ada apa dengan angka 3?
Ada apa dengan angka 3?
 
Berisik sih, tapi ya sudahlah. Mungkin akunya yang kuwalat. Dulu, di perpus pusat kampus, pernah suatu ketika: aku, Oryz sama Ikho juga keasyikan nonton Sailormoon. Sambil ketawa-ketiwi. Dan enggak mikir, bahwa mungkin ulah kami bisa mengganggu pengunjung perpus lainnya. Tapi, kupikir waktu itu kami tidak berbicara terlalu keras kog. :v

Tiba-tiba rasa haus menyerangku, membuatku kepengen minum sesuatu. Lalu aku enggak sengaja terbatuk, karena tenggorokan lumayan kering. Dan sepertinya mereka yang cekikian tadi, mendadak kaget atau baru ingat kalau ada aku di sini, tersembunyi di balik rak kayu. Suara tawa mereka memelan. Beberapa menit kemudian, ekor mataku menangkap seseorang yang melongok ke tempatku duduk. Kutolehkan wajahku ke arah orang itu, tapi aku tidak sempat melihat ekspresi mukanya, karena dia melongok cepat sekali. Kenapa orang ini mengintip? Apa jangan-jangan, dia pikir perpusnya ada hantu yang mendadak terbatuk gitu? Mbuhlah.

*******

Akhirnya ketemu kak Eno, dan akupun menagih undangannya mas Andi. “Nah, sudah dua orang yang nagih undangan ke aku. Tapi si Ardhi malah gak bilang apa-apa ke aku,” jelas dia.

“Coba tanyakan saja kak, undangannya dikemanakan,” cerocosku sambil mendiktekan salah satu nomer hapenya si Ardhi yang ada banyak versinya itu. SMS terkirim. SMS balasan diterima. Ternyata, itu anak malah lagi pulang kampung! Wew.

Singkat cerita, sebelum pergi dari masjid, aku ngajakin kak Eno buat mampir ke perpus lagi. Dan beberapa menit kemudian, Oryz ikutan nyusul milih-milih buku. Banyak buku yang cukup bagus menurutku sih. Tapi bahasannya kelewat berat euy. Pengin baca, ngambil satu buku, tapi susah masuk pikiran. Otak yang lagi stress memang tidak bisa diajak mikir dengan baik. Akhirnya, kuputuskan untuk mencari bacaan yang kriuk-kriuk saja. Ada buku motivasi yang isinya disadur semua dari blognya PKS Piyungan. Pesan motivasinya bagus-bagus.

Ada buku tentang SKS, sistem kebut semalam, ada juga tentang rahasia pacaran. Dua buku terakhir cuma kubuka bagian karikaturnya. Bikin ngakak. Hari gini, masih saja ada yang mau diajak penjajakan secara cuma-cuma? Ibarat barang dagangan: sudah dijajal, dicoba, dan ada yang lecek pula, tapi akhirnya gak jadi dibeli. Kenapa harga diri semakin murah saja ya?

Trus akhirnya nemu buku dengan judul Enjoy Your Life: Cara Dahsyat Menikmati Hidup di Masa Muda. “Mumpung masih muda nih,” batinku. Akupun minta tolong pada kak Eno buat dipinjamkan buku itu, karena aku memang belum punya kartu perpusnya. Dan dia bersedia meminjamkannya. Maaf ya temans, saya memang suka merepotkan. :v

Sampai di bagian peminjaman, penunggunya sudah ganti jadi mbak-mbak, dan kartu Oryz ternyata bermasalah. Barcode dia, selalu memunculkan nama anggota lain ketika di klik pake sinar laser -apalah namanya itu. Klik pertama, muncul namanya Purbo. Klik kedua, muncul nama Udin. Semua yang ada di situ heran, Oryz, kak Eno, dan aku heran; mbak-mbak petugas perpusnya juga heran.

Karena harus berdiri di depan tempat peminjaman cukup lama, kulirik juga deh judul buku yang dipinjam Oryz. Buku itu tergeletak di meja peminjaman. Sampulnya coklat, bergambar cincin. Judul bukunya: Inilah 16 Kemungkinan Jodohmu.

Ketika kartu perpus Oryz diklik untuk ketiga kalinya, yang muncul nama Purbo lagi. Hedew. Sambil iseng, aku nyeletuk, “Yang namanya Purbo, laki-laki apa perempuan sih?” Kak Eno dan Oryz menjawab serempak, “Laki-laki,” dan mbak-mbak petugas perpusnya tersenyum.

Sambil ngempet ketawa, aku mulai usil. Aku bilang ke kak Eno, “Eh kak, buku yang dipinjam Oryz kan judulnya kek gitu, enam belas Kemungkinan Jodohmu. Trus, barcode kartu dia memunculkan nama-nama itu: Purbo, Udin... jangan-jangan...” kak Eno yang juga punya rasa humor iseng serupa, ikut cekikikan bersamaku.

Setelah akhirnya memanggil pihak yang lebih paham masalah barcode, kartunya Oryz harus ditinggal. Dan jadinya, dia musti pinjam buku secara manual: dicatat. Wekekek. Keluar dari perpus, aku ngegodain Oryz dengan ucapan yang aku katakan ke kak Eno tadi. Dan dia cuma senyum nyengir, “Itukan tadi cuma dua,” kata dia. “Lha itu kan cuma dicoba tiga kali, coba kalau dicoba enam belas kali ceklikan. Siapa tahu hasilnya beda semua, wakakakaka,” sanggahku sekenanya.

“Betewe, nanti aku pinjam bukumu itu ya.” Lhah. XD
“Oia, cerita hari ini boleh kutulis di blog? Boleh ya, boleh ya, boleh ya...”
Oryz pun cuma tersenyum, yang kuartikan sebagai iya.  Dan jadilah posting ini. Haha ~,~


28 komentar:

  1. Aku juga kalo stress bawaannya pengen tidur mulu. Makanya waktu skripsi itu tidurnya gasik terus. Padahal temen2 yang lain pada begadang :D

    Perpus eNHa itu apa kepanjangannya sih? Nurul Hikmah? Nurul Hasanah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. jangan2 ada hubungannya ya mbak, antara orang2 tanda air, stress dengan kebutuhan untuk tidur... :v :v :v

      Nurul Huda. Tapi ini sebenarnya nama masjidnya sih mbak, nama perpusnya aku belum tahu. Tapi kemungkinan namanya juga sama. :v

      Hapus
  2. Cieeeeh... perpus eNHa... si Enha punya perpus euy! Hahahaha...
    Eh, yang buku 16 kemungkinan jodoh itu apa membahas tentang MBTI, En?

    BalasHapus
    Balasan
    1. no it's not mine :v

      namaku: eNha, perpus dan masjidnya: eNHa.
      serupa tapi tak sama.

      16 kemungkinan jodoh gak ngebahas maslaah MBTI. Tapi ngebahas kemungkinan2 berdasar hadist yg kurang lebih bunyinya: “Perempuan itu dinikahi karena empat faktor yaitu agama, martabat, harta dan kecantikannya.
      Misal, kemungkinan jodoh pertama:
      dapat istri cantik, bermartabat, kaya, dan baik pula agamanya (keempatnya baik).

      kemungkinan kedua, dapat istri cantik, bermartabat, kaya, tapi agamanya kurang baik, dst.

      Kayak hitung2an gitu deh :v
      aku baru baca sekilas sih ya. Nanti kalo udah berhasil aku pinjam, aku share lagi deh. InsyaAllah dink.
      atau, kamu tanya saja langsung sama si Oryz. :v

      Hapus
    2. nunggu kamu share aja deh, En... Aku lebih suka nyusahin orang kalau urusan kayak gini... Hehehehe...

      Hapus
    3. -_-"
      kau membuatku merasa jadi kayak punya hutang postingan. -_-"

      Hapus
    4. -_-"
      nanti ye, kalo saya sudah move on. Saya lagi patah hati gegara hasil quick count.

      Hapus
  3. 16 kemungkinan jodohmu? wuii .. kepo pengen baca langsung nih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. lho, kog kepo sih mbak?
      bukannya mbak Ely udah ketemu dg sang jodoh: tuan suami mata biru?
      :)

      Hapus
    2. iya sdh ketemu sih, Alhamdulillah, keponya itu kok sampai ada 16 caranya buat ketemu jodoh , byk banget hihihi :)

      Hapus
    3. :)
      kemungkinannya memang banyak, dan bisa berubah-ubah mbak. Karena dunia ini penuh dg kemungkinan. *tsaaah*
      mbak Ely pernah dengar butterfly effect? mungkin hampir mirip dg butterfly effect ini.
      :v

      Hapus
    4. Buterfly effect? blom pernah dengar nih, hrs ngoogle dulu, thanks ya :)

      Hapus
    5. kalo udah googling, dibahas di blog mbak Ely dunk, hehe.
      *ngarep*
      :D

      Hapus
  4. Hehehehehe...
    Kalau stress sukanya jalan sampe capek, naik motor 300km paling bikin puas!

    BalasHapus
    Balasan
    1. 300 km? jauh amat mbak?! antar kota antar propinsi donk?
      itujuga kalo kotanya ada di ujung propinsi, hehe
      :v

      Hapus
  5. Enha? Sengaja lu ya nyari2 yg cucok gitu? Enemy never have apology! Bhahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. enggak sengaja. :v
      kalo ga percaya, Googling aja. -_-

      enemy? wew.
      dalam hal apa? madridista vs milanisti?
      atau, golput vs non golput?
      -_-"

      Hapus
    2. gak gak gak, gue bukan your enemy kok! itu kan singkatan dari ENHA ... ")







      Hapus
    3. Enemy Never Have Apology> ENHA
      wkwkwkwk
      kirain, enemy masalah apaan. :v

      Hapus
  6. berbicara tentang perpus, dulu aku juga sempat menulis tentang Prolog Perpustakaan :D
    ceritanya .... ah malu >_<

    BalasHapus
  7. eh salah bukan prolog, tapi monolog :D
    maklum udah lama entrinya http://zero.intikali.org/2011/05/monolog-perpustakaan.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. bagus kog, apanya yang bikin malu? :D
      Meski awalnya aku agak bingung, tapi kalo dibaca berulang-ulang, jadi paham juga sama maknanya.
      *otak lagi lola* ~loading lama~ :v

      Hapus
  8. jelas kena oceh orang di perpus nonton Sailormoonnya sambil ketawa ketiwi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. waktu itu, enggak sampe kena oceh atau kena semprot kog :D

      Hapus

Komentarmu tak moderasi, artinya ya aku baca dengan seksama, dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Komentarmu = Representasi dirimu.
Ojo saru-saru lan ojo seru-seru. Ok dab?